Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mengintip Skenario Beringin

Rapim Golkar siap digelar. Peluang Habibie amblas?

10 Oktober 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRESIDEN Bacharuddin Jusuf Habibie pernah berujar: sekarang ini, dialah orang yang paling bergembira sekaligus paling dongkol. Gembira karena sukses menghantar Sidang Umum MPR para wakil rakyat yang dipilih melalui pemilu yang demokratis. Dongkol karena skandal Baligate merusak kerja kerasnya selama ini untuk memulihkan krisis. Ini diungkapkan Bung Rudy saat santap siang bersama para wartawan senior di Jakarta, Jumat pekan lalu. Mungkin pernyataan itu perlu ditambah satu lagi: dia juga orang yang paling merasa yakin tetap berkuasa. Tegasnya, bakal terpilih lagi menjadi presiden berikutnya. Isyarat itu setidaknya tampak dari pernyataan calon tunggal presiden dari Partai Golkar itu, saat menjamu sarapan sejumlah tokoh partai "poros tengah" di kediamannya, kawasan Patra Kuningan, Jakarta, Rabu pekan lalu. Ia tak gentar meski disindir para tokoh—termasuk Gus Dur dan Amien Rais—agar mereevaluasi pencalonannya. Tapi kubu Patra Kuningan kabarnya sempat ketar-ketir mendengar kabar tak sedap belakangan ini. Sidang Umum MPR baru saja memutuskan: pemilihan presiden akan dilangsungkan pada 20 Oktober mendatang. Sedangkan pidato pertanggungjawaban harus ia baca pada 14 Oktober—tinggal dua pekan lagi. Habibie, di luar jadwal yang diatur protokol Istana, mendadak memanggil Menteri Sekretaris Negara Muladi, bekas Ketua DPR/MPR Abdul Gafur, dan sejumlah penasihatnya. Senin pekan ini, setelah dikoreksi presiden, bendel pidato bisa kelar dan siap digandakan. Segala rintangan di depan mata juga ditebas. Terutama menyongsong Rapat Pimpinan Partai Golkar, yang dijadwalkan pada 18 Oktober kelak—mungkin akan dipercepat. "Habibie berusaha mencari jalan agar tetap bisa bertahan sebagai calon presiden dari Golkar," kata sumber TEMPO di kalangan Istana. Masalahnya, kuat dugaan, muncul batu sandungan dari para seterunya di Partai Beringin. Para pendukung Ketua Umum Akbar Tandjung, rival serius Habibie, akan siap dengan rencana mengubah format pencalonan: dari calon tunggal menjadi lima kandidat. "Dengan begitu, pihak Habibie tidak akan merasa disudutkan," kata sumber TEMPO. Golkar tidak menyiapkan preferensi di antara lima nama itu. Semuanya berpeluang jadi presiden. Jika skenario—yang kerap disebut "untuk mencegah para pengikut Habibie kehilangan muka"—ini mulus, peluang anak Sibolga itu menjadi salah satu calon presiden kembali terbuka. Masalahnya, Akbar sejauh ini tampak tak bernafsu menggantikan Habibie di kursi kepresidenan. "Dia betul-betul tulus menyatakan tidak mau." ujar Marzuki "Kiki" Darusman. Bekas Ketua Umum PB HMI ini akan diproyeksikan menjadi wakil presiden, mendampingi salah seorang dari dua kandidat yang dipandang Kiki cukup kuat: Megawati dan Gus Dur. Kalaupun rencana ini dijalankan, berarti Habibie praktis disisihkan. Mungkinkah? "Itu berat, akan timbul protes hebat dari fraksi. Bisa-bisa Akbar malah dijungkalkan," kata Umar Juoro, penasihat presiden. "Problem terbesar di kepala Akbar saat ini, jangan sampai ia dituduh mengkhianati," kata Fadel Muhammad, petinggi "partai kuning". Langkah tangkisan sudah disiapkan: skenario munas luar biasa untuk menggencet Akbar jika ia berani mengubah format pencalonan tunggal Habibie yang sudah diputuskan rapat pimpinan sebelumnya. Repotnya, jadwal munas luar biasa, yang begitu mepet dengan Sidang Umum Tahap II, akan menyulitkan kubu Habibie. Sebab itu, Habibie juga sudah melempar opsi kompromi untuk meredam langkah Akbar. Ia ditawari menjadi ketua MPR. "Tapi sampai kini belum ada jawaban," kata sumber TEMPO di Golkar. Wakil presidennya, di mata Habibie, tetap saja tak bergeser: Menteri Pertahanan dan Keamanan merangkap Panglima TNI Jenderal Wiranto. Paket ini tetap saja bakal menyudutkan posisi pakar teknologi pesawat terbang kelahiran Parepare itu. Apalagi militer kian merosot pamornya, termasuk ketika membikin blunder dalam tragedi Semanggi, belum lama ini. Repotnya, medan laga di Senayan bukanlah perkara mudah untuk ditundukkan. Ini bukan saja karena Beringin cuma mengantongi 120 kursi hasil pemilu lalu, yang menjadikan Golkar runner up. Tapi, kelompok suara pendukung Megawati dari PDI Perjuangan akan habis-habisan menolak pidato pertanggungjawaban Habibie. Situasi makin runyam ketika utusan daerah, yang pada pos-pos tertentu dikuasai Tim Sukses Habibie—bekas ketua DPA Baramuli, misalnya, ada di sini—diputuskan MPR tak lagi punya fraksi, sebagaimana yang lalu-lalu. Belum lagi kabar buruk lainnya. Rapat pleno Golkar di Slipi, Jakarta Barat, yang dipimpin Akbar, Rabu malam pekan lalu, sepakat dalam voting untuk memilih Kiki Darusman menjadi Ketua Fraksi Golkar—bukan lagi Fraksi Karya Pembangunan. Padahal, selama ini Kiki dikenal sebagai petinggi yang kurang sreg dengan pencalonan Habibie. Bisa saja Kiki, yang rajin melobi partai besar lainnya, membelokkan bandul suara ke kandidat lain di saat sesi pemilihan presiden. Walhasil, pertempuran bakal seru. Wahyu Muryadi, Andari Karina Anom, Arif A.Kuswardono.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus