Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sebuah taman

Taman marga bina siswa di yogya dibuka tiap hari kecuali sabtu dan minggu. anak-anak yang berkunjung harus dengan bapak/ibu guru sebagai pengawal karena taman berada di tepi jalan dengan arus lalu lintas padat. (kt)

8 April 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NIAT Pemda Kotamadya Yogyakarta untuk membuat taman rekreasi anak-anak terkabul juga. Ini terjadi awal Maret lalu, ketika Taman Marga Bina Siswa diresmikan. Tempatnya di Jalan Senopati, di atas tanah seluas 3.000 meter persegi lebih. Dulunya tempat ini dikenal sebagai Taman Pramuka, tapi belakangan menjadi terminal kaum gelandangan. Taman baru itu memang manis. Diterangi 30 buah lampu merkuri, di dalamnya terdapat juga 8 buah patung binatang, 2 patung manusia dan 15 buah mainan anak-anak. Tiga buah bangunan joglo di dalamnya adalah untuk rumah jaga, kamar kecil dan kafetaria. Untuk sementara para pengunjung diatur begini dibuka setiap hari dalam bentuk rombongan disertai bapak atau ibu guru sebagai pengawal. Tak boleh sendiri-sendiri. Hari Sabtu dan Minggu tutup, agar tidak mengganggu pengunjung gereja yang ada di dekatnya. Perawatan Anak-anak yang akan berkunjung tak diperkenankan sendiri, tampaknya memang tepat. Sebab taman itu berada di tepi jalan dengan arus lalu lintas padat. Lagi pula ancaman dari tangan-tangan jahil agaknya masih cukup mengkhawatirkan, terutama bagi anak-anak yang memakai perhiasan. Taman itu memang dikelilingi pagar setinggi 1,4 meter, tapi keisengan anak-anak belum tentu menjamin mereka untuk tidak meloloskan diri keluar. "Memang kurang tepat untuk tempat hiburan anak-anak, karena pertimbangan lalu lintas," ucap ir. Nyonya Asyantini, Kepala Bagian Pertamanan Kotamadya Yogyakarta. Tempat itu dipilih juga, mungkin karena pihak Pemda Kotamadya Yogyakarta sulit menemukan tempat lain. Taman Marga Bina Siswa bukan satu-satunya yang pernah ada di kota ini. Di sekitar Jalan Sagan, di utara kota, pernah ada taman serupa ini. Tapi tak menentu nasibnya. Dan dilupakan begitu saja. Begitu juga di Alun-alun Selatan, pernah dibuat Taman Lalu Lintas untuk anak-anak. Terbengkalai dan musnah begitu saja. Mungkin karena tak ada perawatan atau akhirnya membosankan pengunjung karena tak ada pembaharuan. Tapi untuk taman yang baru itu, ir. Asyantini kabarnya sudah mengajukan anggaran Rp 50.000 (dalam APBD 1978/1979) untuk merawatnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus