Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PADA usianya yang menjelang 62 tahun, Christine Hakim sudah melalui segala peran, segala sutradara, dan puluhan produser dari berbagai negara. Gadis yang jatuh cinta untuk pertama kali, istri, ibu, pemimpin gerilya yang bergelap-gelap dalam terang, pendekar silat, pengemis, ibu kandung Kartini, dan seterusnya. Tapi, setelah 40 tahun berkarier dalam dunia film, “Tak pernah terpikirkan bahwa saya akan berperan dalam film dengan genre seperti ini,” demikian Christine mengakui, lalu tertawa. “Kamu bingung, kan? Aku juga bingung,” katanya kepada Tempo, tertawa-tawa.
Yang dimaksud “film dengan genre seperti ini” tak lain tak bukan tentu Perempuan Tanah Jahanam karya Joko Anwar, yang menampilkan Christine sebagai Nyi Misni. Seorang perempuan di ambang senja yang penuh dengan kemarahan, dendam, obsesi terhadap si bocah lanang Ki Saptadi (Ario Bayu). Christine mengaku bahwa kali ini perannya tidak sekadar menantang. Dia tengah melangkah ke sebuah dunia baru. “Bukan hanya dia menggunakan ilmu hitam dan sangat menikmatinya, tapi juga hubungannya dengan putranya cukup aneh,” ucap Christine.
Dia mengaku tak pernah menyaksikan film horor, kecuali ketika sahabatnya, aktor Reza Rahadian, “menjebaknya” dengan mengajak menyaksikan film Pengabdi Setan karya Joko Anwar. Reza sengaja tak memberitahukan judul film itu karena tahu betul Christine sangat jeri pada film horor. Akibatnya, “Hampir selama film saya menutup mata saking ketakutan,” tutur Christine, terkekeh.
Christine Hakim dalam film Perempuan Tanah Jahanam./Tempo
Adapun ihwal keterlibatan Christine dalam film Perempuan Tanah Jahanam, sutradara Joko Anwar mengaku, “Ketika menulis skenario, yang ada di kepala saya adalah Christine Hakim harus memerankan Nyi Misni.” Joko memburu Christine ke mana pun dia pergi. Hingga akhirnya Christine mengaku, dengan bergurau, dia menerima peran Nyi Misni karena “lebih horor kalau saya menolak Joko Anwar dan Shanty Harmayn (produser film ini)”.
Tapi jawaban serius Christine tentang karakter Nyi Misni adalah karakter tersebut sangat menantang karena Nyi Misni pada masa lalu sesungguhnya adalah korban. “Meski tidak ingin membenarkan tindakan-tindakannya, saya punya simpati pada sosoknya,” ucapnya, kemudian menjelaskan bagaimana dia ikut membangun sosok tersebut.
“Saya mengusulkan kepada Joko agar kaki Nyi Misni ada jendolan di pinggir jempol. Orang tua biasanya kakinya mulai berbentuk seperti itu,” kata Christine. Dia juga menganggap mata Nyi Misni agak picek. Hasilnya, Christine menjelma menjadi Nyi Misni dari ujung kaki hingga kepala. Seluruh tubuhnya yang menyangga seluruh penderitaan masa mudanya terpancar pada wajah, gerak, dan bahasa tubuh Nyi Misni.
Dia mengaku tak pernah menyaksikan film horor, kecuali ketika sahabatnya, aktor Reza Rahadian, “menjebaknya“ dengan mengajak menyaksikan film Pengabdi Setan karya Joko Anwar.
Tak bisa disangkal, begitu tokoh Nyi Misni hadir di layar film, seluruh perhatian tersedot kepadanya. Bukan karena baru pertama kali kita menyaksikan Christine memerankan seorang tokoh antagonis, tapi juga lantaran dia berhasil menampilkan Nyi Misni yang kompleks dan terdiri atas banyak lapis yang mengejutkan, yang ganjil, yang mengerikan, yang sungguh membuat kita jeri sekaligus ingin terus-terusan menyaksikan tingkahnya.
Dalam film Perempuan Tanah Jahanam, Joko Anwar menciptakan sebuah jagat gelap yang menumpukan diri pada ilmu hitam, kutukan, klenik, dan serangkaian tumbal. Ini semua karena, menurut sabda Nyi Misni, segala pengorbanan tersebut dilakukan untuk menyelamatkan desa. Semua patuh. Semua percaya. Termasuk putra lanangnya, Ki Saptadi. Dan meski Christine Hakim adalah seorang pendukung, mata penonton tak akan bisa lepas dari kehadirannya. Bahkan dalam adegan yang tak menghadirkan dirinya, nama dan aura Nyi Misni tetap terasa. Sosok itu tetap merasuki penonton tanpa dia harus hadir di layar dalam setiap adegan.
Christine Hakim dalam film Perempuan Tanah Jahanam./Tempo
Bahwa Christine cukup kenyang mendapat ganjaran sebagai yang terbaik sebanyak delapan kali dalam Festival Film Indonesia (enam kali sebagai Aktris Terbaik dan dua kali sebagai Aktris Pendukung Terbaik) adalah satu hal. Tapi meleburkan diri dalam menghidupkan tokoh Nyi Misni tak cukup sekadar membutuhkan “ilmu hitam” atau tangan Midas Joko Anwar, tapi juga memerlukan jam terbang dan tiupan roh seorang Christine Hakim.
“Untuk saya, salah satu tantangan memerankan Nyi Misni bukan soal fisik, tapi lebih mencoba memancarkan dendam dan masa lalu yang bertumpuk dalam dirinya,” ujar Christine. Itulah yang menyebabkan para juri Tempo tak terlalu banyak berdebat ketika memilih Christine sebagai Aktris Pendukung Pilihan Tempo, meski pesaingnya tak kalah menarik.
Jagat Perempuan Tanah Jahanam adalah sesuatu yang baru bagi Christine, tapi menjelma dan menjadi seorang tokoh dalam film adalah jiwanya. Itulah sebabnya, dalam genre apa pun, dalam film apa pun yang disutradarai tangan mana pun, Christine adalah api dalam perfilman Indonesia yang tak akan padam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo