KEABSAHAN sebuah ujian kini harus diuji di Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin. Sebab, usai ujian semester ganjil, pertengahan Januari lalu, mahasiswa FISIP yang lazimnya bisa berlibur malah heboh. Sebagian memang pulang kampung, tapi sebagian besar masih getol masuk kampus yang terletak di kawasan Kayutangi, pinggiran Kota Air itu. Di kampus yang rimbun dengan semak belukar itu mereka terlihat berkelompok di sudut-sudut kampus, membicarakan soal ujian yang baru berlalu. Mereka menuding ujian itu tak fair karena ada yang bocor. Misalnya mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Pengantar Ilmu Administrasi Niaga, Administrasi Perkantoran, Sistem Ekonomi In- donesia, Statistik Sosial, Kepemimpinan dan Perkreditan dan Perbankan. Ihwal soal ujian bocor ini bocor dari gedung satu ke gedung lain di kampus, lengkap dengan bumbu penyedap. Misalnya disebut pembocoran dilakukan melalui sindikat. Dan, tambah seru lagi, karena para mahasiswa itu melakukan aksi corat-coret di papan pengumuman dan dinding kampus, yang mengungkapkan kekesalan atas bocornya soal ujian. Dan yang terpenting: minta ujian diulang. Keadaan ini membuat panas kuping para dosen, terutama dosen yang bersangkutan. Apalagi bagi Dekan FISIP Unlam, Drs. Achmad Razie. Karena itu dibentuklah tim pengusut, dan langsung tugas. Hasilnya? "Soal itu bocor, sama sekali tak ada bukti. Itu cuma isu," kata Achmad Razie kepada Almin Hatta dari TEMPO. Tapi mana ada asap tanpa api? Ia mengakui, sebelum ujian, ada 30 soal suatu mata kuliah beredar di tangan mahasiswa. Soal tersebut sama dengan yang keluar di ujian. "Tapi dosennya sudah kami periksa. Ia bersih. Sekali lagi, itu cuma kebetulan," katanya, seraya menunjuk bukti banyak mahasiswa yang tak lulus. Tiap mata kuliah, yang lulus rata-rata 15 persen saja. Bahkan ada satu mata kuliah, yang lulus murni cuma seorang. Untuk lebih menguatkan dugaannya tentang 30 soal sebagai kebetulan saja, Achmad Razie mengira-ngira lagi bahwa mungkin Pak Dosen malas bikin soal baru. Lalu soal tahun-tahun silam dimunculkan lagi. Namun, gosip bocornya soal ujian malah makin santer sehingga pimpinan FISIP bersidang untuk memutuskan ujian ulang pada 28-31 Januan 1991. Langkah ini bukan berarti mengakui ada kebocoran. "Semata atas pertimbangan demi kebaikan bersama. Agar isu soal bocor reda. Walau untuk itu kami tambah biaya ujian sekitar Rp 100 ribu," kata Pak Dekan. Pengumuman pun dicanangkan. Mahasiswa gaduh. Ada yang sibuk menelegram temannya yang telanjur pulang kampung. Dan seminggu menjelang hari-H, mahasiswa ribut lagi. Ada yang setuju ada yang keberatan ujian ulang. "Kita benar-benar yakin telah lulus, kenapa harus diulang? Apalagi waktunya mepet," ujar seorang mahasiswi. "Mereka yang tak mau ujian ulang ini mencurigakan. Jangan-jangan mereka memang menerima bocoran soal. Saya akan mengusut- nya sampai tuntas," Achmad Razie berjanji. Ed Zoelverdi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini