REABEKE Manikape, Anda kenal? Di Sulawesi Utara, setidak-tidaknya di Kabupaten Sangihe Talaud, Reabeke sangat kondang. Ia pejuang yang keras dan pantang menyerah. Bujangan sampai usia tuanya yang 63 tahun. Mampu dan sangat bersedia menceritakan kisah perjuangannya dulu, selama berjam-jam. Pantaslah bila lelaki ini, yang tinggal di desa kecil Leha, pinggiran Kota Tahuna, disegani penduduk. Sehingga, ketika bulan lalu ada kasus negatif yang dikabarkan melibatkan tokoh pujaan itu, penduduk tak segera percaya. Coba saja: gadis cilik Trio Diyan, 12, mengaku dinodai Reabeke. Ah ! Masa pejuang yang gigih melawan Belanda tega menggagahi gadis kecil bangsanya sendiri? Duga-dugaan pun cepat menyebar. Dan, bisa dipahami, tidak ada seorang penduduk -- bahkan petugas keamanan -- yang tega, atau berani, menanyakan kasusnya langsung kepada Reabeke. Apalagi keluarga Trio tak pula mengadu kepada polisi. Sungguh sedih. Dan lebih sedih, di suatu hari di pertengahan Juli yang lalu, pejuang ini terkapar tak bernyawa di bawah pohon kelapa di dekat rumahnya. Pembunuhan? Polisi berhasil menemukan surat yang ditulis Reabeke sendiri, sebelum ia meninggal. Bunyinya, antara lain, "Siapa yang rela menolong saya untuk penguburan, saya ucapkan banyak terima kasih. Saya memang tidak berguna di Kampung Lesa ini. Selama saya bertugas membela negara hampir 30 tahun, mengusir penjajah dari bumi Indonesia, saya tidak mati. Godaan wanitalah yang menggugurkan saya ...." Reabeke sudah menjawab. Ia memanjat pohon kelapa sampai ke pucuk, dan, ya Tuhan, dari sana terjun bebas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini