DENGAN hati-hati masuklah seorang anak ke dalam sebuah gua.
Gelap sekali di dalam gua ini. Setelah beberapa lama
keluarlah anak itu. Ia tampak gembira sekali. Mengapa?
Suau majalah baru khusus untuk anak-anak, Bimba, memuat hal di
atas. Ia bertanya dan mengundang para pembacanya supaya
menjawabnya dengan cara bercerita.
Bersama majalah ini, jumlah berkala anak-anak sudah mencapai 11,
termasuk satu dalam bentuk koran, yang kini terbit di Indonesia
Rupanya masih ada saja penerbit yang berpendapat bahwa selama
ini jumlahnya belum banyak. Mungkin pula masih ada penerbit yang
melihat jumlahnya masih bisa ditambah, mengingat pasarannya luas
sekali.
Lesu
Penduduk Indonesia yang berusia 5-9 tahun pada tahun 1980
diperkirakan berjumlah 18,5 juta, dan yang 10-14 tahun sekitar
17,8 juta lagi. Kesebelas penerbitan tadi umumnya mencoba
menarik golongan pembaca yang dari 5 sampai 14 tahun -- lebih 36
juta jumlahnya. "Kalau bisa meraih 1% saja dari jumlah itu,
sudah bukan main," kata sastrawan Toha Mohtar, Penanggungjawab
Kawan-kawan, yang Agustus nanti berumur 10 tahun.
Ternyata dari kesbelas tadi masih belum ada yang mampu meraih
1% itu. Sebagian besar masih mencapai oplah di bawah 25.000.
"Pasaran majalah anak-anak kini sedang lesu," ujar Ny Tuti
Tuti Sundari, yang memimpin Kucica. Oplah majalah ini kini tak
sampai 1.000, turun dari 22.500 tahun lalu.
Kawanku yang disajikan untuk golongan pembaca 9-14 tahun pernah
mencapai oplah puncak 48.000 dua tahun lalu. Kini oplahnya,
menurut Toha, menurun sampai 40%. Tentang kenapa bisa terjadi
beLitu, ia hanya bisa merabaraba. "Mungkin ada hubungannya
dengan semakin meningkatnya harga barang kebutuhan hidup, hingga
dana keluarga yang tadinya tersedia untuk majalah anak-anak kini
tersedot untuk keperluan lain," katanya.
Para pengasuh majalah anak-anak tampak menghadapi persoalan
untuk mempertankan kelompok pembacanya. Ini dialami oleh
Kucca, yang semula (1976) disajikan untuk anak SD. Karena
mengira banyak pembacanya sudah naik ke SMP, pengasuhnya mencoba
mengubah pola penyajiannya, menyesuaikan diri ke tingkat SMP.
Ternyataoplahnya yang jatuh itu masih tak mau naik lagi.
"Semestinya penerbit majalah anakanak rela melepaskan pembaca
yang meningkat usianya, sementara mencoba merekrut kelompok
pembaca baru," ujar Harjadi S. Hartowardojo. Sastrawan ini
pernah berpengalaman dalam mengasuh majalah anak-anak tahun
1950-an, di zaman permulaan Kuncung, yang kini tertua dari
semuanya.
Tapi sebagian penerbit kelihatan main coba-coba tentang apa yang
pantas dan layak disajikan untuk anak-anak. Misalnya, Cerdas
(oplah 15.000), koran anakanak yang punya sasaran pembaca anak
kelas V SD sampai SMP. Penanggungjawabnya, Susilomurti,
mengatakan korannya sengaja dibikin berbeda dari majalah
anak-anak. Tapi ia meniru kebiasaan koran memuat ramalan nasib
sepekan, sesuatu yang tak layak untuk bacaan anak-anak.
Dalam merekrut kelompok pembaca baru agaknya Sahabat dan Aladin
berhasil dalam waktu relatif singkat. Keduanya memuat cerita,
dongeng dan komik yang bernapas Islam.
Rekomendasi
Sahabat ydng terbit bulanan kini punya oplah 25.000, naik dari
10.000 ketika mulai terbit September lalu. Peredarannya terbesar
di madrasah ibtidaiyali (setingkat SD). Badruzzaman Busyairi,
Pemimpin Redaksinya, mengatakan ia sendiri "terkejut" bahwa
oplahnya bisa naik setiap bulan.
Aladin yang terbit sejak Januari masih beroplah 10.000 tapi
pengasuhnya Sumardi Harsyah, menyatakan keyakinannya bahwa
majalahnya akan bisa segera mencapai peredaran 50.000. "Sayang,
modal kami kecil sehingga belum bisa mencetak banyak," kata
Sumardi yang semula hanya memakai modal "rekomendasi Departemen
Agama."
Ia berusaha mencapai sasaran pembacanya lewat guru agama di SD.
Dari majalahnya, katanya lagi, para guru agama mendapat bahan
untuk bercerita dalam kelas.
Agaknya imba, yang terakhir muncul, sudah punya sasaran pembaca
tersendiri pula. Yaitu anak-anak SD dari keluarga yang
berlangganan Femina, majalah wanita, yang sudah selama 5 tahun
punya lembaran anak-anak limba. Pemisahannya sebagai majalah
tersendiri, menurut Widarti Gunawan, Pemimpin Redaksinya, ialah
atas permintaan banyak pembaca Femina sendiri.
Yang satu ini jelas yakin bahwa pasaran majalah anak-anak masih
luas. Tapi mengapa sekeluarnya dari gua gelap tadi, si anak
gembira sekali? Mungkin sukses setiap penerbit akan terganung
pada jawabannya, yang bisa bermacam-macam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini