Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Rambut Palsu di Jalan Buntu

Gayus punya banyak wig. Dimusnahkan ketika ”liburan”-nya terungkap.

22 November 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

EMPAT reserse Kepolisian Daerah Metro Jaya memasuki Perumahan Gading Park View, Jakarta Utara, lewat tengah malam. Hampir pukul dua dinihari Ahad dua pekan lalu, ketika mereka tiba di depan rumah di ujung jalan buntu di kompleks itu. ”Mereka ditugasi mengintai rumah,” kata seorang perwira menengah Kepolisian Metro Jaya.

Rumah jumbo dua lantai itu milik Gayus Halomoan Tambunan, terdakwa kasus penyuapan dan mafia hukum. Perkara bekas pegawai golongan IIIa Direktorat Pajak itu sedang diadili di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Sudah tiga hari ia tak berada di tahanannya, Rumah Tahanan Markas Komando Brigade Mobil Kepolisian Kelapa Dua, Depok.

Para reserse itu melihat mobil Ford Everest hitam memasuki garasi rumah. Seorang perempuan turun dari mobil. Polisi-polisi itu mengenalinya, dialah Miliana Anggraeni, istri Gayus. Mereka mendekat dan langsung menanyakan keberadaan Gayus. Ternyata sang terdakwa ada di dalam rumah. Dinihari itu juga Gayus dipulangkan ke rumah tahanan.

Ketika menjemput itu, menurut sumber Tempo di Markas Besar Kepolisian, polisi menemukan beberapa rambut palsu di rumah Gayus. ”Dia punya banyak,” ujar seorang sumber. Dengan rambut palsu, Gayus wira-wiri di tempat umum. Penyamaran ala kadarnya ini dimuluskan dengan duit sogokan Rp 368 juta buat kepala rumah tahanan, Komisaris Iwan Siswanto, plus sangu Rp 1,5 juta per pekan buat para penjaga.

Uang itu sekaligus biaya ”ojek” sepeda motor Honda Revo perak milik Brigadir Satu Angoco Duto, salah satu penjaga tahanan, yang selalu mengantarnya keluar dari rumah tahanan. Dalam pemeriksaan Divisi Profesi dan Pengamanan Kepolisian, Angoco bercerita bahwa setiap piket akhir pekan ia biasa membawa Gayus ke luar Markas Brigade Mobil.

Setiap pukul lima sore pada akhir pekan, Angoco mendrop Gayus di pompa bensin di Jalan Akses Universitas Indonesia, Depok. Biasanya mobil Ford Everest hitam B-926-GM yang disetir sopir Gayus sudah menanti di sana. Sesekali sang sopir menanti di kantor Bank Mandiri tepat di seberang jalan.

Di tempat yang sama pada hari yang disepakati Gayus kembali ke rumah tahanan, Angoco sudah menanti. Jauh sebelum Gayus sampai, ia membawa sepeda motornya yang nantinya ia titipkan di area parkir bank. ”Saya yang mengemudikan mobil Gayus sampai ke rumah tahanan,” ujarnya saat diperiksa.

Meski dua tempat itu ramai hingga larut, tak ada yang menyadari ”ritual” yang berjalan hingga puluhan kali itu. Mobil besar Gayus pun tenggelam di antara sedan dan minibus yang kerap mangkal di sana.

Rahmat, 40 tahun, karyawan pompa bensin, terkejut ketika tahu Gayus sering transit di tempat kerjanya. Menurut dia, setiap hari banyak mobil parkir di dekat toilet umum pompa bensin. ”Jadi saya tak terlalu memperhatikan,” ujarnya.

Di seberang jalan, Ari, tukang parkir ruko Bank Mandiri, juga tak pernah melihat Gayus. Deretan ruko yang penerangannya tak sempurna itu juga menyulitkan Ari mengenali wajah pada malam hari. ”Saya konsentrasinya, ya, jaga parkiran.”

Paling tidak tercatat 68 hari Gayus absen dari selnya. Dari awalnya cuma dua hari, belakangan dalam sepekan ia berani meninggalkan sel hingga empat sampai lima hari. Menurut orang yang dekat dengan keluarga Gayus, setidaknya sekali dalam sepekan pria berusia 31 tahun itu pulang ke rumahnya di Kelapa Gading. ”Biasanya datang malam dan langsung masuk ke rumah,” ujarnya. ”Kalau dia tidak ke Bali, pasti sampai sekarang tidak ketahuan.”

Saat Tempo menyambangi rumahnya pada Jumat sore pekan lalu, jalan-jalan di kompleks itu lengang. Apalagi di jalan buntu rumah Gayus yang cuma terdiri atas enam rumah di setiap sisinya. Penghuni rumah yang pulang pun cepat-cepat masuk rumah begitu selesai memarkir mobilnya.

Rumah Gayus sama pula sunyinya. Hanya ada pembantu di sana. ”Ibu sedang keluar,” ujarnya. Menurut dia, sepanjang pekan lalu Rani sepulang kerja langsung menjenguk suaminya di rumah tahanan. Nyonya rumah biasanya baru kembali larut malam.

Semua berjalan mulus sampai Gayus ketahuan menonton pertandingan tenis Commonwealth Bank Tournament of Champions di Nusa Dua, Bali. Toh, itu tak mengendurkan ”nyali” Gayus.

Bahkan Gayus emoh menjawab pertanyaan ketika diperiksa di Divisi Profesi dan Pengamanan, Rabu dua pekan lalu. Sumber di Markas Besar Kepolisian bercerita Gayus santai saja ketika dicecar pertanyaan tentang seringnya ia keluar dari rumah tahanan. Begitu juga soal sogokan kepada Kepala Rumah Tahanan Komisaris Iwan Siswanto dan delapan anak buahnya.

”Namun dia kaget setelah tahu Komisaris Iwan dan delapan penjaga membeberkan semuanya,” katanya. ”Gayus agak terkejut ketika diperlihatkan berita acara pemeriksaan tersangka lain.”

Tahu pelesirannya terbongkar, Gayus memerintahkan istrinya melenyapkan wig, kacamata, dan dokumen-dokumen perjalanan ke Bali. Kepala Bidang Penerangan Umum Komisaris Besar Marwoto Soeto menjelaskan, dalam pemeriksaan Rani mengakui sudah menghancurkan surat-surat dan perlengkapan menyamar suaminya.

Menurut Marwoto, penghancuran dokumen tersebut tak terlalu mengganggu penyelidikan. ”Mau dihilangkan barang buktinya juga tidak apa-apa,” kata Marwoto. ”Inti kasus ini kan penyuapan, dan sudah ada pengakuan dia menyogok petugas kami agar bisa keluar.”

Meski pemeriksaan akan berfokus ke kasus penyuapan, Marwoto mengatakan kepolisian tetap akan menelurusi tempat-tempat yang dituju Gayus saat berkali-kali meninggalkan rumah tahanan. Penyidik akan mengecek kemungkinan Gayus bertemu dengan perusahaan ataupun orang-orang yang tersangkut dengan perkara kasusnya. ”Informasinya memang dia pulang ke rumah, tapi kami akan mengecek ulang,” kata Marwoto kepada Tempo.

Kepada kuasa hukumnya, Adnan Buyung Nasution, Gayus mengaku hanya pulang ke rumah karena rindu anak dan istri. Ia meniru para tahanan lain yang juga sering pulang. Buyung juga menyampaikan keluhan Gayus yang merasa jadi bulan-bulanan. Sebab, sejumlah tahanan lain juga meninggalkan sel setiap pekan. ”Jika keadilan ingin ditegakkan,” kata Buyung menirukan Gayus, ”semua harus diperiksa.”

Oktamandjaya Wiguna, Setri Yasra (Jakarta), Ananda Badudu (Depok)

Rute Gayus Tambunan

Sejak Juli lalu, Gayus tercatat 68 hari absen di Rumah Tahanan Markas Komando Korps Brigade Mobil Kelapa Dua, Depok. Berikut ini cara Gayus keluar-masuk rumah tahanan.

Pergi:

1. Saban akhir pekan, pada pukul 17.00-20.00 Gayus dibonceng penjaga tahanan dengan sepeda motor. Mestinya tamu yang keluar-masuk markas diperiksa identitasnya, tapi Gayus tak pernah disetop karena keluar diantar polisi.

2. Gayus diantar ke pompa bensin Pertamina atau rumah toko Bank Mandiri di seberangnya. Sopir pribadi Gayus menjemput dengan Ford Everest hitam B-926-GM yang membawanya pulang ke rumahnya di Gading Park View, Jakarta Utara.

Pulang:

3. Pada Senin atau Selasa, Gayus naik Ford Everest hitam lalu parkir di pompa bensin atau ruko Bank Mandiri. Penjaga tahanan akan menjemput dengan sepeda motor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus