Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mengimbau siluman

Foto jhoni sewaktu ke taman wisata di kab. rejang lebong, bengkulu, membuat heboh warga. hasil foto tersebut terekam makhluk mungil dengan pakaian adat lokal. kapolsek turun tangan. pemda membenahi kawasan tersebut.

24 November 1990 | 00.00 WIB

Mengimbau siluman
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
LAIN lubuk lain ikannya, lain daerah lain dongengnya. Di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, ada sebuah taman wisata yang terkenal dengan air terjun di Desa Air Dingin. Pertengahan Oktober lalu, tujuh belas muda-mudi Desa Muara Aman melancong ke sana, dan saling berfoto. Menurut penuturan Rojali, 60 tahun, pada abad ke-15 ada sepasang pengantin mampir ke sana. Yang wanita bersandar di sebuah pohon besar. Mendadak pohon berubah menjadi ular dan menelan mempelai wanita. Suaminya marah. Dalam pertarungan sengit, si ular kalah. Cuma, pria yang patah hati itu lenyap, masih dalam pakaian pengantin. Konon pria itu menjelma jadi "orang halus" dan menghuni lokasi wisata itu. Hingga penduduk tak heran, misalnya, ketika pada 1986 ada seorang pengunjung dari Bengkulu tewas gara-gara mencerobohi si "orang halus". Kembali kepada para muda-mudi tadi. Mereka selamat kembali di rumah masing-masing. Baru seminggu kemudian, mereka kaget ketika melihat ada yang ganjil dalam hasil fotonya. Pada dua foto, kok, ada makhluk mungil ikut direkam lensa? Ia mengenakan pakaian adat lokal seraya membawa empat mangkok di tangan, seolah sedang memperagakan tarian suku Rejang Lebong. Ihwal siluman ikut mejeng di foto segera merebak ke seantero desa. Cerita pun dibetot ke masa silam. Dan seperti biasa, penduduk berduyun ke rumah Johni, penyimpan foto itu. Heboh. Sampai Kapolsek Lebong Utara, Pembantu Letnan Satu M. Sani, meminjam negatifnya dari Johni dan mencetak ukuran besar serta memamerkan di depan kantornya. "Saya akan coba mencari jawabnya. Ingin tahu asli tidaknya foto itu. Mana tahu, gambar itu reproduksi belaka," katanya kepada Marlis dari TEMPO. Kecurigaan Sani mungkin beralasan, jika diamati dengan kaca pembesar, jelas kesan "nempelnya" gambar sang siluman. "Saya berani sumpah pocong, untuk apa membuat sensasi," kata Eko, 24 tahun, pemotretnya. Lebih menarik adalah tanggapan kalangan DPRD Rejang Lebong. Dalam sidang akhir Oktober lalu, mereka meminta agar Pemda membenahi kawasan wisata tersebut. Sekaligus mengusulkan di situ agar dipatok papan: "dilarang mandi telanjang", "dilarang pamer paha", "dilarang ngomong kotor", dan sebagainya. "DPRD seserius itu karena kerap jatuh korban jiwa," kata Datuk Syukur, ketua wakil rakyat itu. DPRD percaya dongeng? "Ya, kenapa tidak," sahutnya, mantap. Sementara itu, beredar ekstra-usul agar dibuat pengumuman untuk "siluman kate". Yakni, imbauan jangan mengganggu para pelancong. Kan Indonesia Visit Year 1991 sudah di ambang pintu....

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus