SERATUS orang ramai-ramai mendatangi kolam renang Brantas, milik Pemda Kodya Surabaya. Mereka bukan demonstran -- melainkan para anggota kelompok yang bernama Klub Renang Hiu. Yang menarik, pertengahan bulan lalu itu masing-masing mereka membawa jeriken yang penuh air, dari rumah. Mengisi kolam dengan air dari jeriken? Benar. Mereka berderet di pinggir kolam. Lalu, dengan satu komando, keseratus perenang itu membalikkan jeriken masing-masing ke lantai kolam. Seseorang membawa kamera -- jepret-jepret-jepret. Itu tentu kejadian yang pertama kali di dunia. Sebuah prestasi. Dan, esok harinya, gambar adegan itu muncul di halaman depan Surabaya Post. Diberitakan: para perenang dari Klub Hiu Surabaya, untuk berlatih, harus membawa air dari rumah masing-masing. Iskandar Suryaatmaja, pelatih klub, ternyata memang memanggil wartawan koran tadi untuk menjepret. Soalnya, pihak pengelola tempat renang, menurut Iskandar, tak begitu peduli akan kolam itu. Airnya keruh, isi kolam makin hari makin susut. Bahkan kolam itu praktis tergantung air hujan. Karena itu, bagi Iskandar, tak ada jalan lain kecuali yang satu itu. Tapi ulah Iskandar ternyata membuat berang pengelola kolam, Gatot. Karena, menyusutnya air kolam itu justru disengaja katanya. "Saya lagi mencoba mengisi kolam dengan air sumur," kata Gatot. Selama ini kolam diisi air PAM, dan itu "kelewat mahal". Soalnya, pada saat-saat ideal untuk orang-orang berenang, kolam itu justru dipakai Klub Hiu berlatih. Padahal, anggota Klub Hiu hanya ditarik Rp 200 per orang, sementara orang umum (yang jadinya tak bisa berenang) bayarannya Rp 700 sampai Rp 1.000 per orang. Dengan itu tak mungkin menutup biaya air PAM -- menurut Gatot. Soal mengapa Klub Hiu tak memakai waktu lain, tak didapat keterangan. Hanya, menurut Gatot, persis ketika ia sedang mencoba menghilangkan ketergantungan kolam akan air PAM, Iskandar mengerahkan anak buahnya. "Dia itu memasukkan air tanpa izin. Bagaimana kalau air yang dibawa tak memenuhi syarat? Saya sendiri selalu mengundang petugas Dinas Kesehatan untuk mengecek air kolam," kata Gatot. "Ia bisa saya tuntut kalau saya mau, menjelek-jelekkan orang lain di koran." Iskandar menanggapi ringkas saja. "Saya 'kan cuma mau menarik perhatian orang," katanya. "Kalau sudah ribut, itu memang tujuan saya." Lepas dari siapa yang benar, menarik juga seandainya memang ada kolam renang tadah hujan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini