Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TAHUN kuda kayu 2014 memompakan harapan baru bagi manajemen dan karyawan PT Selamat Sempurna Tbk. Kinerja produsen komponen kendaraan itu digadang-gadang bakal melaju semakin kencang. Pasalnya, pabriknya di Desa Kadujaya, Curug, Tangerang, dan Kapuk Kamal, Jakarta Barat, menerima order baru: onderdil mobil murah dan ramah lingkungan (low cost green car/LCGC).
Rencananya, pabrik seluas 10 hektare di Kadujaya akan membuat 5.000 saringan (filter) oli, 5.000 pipa bahan bakar (fuel pipe), dan 5.000 saluran rem (brake pipe) per bulan. Komponen itu akan dipasang pada Suzuki Karimun Wagon R, LCGC andalan PT Suzuki Indomobil.
Adapun pabrik 4 hektare di Kapuk Kamal akan merakit elemen pendingin mesin (radiator) untuk Datsun GO, LCGC besutan PT Nissan Motor Indonesia. Bisa dikatakan order dari Nissan menjadi ajang pemanasan mesin-mesin di pabrik yang baru beroperasi pada Juni 2013 itu. "Jumlah pesanannya belum ditentukan karena masih dalam perencanaan," kata Sekretaris Perusahaan Selamat Sempurna, Ang Andri Pribadi, kepada Tempo pekan lalu.
Menurut Andri, pesanan tahap awal dari produsen LCGC tidak begitu besar. Pesanan Suzuki, misalnya, hanya setara dengan 0,18 persen kapasitas produksi pabrik di Tangerang, yang mencapai 96 juta unit per tahun. Meski begitu, order pada tahun-tahun berikutnya bakal semakin kencang, seiring dengan membanjirnya peminat LCGC.
Selamat Sempurna merupakan satu dari puluhan produsen komponen yang kebagian berkah LCGC. Data Kementerian Perindustrian menyebutkan hingga pertengahan tahun ini ada 70 pemasok onderdil, baik perusahaan domestik maupun pabrikan yang terafiliasi dengan produsen otomotif global. Setelah 2014, daftar produsen komponen LCGC ditargetkan semakin panjang dan memiliki skala produksi yang lebih masif.
Jika hal itu terwujud, pemerintah bisa lega. Sebab, pertumbuhan industri komponen domestik adalah target utama pemerintah saat menggulirkan program LCGC. Target ini tercantum dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 33 Tahun 2013. Peraturan tentang mobil murah ini menetapkan kewajiban bagi produsen menggunakan komponen lokal minimal 80 persen secara bertahap agar mendapat keringanan fiskal.
Menurut Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi, dalam program LCGC, pemerintah memasang target investasi US$ 3 miliar (Rp 33,9 triliun) untuk industri otomotif dan US$ 3,5 miliar (Rp 39,6 triliun) pada sektor komponen. Khusus untuk industri komponen, Budi mengungkapkan, bakal berdiri 100 pabrikan baru. "Dari target tersebut, saat ini sudah terealisasi 70 persen," katanya.
Dalam jangka panjang, Budi yakin penggunaan komponen lokal pada LCGC bisa menciptakan kemandirian pada industri otomotif nasional. Dengan order besar, pabrikan komponen lokal yang tadinya cuma terampil membuat karoseri bodi bakal terangsang menguasai teknik produksi mesin dan transmisi.
Budi menjelaskan, untuk mencapai target tersebut, ada beberapa fase. Dalam tahap awal, pabrikan komponen lokal akan turut membuat elemen-elemen mesin berkapasitas 1.000-1.200 cc, sesuai dengan standar LCGC. "Setelah proses itu terlampaui, produsen komponen lokal bisa menguasai seluruh segmen kendaraan niaga dan mobil penumpang," ujarnya.
Jika dilihat dari statistik penjualan, LCGC mungkin bisa menjadi batu loncatan untuk mendongkrak gairah industri komponen nasional. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebutkan penjualan Daihatsu Ayla mencapai 4.377 unit pada pemasarÂan perdana di bulan September. Mobil kembarannya, Toyota Agya, laku 4.131 unit sebulan. "Jika diakumulasi dengan pemesanan di awal tahun, jumlahnya lebih dari 15 ribu," kata Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor Rahmat Samulo.
Penjualan LCGC PT Honda Prospect Motor pun layak diperhitungkan. Direktur Pemasaran Honda Prospect, Jonfis Fandy, mengatakan dalam sebulan penjualan LCGC Honda Brio Satya bisa mencapai 1.200 unit. Angka ini hampir menyamai penjualan varian lama yang "legendaris", seperti Honda CR-V dan Jazz. "Bahkan penjualan Satya bisa lebih besar, tergantung kondisi," ujarnya.
Sayangnya, gemerlap penjualan LCGC belum bisa dinikmati seutuhnya oleh industri komponen lokal. Sumber Tempo mengatakan agen pemegang merek (APM) kebanyakan mengorder komponen pada perusahaan yang masih terafiliasi dengan prinsipal mereka di Jepang. Alasannya sederhana: kualitas material dan tingkat presisi komponennya lebih akurat. Jika dipersentasekan, menurut dia, kue yang dinikmati produsen komponen lokal baru di bawah 20 persen. "Dengan kata lain, target kemandirian industri masih jauh dari jangkauan," ucapnya.
Hal senada diutarakan Ketua Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM) Hadi Suryadipraja. Dari 1.400 produsen lokal, tidak bisa dipastikan berapa persen yang kebagian porsi order LCGC. "Yang mendapat pesanan diuntungkan. Yang tidak, ya, sepi saja seperti sebelumnya," katanya.
Hadi mengatakan, hingga saat ini, produksi LCGC belum memberi dampak signifikan pada industri komponen nasional. Dia berharap porsinya akan meningkat mulai tahun depan, atau saat kapasitas produksi LCGC sudah optimal di level 100 ribu unit. "Tapi ini pun masih sulit untuk disimpulkan."
Kalangan APM mencoba menepis kekhawatiran itu. Direktur PemasarÂan PT Astra Daihatsu Motor Amelia Tjandra mengatakan LCGC buatan perusahaannya sudah menggunakan 85 persen komponen lokal. Astra Daihatsu merupakan produsen mobil kembar Daihatsu Ayla dan Toyota Agya. "Industri komponen lokal sangat berperan," ujarnya.
Menurut Amelia, produsen asal Jepang hanya memasok 6 persen komponen Ayla dan Agya. Sedangkan 9 persen sisanya dipasok pabrikan di Thailand. Meski demikian, dia tidak menampik penggunaan 100 persen komponen lokal butuh proses dan waktu panjang. Sebab, komponen yang membutuhkan investasi, presisi tinggi, serta volume besar masih harus diimpor. "Mungkin 7 atau 10 tahun ke depan bisa dibuat seluruhnya di Indonesia," katanya.
Skema yang disusun pemerintah pun tak mematok pencapaian target secara cepat. Budi Darmadi mengatakan kandungan lokal LCGC tahap awal hanya dipatok 40 persen dari total 12 ribu komponen per mobil. Dalam lima tahun mendatang, penggunaan komponen lokal baru bisa mencapai 80 persen.
Budi mengakui pelaku industri komponen lokal belum merasakan berkah LCGC. Sebab, proporsi produksinya masih kecil jika dibandingkan dengan penjualan kendaraan nasional, yang akan mencapai 1,5 juta unit pada 2014. Tapi dia yakin target tersebut bisa dicapai jika APM berkomitmen menyerap kandungan lokal lebih banyak. "Dan sebagian dari mereka sudah menerapkannya," ujarnya. l
Rencana Produksi LCGC
Produksi Kendaraan Roda Empat Nasional
Penjualan Kendaraan Roda Empat Nasional
(*) Target
(**) Pencapaian Januari-September
Sumber: Gaikindo, Kementerian Perindustrian
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo