Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Menuju Jalan Lintas

Sawahlunto kota penghasil batubara, sekarang berwajah suram karena harga batubara jatuh dipasaran dunia. Sejak 1975 tambang batubara ombilin mendapat bantuan dari pemerintah Kanada. (kt)

8 April 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JANGAN heran jika Kota Sawah Lunto dikenal juga dengan sebutan "kota arang". Hal ini tentu karena tambang batubara Ombilin yang terkenal itu berada di dalam kota ini. Sebab itu wajah Sawah Lunto tentu sulit dipisahkan dengan kehidupan tambang itu sendiri. Zaman sebelum perang kota ini cerah secemerlang perdagangan batubara di kala itu. Tapi beberapa tahun belakangan ini Sawah Lunto berwajah suram, begitu harga batubara jatuh benar di pasaran dunia. Bukan saja warga kota pelan-pelan berkurang karena penurunan jumlah karyawan di tarnbang itu. Tapi juga perekonomian di kawasan kota menjadi sepi. "Produksi hanya sekitar 100 ton sehari, cuma untuk keperluan pegawai," tutur seorang karyawan tambang itu kepada TEMPO. Tak heran jika pembangunan Kota Sawah Lunto pun lebih banyak tergantung pada subsidi, Sejak 1975 lalu kota ini mulai agak semarak. Yaitu ketika Tambang Batubara Ombilin mendapat bantuan Pemerintah Kanada untuk direhabilitir. Cahaya listrik mulai memencar menghapus pelosok-pelosok kota yang suram. Dan wajah Walikota Saimuri pun sedikit mulai cerah, disertai langkah-langkah pembenahannya. "Dulu lengang sekali," kata Saimuri, "sejak ada pasar Inpres kota lebih hidup." Perluasan Dengan penduduk sekitar 14.000 jiwa dan luas kota 6,3 km persegi, Walikota Saimuri agaknya tak mau begitu saja menggantungkan perkembangan kotanya pada tambang Ombilin. Buktinya sebuah petisi dari DPRD Kotamadya Sawah lunto belum lama ini dikirim ke DPRD Propinsi Sumatera Barat. Isinya antara lain meminta agar areal kota diperluas sehingga menjadi 400 km persegi (yang berarti penduduknya akan menjadi 58.000 jiwa). Dengan petisi ini dimaksudkan agar perkembangan kota lebih cepat terangsang oleh Jalan Lintas Sumatera Sebab dengan perluasan tadi, areal kota hanya akan berjarak 4 km lagi dari Lintas Sumatera. Bersamaan dengan itu diajukan pula permohonan agar jalan yang 4 km itu diperlebar, kirakira sebesar dan sebagus jalan lintas itu. Sampai sekarang petisi itu sendiri belum mendapat tanggapan. Tapi beberapa orang anggota DPRD Sumatera Barat menanggapi isi petisi itu sebagai "keterlaluan'. "Kok Sawah Lunto serakus itu?" tanya seorang anggota DPRD Propinsi. Ia mengambil contoh Kota Padang sendiri yang hanya mengajukan permintaan perluasan dari 33 km menjadi 80 km persegi. Tapi kalangan Balaikota Sawah Lunto menolak istilah rakus itu. Ia mengambil pula contoh Kota Solok. Kota ini begitu cepat berkembang tak lama setelah Jalan Lintas Sumatera melewatinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus