Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ACARA Jakarta Lawyer Club yang disiarkan TVOne, Selasa malam pekan lalu, menjadi panggung curahan hati Aburizal Bakrie. Ketua Umum Partai Golkar ini menganggap kabar dia bertemu dengan Gayus Halomoan Tambunan di Bali sengaja diembuskan. ”Untuk memperburuk citra Partai Golkar pada Pemilu 2014,” kata Aburizal dalam acara yang ditayangkan langsung dan dipandu Karni Ilyas, pemimpin redaksi televisi miliknya itu.
Menurut Aburizal, ada skenario untuk mengendalikan partainya yang ”semakin kuat”. ”Seperti padi yang kian menguning tapi langit tetap saja biru,” katanya bertamsil, ”jadi perlu cara mendiskreditkan partai.”
Aburizal mengatakan, bersama keluarganya ia memang ke Bali menonton pertandingan tenis Commonwealth Bank Tournament of Champions, Sabtu dua pekan lalu. Sehari sebelumnya, ia mengatakan berada di Palembang dan baru pada Sabtu dinihari, pukul 01.00, tiba di Bali. Dia mengaku tak kenal Gayus. ”Cuma lihat di media massa, katanya pakai wig,” ujarnya.
Seorang politikus Beringin menganggap rumor pertemuan Aburizal dengan Gayus muncul karena bekas pegawai Direktorat Pajak itu menyeret perusahaan milik keluarga Bakrie di persidangan. Gayus mengatakan menerima dana Rp 100 miliar dari PT Kaltim Prima Coal, PT Arutmin, dan PT Bumi Resources untuk membereskan persoalan pajak perusahaan-perusahaan itu.
Setelah ”liburan” Gayus dan keluarganya ke Bali terkuak, publik menghubungkannya dengan Aburizal, yang menonton pertandingan tenis di tempat sama. Para politikus Partai Demokrat getol berkomentar. Didi Irawadi Syamsuddin, ketua partai itu, misalnya, mendesak polisi menyita kamera keamanan Hotel Westin Bali, tempat Gayus menginap. ”Kita khawatir bukti dihilangkan,” kata Didi.
Ketua Bidang Pemberantasan Korupsi dan Mafia Hukum itu menilai penghilangan barang bukti sangat mungkin terjadi. Sebab, ia melanjutkan, di balik kasus Gayus diduga ada kekuatan besar mafia pajak. ”Jangan hanya memeriksa polisi dan jaksa, tapi juga pengusaha besar di balik Gayus,” kata Didi.
Priyo Budi Santoso, politikus Beringin, mengatakan rumor pertemuan Gayus dengan Aburizal telah beredar terlalu jauh. Ia menganggap politisasi itu tak menguntungkan. ”Polisi bersikap profesional saja agar clear, tak memicu fitnah,” kata Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat ini.
Menurut Priyo, dari hari ke hari serangan kian liar. Tujuannya, mendegradasi Golkar pada Pemilu 2014. Tentang partai yang dicurigai, Priyo tak mau menyebutkan. ”Yang pasti, sejauh ini belum mempengaruhi koalisi. Meskipun aroma politiknya kental,” kata dia.
Sikap Golkar membuat Partai Demokrat merasa sebagai pihak yang disasar. ”Demokrat tak punya kemampuan bikin rekayasa seperti itu,” kata Ahmad Mubarok, anggota dewan pembina partai itu. Menurut dia, Demokrat minim kemampuan membuat intrik. ”Seharusnya Golkar tak perlu kebakaran jenggot,” kata Mubarok.
Diakuinya, sikap Golkar bisa merembet ke masa depan koalisi. Menurut Mubarok, koalisi memang tak solid. Targetnya berakhir pada 2014. ”Koalisi itu memang tak memuaskan. Jika ada partai yang ingin membubarkan, harganya terlalu mahal,” kata dia. ”Buat apa dikait-kaitkan dengan soal Gayus.”
Mubarok maklum jika Aburizal mumet. Menurut dia, Aburizal gelisah soal pajak dan lumpur Lapindo, sehingga berusaha menutupinya dengan jargon-jargon. Tentang isu pertemuan Gayus-Aburizal, dalam pandangan Mubarok, itu merupakan masalah internal Golkar. ”Silakan Golkar cari kambing hitam, saya tak kaget,” katanya.
Dwidjo U. Maksum, Nalia Rifika, Mahardika S. Hadi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo