Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERLAHAN tapi pasti, polisi mulai mengurai simpul Amrozi dan jaringannya. Tak mudah memang mengorek keterangan dari pemuda asal Tenggulun, Lamongan itu. Setelah 40 jam bungkam, ia baru mau buka mulut sesudah polisi menunjukkan bukti-bukti perjalanannya selama di Malaysia.
Dalam pemeriksaan berikutnya, Amrozi begitu lincah berkicau menyebut nama-nama yang terkait dengannya. Mereka memang belum tentu bersalah. Amrozi menyebut Imam Samudra alias Kudama atau Hudama—diduga nama aslinya Abdul Aziz—sebagai pemberi order untuk membelanjakan bahan-bahan pembuat bom. Nama ini bukan hal baru. Polisi menduga: ia tersangkut dalam peristiwa bom Natal 2000.
Betulkah Kudama menjadi otak peledakan bom Bali? Masih tanda tanya besar. Kabarnya, beberapa hari seusai ledakan itu, dalam sebuah pertemuan di antara mereka, Imam Samudra mengaku mendapatkan uang US$ 1.000 yang telah dicairkan ke dalam rupiah dan langsung dibagi-bagikan tim bom Bali ini. Siapakah yang memberikan uang kepada Kudama? Belum jelas. Jaringan ini memang rumit.
Garis Hidup Amrozi
1963: Dilahirkan di Tenggulun, Lamongan, Jawa Timur. 1983: Drop out dari Madrasah Aliyah Muhammadiyah di Desa Payaman, Lamongan, karena bengal. 1985: Pergi ke Malaysia untuk mencari pekerjaan. Di negeri jiran itu bekerja sebagai tukang batu, tapi hanya bertahan di sana selama 6 bulan. 1985: Menikah dengan Rohmah, kembang desa Sugihan, Lamongan. Tapi tak sampai setahun kemudian mereka bercerai. 1990: Menikah dengan Astuti, istri keduanya, lalu bercerai tiga tahun kemudian. 1992: Berangkat lagi ke Malaysia untuk bekerja dan mencari kakaknya yang bernama Muchlas. Ia lalu menjadi montir dan belajar agama kepada Muchlas. 1994: Kembali ke Indonesia selama satu bulan, lalu kembali ke Malaysia. 1997: Kembali ke Indonesia dan menjadi montir di Lamongan. 1999: Menjadi konseptor unjuk rasa untuk menjatuhkan Maskun, Lurah Desa Tenggulun. Sejak saat itu, hubungan Maskun dan Amrozi memburuk. 2000: Pertama kali dihubungi Kudama alias Imam Samudra untuk mencari bahan pembuat bom yang akan dipakai berperang di Ambon. 2001: Membuka bengkel dengan nama Jilbab Motor Plus di Desa Tenggulun. 2002: Tersangka pengeboman Kuta, Bali. |
Aksi Amrozi di Bali
September:
Beberapa hari kemudian, mereka kembali bertemu. Kali ini dilakukan di sekitar Pasar Klewer, Solo. Dalam pertemuan itu ditentukan target pengeboman: Bali. Idris bertemu dengan Amrozi memberikan uang untuk pembelian mobil dan bahan-bahan bom. Uang itu terdiri atas rupiah, dolar Amerika, dan dolar Singapura, total Rp 47 juta. Setelah semuanya di tangan, Amrozi tinggal menunggu kapan barang dikirim dan ke mana. 27 September:
29 September:
30 September:
5 Oktober:
7-9 Oktober:
10 Oktober:
12 Oktober:
13 Oktober:
Beberapa hari setelah peledakan:
|
Jaringan Amrozi
Muchlas alias Ali Gufron
Imam Samudra alias Kudama
Ali Imron alias Alit
Qomarudin alias Kamarudin alias Kamar
Muhammad Zakaria
Mubarok
Idris alias Jhoni Hendrawan
Zulmatin alias Asep
Umar A alias Umar Kecil
Umar B alias Nyoman
Yudi
Nurwindar
Ali Fauzi
Di luar jaringan itu:
*Hubungan dengan Amrozi: Keduanya diperiksa di Bagian Reserse Ekonomi karena Amrozi pernah membeli bahan-bahan kimia di Tidar Kimia dalam jumlah besar beberapa waktu lalu. Bahan peledak yang dibeli dari toko tersebut kemudian oleh Amrozi diangkut menggunakan mobil L-300 miliknya dari Lamongan ke Bali. |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo