DIA bukan tokoh. Dia hanya seorang pemuda hitam biasa dari sebuah keluarga sederhana. Itulah Michael, lahir pada 1962, anak ketujuh keluarga Donald, yang tinggal di daerah permukiman campuran di Mobile, Alabama. Masa kecil Michael tak begitu bahagia. Orangtuanya bercerai tak lama setelah kelahirannya. Michael ikut ibunya, Beulah Mae Donald, dan tetap tinggal di Mobile. Tiap Minggu Michael bersama saudara-saudaranya digiring Beulah ke gereja, dan tetap tinggal di sana sepanjang hari. "Saya adalah pemeluk Kristen yang teguh," kata Beulah. "Saya tak tahu apa-apa tentang manusia. Tapi saya tahu apa yang dapat dilakukan Tuhan." Dalam suasana keluarga seperti itulah Michael tumbuh. Michael, kata Beulah. sejak kecil tak pernah merengek padana minta sesuatu. " Malah, jika ia pulang bermain dan mendapati saya tengah berbaring, ia seperti ada sesuatu yang tak beres di rumah," kata Beulah mengenang. "Michael akan berusaha membantu sejauh yang bisa dilakukan oleh seorang bocah." Tamat SMA, Michael bekerja pada sebuah sekolah dagang, dan sebagian besar uang yang diperoleh diberikannya pada ibunya. Satu-satunya kebiasaan buruk Michael, tutur ibunya, hanya merokok. "Saya sudah di perguruan tinggi, tidak bolehkah saya punya sebatang rokok?" begitu alasan Michael mengenai kesukaannya pada rokok, seperti dituturkan oleh ibunya. Maka, Beulah terpukul sekali menerima kenyataan pahit yang menimpa anak bungsu kesayangannya itu. Tapi di Alabama kini, apalagi dulu, kebencian sebagian orang kulit putih terhadap warga kulit hitam tak pernah pudar. Kebencian itu seperti mendapat penyaluran saat seorang polisi kulit putih terbunuh ketika sedang menjalankan tugas di Birmingham. Diduga, pelakunya seorang laki-laki berkulit hitam - yang kemudian disidangkan di Mobile. Ketika perkara pembunuhan polisi ini disidangkan, sejumlah juri yang akan dimintai pertimbangan terdiri dari orang-orang kulit hitam. Bagi Bennie Hays, tokoh utama Klan di Mobile, dan bagi anggota Unit 900 dan United Klans of America, juri juri kulit hitam itu hanya akan menyebabkan terdakwa bebas. Dalam pertemuan kelompok pada hari Rabu, minggu itu, Hays menaburkan benih dendam orang-orang putih, dengan berkata, "Bila orang-orang hitam bisa seenaknya membunuh orang putih, kita harus bisa seenaknya pula membunuh orang hitam." Dua hari setelah pertemuan itu, seperti diduga Hays, juri-juri bersaksi di depan pengadilan bahwa mereka tak yakin terdakwa bersalah. Mendengar keputusan itu, pengikut Klan marah besar. Malamnya, mereka, seperti diungkapkan Knowles di pengadilan, segera berkumpul di rumah Bennie Hays di Herndon Avenue. Knowles datang ke Herndon Avenue dengan membawa pistol pinjaman. Di sana sudah menunggu Henry Hays, anak Bennie Hays, dengan jerat gantungan, dan sebuah mobil siap dipakai untuk berburu orang-orang hitam. Di tengah jalan mereka melihat Michael sedang berjalan sendirian menuju rumahnya. Keduanya menghentikan pemuda kulit hitam itu. Mula pertama mereka minta Michael menunjukkan klub malam, dan kemudian memaksa korban masuk ke mobil mereka di bawah todongan senjata. Setelah itu mereka tancap gas menuju sebuah lapangan yang tak jauh dari tempat penghadangan. Pengadilan kilat atas Michael dilakukan dalam kegelapan malam dan di bawah todongan pistol. Korban mengiba-iba agar jangan dibunuh. Tapi Knowles dan Hays tak peduli. Maka, begitu kedua pemuda kulit putih itu dilihatnya sedikit lengah, Michael mencoba melarikan diri. Namun, tertangkap lagi. Michael digebuk kedua penangkapnya dengan sebatang dahan lebih dari 100 kali, sebelum jerat gantungan dilingkarkan pada lehernya. Sebelum jerat maut itu ditarik, Hays masih saja mendaratkan tendangan ke wajah korban, dan menggorok lehemya. Setelah itu baru tubuh Michael mereka gantung di sebuah pohon, dan mayat yang penuh cacahan tersebut berayun-ayun diembus angin. Pada saat-saat anaknya disiksa itulah Beulah terjaga dari tidurnya, dan tak lelap lagi sampai kabar kematian Michael disampaikan oleh seorang wanita tak dikenal lewat telepon. Selesai menjalankan "tugas", Hays dan Knowles kembali ke Herndon Avenue, dan melaporkan hasil kerja mereka kepada anggota Klan. Kemudian orang-orang putih itu pun berpesta pora. Dan mereka pun menuturkan hasil kerja mereka. Mengapa Michael yang jadi sasaran kekejaman Klan? Semua orang akan menjawab: lantaran Michael adalah orang hitam. Apakah karena kebetulan ia orang kulit hitam pertama yang dijumpai Hays dan Knowles pada malam nahas itu atau ia memang diincar, tak terungkap dengan pasti. Tapi ada yang menduga, Michael terlibat hubungan dengan gadis kulit putih, karyawati perusahaan The Mobile Press Register, tempat korban melakukan kerja sambilan. Ada pula yang berspekulasi bahwa anak bungsu Beulah itu terlibat jaringan sindikat obat-obat terlarang. Tuduhan itu dibantah Beulah. Sejak semula Beulah sudah yakin bahwa orang-orang Klan terlibat dalam pembunuhan anaknya. Apalagi, di malam terjadinya pembunuhan, orang-orang rasis itu melakukan upacara ritual gaya Ku Klux Klan - membakar salib - di sebuah desa di pinggiran Mobile. Hanya saja, polisi kurang tanggap pada kejadian itu. Bagaimana Beulah bersukur. Nasib orangorang kulit hitam yang terbunuh lainnya - mayat Michael tak dicampakkan pembunuh ke sungai begitu saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini