Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hendrik Oktendy Lintang
Peneliti material Baru
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hendrik Oktendy Lintang melemparkan ingatan ke waktu sekian tahun silam saat ia duduk di bangku sekolah menengah atas. Ia masuk ke jurusan ilmu pengetahuan alam lantaran tertarik pada penelitian sains. Minatnya menguat setelah dia berfokus mempelajari kimia. "Saya tertarik menghasilkan sesuatu dengan membuat senyawa atau material baru," kata Hendrik .
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengawali riset kimia ketika berkuliah di Jurusan Kimia Universitas Gadjah Mada pada 1997-2001. Ia meneliti fotokatalis berbasis zeolit. Penelitian itu membawanya meraih beasiswa dari The University of Tokyo pada 2003 untuk mempersiapkan jenjang S-2 di bidang kimia. Ketika menempuh pendidikan S-2, dia mengkaji sintesis senyawa cerdas (smart nanomaterial) dengan pendekatan kimia.
Hendrik kembali mengembangkan penelitian itu pada 2007-2010 ketika menempuh program doktoral di Tokyo. Buah dari riset lima tahun itu terbayar, salah satunya dengan publikasi di jurnal Angewandte Chemie International Edition 2010. Riset itu mendapat penghargaan sebagai Wiley-VCH Hot Topics in "Gold".
Konsistensi Hendrik meriset sintesis senyawa organik kian tampak ketika ia memulai karier di Universiti Teknologi Malaysia (UTM) pada 2010 hingga Maret 2016. Berhenti dari UTM, bersama grup penelitian yang ia bina sejak di UTM, laki-laki 39 tahun itu kemudian bergabung dengan Universitas Ma Chung di Malang pada September 2016. Dia menjadi peneliti di Ma Chung Research Center for Photosynthetic Pigments (MRCPP). "Sejak bergabung dengan MRCPP, saya bersama tim membentuk grup penelitian fotokimia molekuler," kata dia.
Kini, Hendrik melakukan penelitian dasar yang berfokus pada sintesis senyawa organik baru sebagai pigmen aktif material maju. Hasil penelitiannya dapat digunakan sebagai sensor untuk senyawa yang mudah menguap dan berbahaya bagi manusia. Ia menjelaskan, risetnya menggunakan senyawa kompleks dengan sifat-sifat luminesensi untuk mendeteksi senyawa turunan alkohol dan benzena.
Ia mengungkapkan, munculnya perubahan warna pada detektor (senyawa kompleks) dapat digunakan untuk mengetahui konsentrasi polutan dalam bentuk fasa uap. Perubahan warna itu dapat terdeteksi dengan alat spektrofluorometer ataupun lampu ultraviolet portabel, meski polutan itu berada dalam konsentrasi yang sangat kecil. Ke depan, ia berharap dapat menciptakan sensor portabel berbasis pigmen material aktif yang dapat dengan mudah digunakan untuk mendeteksi area yang terkontaminasi, khususnya daerah yang susah dijangkau.
Menurut dia, senyawa sensor akan dibuat dalam bentuk lapis tipis dari nanostruktur atau nanokomposit. Senyawa itu mampu mengirim informasi deteksinya secara nirkabel. "Lebih lanjut lagi, kami mengembangkan penelitian untuk menciptakan material baru yang dapat mendeteksi bom atau bahan pembuat seperti nitrobenzena 2,4-DNT dan 2,3,4-TNT," kata Hendrik. Detektor itu dapat mendeteksi material dalam waktu beberapa detik dan bisa digunakan kembali tanpa merusak materialnya.
Hendrik banyak menjalin kerja sama dengan peneliti negara lain untuk melakukan penelitian dasar. Ia juga mencari hibah, seperti dari program World Class Professor, dan dari lembaga pendanaan internasional.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo