SEJAK lima hari sebelumnya, Supinah, 60, sebenarnya sudah curiga. Satu dari tiga buah kakus di rumah sakit Dokter Soetomo, Surabaya, yang setiap hari harus dia bersihkan, selalu tertutup. "Saya pikir ada yang sedang buang hajat," katanya. Sabtu, 20 Oktober lalu kecurigaannya bertambah ketika dari kakus itu tercium bau busuk. Pintu kamar kecil segera dibuka paksa, dan . . . seorang kakek tampak terduduk di sana dalam keadaan sudah menjadi mayat. Tubuhnya mulai membusuk, tapi kaca mata minus masih tertengger di wajahnya dan arlojinya pun masih berdetik-detik. Kakek itu adalah Syahril, 58, yang tinggal di Jalan Tidar, Surabaya. Pada 16 Oktober, ia yang mengidap sakit jantung, kencing manis, ginjal, dan sesak napas berobat ke rumah sakit diantarkan istrinya, Choiriyah. Sewaktu menanti panggilan, Syahril minta izin ke kamar kecil. Dan ketika ia lama tak kembali Choiriyah memeriksa kakus. Dua buah kakus yang diperiksanya kosong. Kakus ketiga terkunci, tapi dia pikir yang ada di dalam orang lain, karena ketika diketuk-ketuk tak ada yang menyahut. Choiriyah lalu pulang dan selama lima hari itu ia kelabakan mencari suaminya. Ia kaget ketika, di hari kelima, diberitahu bahwa Syahril kedapatan meninggal dalam kamar kecil. Kakek empat cucu itu diduga meninggal karena serangan jantung. Tapi untuk memastikan sebab kematian, polisi ikut melakukan penyidikan. Menurut Supinah, kakus tempat Syahril ditemukan memang angker. "Sudah empat orang pingsan di situ. Untung, cepat ketahuan," katanya. Tapi, yang pasti, Supinah membuktikan bahwa kakus itu tak selalu ia bersihkan - sampai-sampai harus ditiduri mayat selama lima hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini