MEMASUKI tahun keempat jabatannya, Gubernur DKI Tjokropranolo
sering melakukan kunjungan tiba-tiba. Senang keluar masuk
kampung memeriksa sendiri kawasan ibukota, Bang Nolly--demikian
gubernur dipanggil-sering asyik menekuni hal-hal baru yang
ditemuinya. Sehingga lupa akan acara berikutnya.
Berikut ini sebagian dari wawancaranya dengan TEMPO.
Proyek MHT. Seperempat areal yang harus kena MHT, kini telah
rampung. Idealnya memang harus rampung semuanya Tapi yang saya
anggap penting ialah, mulai tahun ini kami sudah bisa mencicil
utang kepada World Bank dalam jumlah yang lebih besar, Rp 800
juta. Itu cicilan yang kedua.
Jakarta kota tertutup. Banyak yang tidak menyimak peraturan
tentang hal ini. Yang dimaksud kota tertutup ialah bagi mereka
yang tidak mempunyai pekerjaan di ibukota. Seperti pengemis yang
tidur di emper-emper. Tetapi bukan bagi penduduk yang produktif,
yang mempunyai pekerjaan dan tempat tinggal tetap.
Penggusuran. Sampai sekarang saya tidak pernah melakukan
penggusuran. Apa yang saya lakukan ialah penertiban. Misalnya
kalau pengadilan telah memenangkan perkara bagi pemilik tanah,
pemukim liarlah yang harus keluar. Biar mereka mengadu sampai ke
DPR, saya tidak peduli. Minta tolong kepada saya boleh, tetapi
jangan minta tanah.
Urbanisasi. Ini masalah lama. Apakah kalau Jakarta maju, saya
salah? Kalau tidak memajukan Jakarta, saya juga salah. Bagi
saya, memberi orang lain pekerjaan dan makan, itu lebih baik.
Daripada tidak bisa kasih makan diri sendiri apalagi orang lain.
Masalah tanah. Jakarta sudah terlalu padat. Karena itu saya
menilai masalah pemukiman baru, seperti Depok atau Bekasi, tidak
bisa bertahan dalam jangka waktu lama. Artinya, tidak bisa
membuka pemukiman baru seluas itu dengan jumlah penduduk yang
relatif kecil.
Mengapa tidak mendirikan flat? Mungkin biayanya mahal. Tapi di
masa mendatang perlu, karena masalah tanah tidak akan bisa
bertahan. Karena itu dari sekarang sebaiknya mengambil langkah
baru dengan mengingat faktor angkutan, kepadatan penduduk dan
harga tanah.
Masalah judi. Pendapatan daerah DKI tahun 1979/80 Rp 86,23
milyar. Ini berarti penghasilan 3/4 dari keseluruhan APBD.
Melihat jumlah ini, bisa dilihat, betapa tidak berartinya
penghasilan judi, yang cuma sekitar 5 - 8% saja dari seluruh
penghasilan.
Saya tetap tidak setuju dengan judi yang bisa meluas akibatnya
di masyarakat. Walau pun sava sadar. judi tidak bisa dihapus
sekaligus.
Pulogadung. Sesungguhnya kami mengalami kesulitan dalam hal
tanah. Justru permintaan pendirian pabrik-pabrik meningkat.
Sebab, tanah yang tadinya telah dialokasikan bagi industrial
estate, adalah tanah yang padat penduduknya dan harganya menjadi
mahal sekali. Maka saya mengizinkan untuk mengambil daerah lain
yang agak jarang penduduknya. Harga tanah masih murah dan masih
dalam kawasan Pulogadung juga. (lihat box SUIK di
Pulogadung).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini