Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Polisi ditodong

Islamuddin, anggota polres tapanuli utara ditodong bonar siagian dengan pistol palsu, ketika cari angin seusai dinas. pemeriksaan agak seret. karena bonar sulit berbahasa indonesia, dan mogok bicara.

9 Februari 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MERIAH juga bila polisi yang menyamar bertemu penodong samaran. Ini terjadi ketika Islamuddin, 24 tahun, jalan-jalan di stasiun bis Bintang Utara, Tarutung, suatu malam tengah Januari lalu. Anggota Polres Tapanuli Utara di kota itu biasa cari angin di situ selepas dinas, terkadang bersama beberapa sejawatnya. Ketika menyeberangi jalan di perempatan dekat stasiun bis, ia didatangi seseorang berambut awut-awutan. Pemuda bersandal jepit dan bertubuh sedang itu mengenakan kaus oblong warna kuning. Tanpa basa-basi ia langsung mengacungkan pistol. "Apa ini, Lae," seru Islamuddin. "Dia hepengmu!" jawab si penodong, menanyakan uang. Hanya dengan sekali sapuan pandang, Islamuddin menyimpulkan senjata di tangan penodongnya tak lebih dari pistol-pistolan. Tanpa membuang waktu, polisi bertubuh kekar itu menerjang perut si penodong hingga terjajar ke pagar. Di luar dugaan, penodong dekil itu malah mencabut sebilah bambu di dekat pagar dan balik menyerang Islamuddin. Tapi luput. Dan sersan dua yang masih bujangan ini, dengan gerakan lincah mirip aksi Rick Hunter, berhasil membuat lawannya tak berkutik. Lebih parah lagi, massa ikut menyumbang bogem mentah. Beberapa polisi yang berpos hanya ratusan meter dari perempatan itu datang melerai. Di kantor polisi. diketahui nama sang penodong sebagai Bonar Siagian, 34 tahun. Ia mengaku menodong karena perlu uang untuk pulang ke kampungnya, di Desa Huta Gurgur, Kecamatan Silaen -- memang lumayan jauh dari Tarutung. Tapi cerita Bonar itu tidak sepenuhnya benar. Sebab, polisi menemukan Rp 9.000 di dompetnya. "Sebetulnya itu cukup buat ongkos dia pulang," tutur seorang petugas. Akan halnya pistol Bonar, itu adalah geretan yang banyak dijual di pasar. Dalam pengakuannya 'pistol korek" itu dipinjam dari kawannya yang jadi kenek bis umum. Pemeriksaan agak seret karena selain sulit berbahasa Indonesia, Bonar juga melakukan mogok bicara. "Mungkin nanti kalau sudah bosan, ia akan bicara juga," kata Islamuddin kepada Munawar Chalil dari TEMPO. Agaknya, Islamuddin masih kesal kepada si Bonar yang salah ini. "Mau main ribak saja, masa polisi mau ditodong. Pakai pistol mainan pula. Matilah kau," ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus