Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LAYAKNYA orang bebas, Gayus Halomoan Tambunan menyiapkan perjalanannya jauh-jauh hari. Pada Selasa 12 Oktober siang, istri sang tersangka, Milana Anggraeni, menelepon agen penjualan tiket pertunjukan, rajakarcis.com.
Perempuan itu mengenalkan diri sebagai Rani, nama panggilannya sejak SMA. Telepon diterima petugas agen, yang juga bernama Rani. ”Oh, namanya Rani juga, sama dengan saya,” kata Milana ketika itu, seperti ditirukan sang petugas tiket kepada Tempo. Menurut Rani, Milana menyatakan ingin membeli tiket kejuaraan tenis Commonwealth Bank Tournament of Champions di Nusa Dua, Bali, 4-7 November.
Ketika tiket dipesan, resminya, Gayus telah lima bulan lebih ditahan di Rumah Tahanan Markas Komando Brigade Mobil Kepolisian, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Mantan pegawai golongan IIIa Direktorat Jenderal Pajak ini juga telah disidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sebagai terdakwa kasus penyuapan dan mafia perpajakan.
Hanya ada dua tempat di Jakarta yang menjajakan tiket masuk turnamen tenis khusus perempuan berhadiah total US$ 600 ribu ini. Milana memilih rajakarcis.com, yang berkantor di Manggarai, Jakarta Selatan. Agen tiket ini mendapat jatah karcis buat tempat duduk di stand B dan D. Menurut Rani, Milana bertanya, ”Karcis stand mana yang paling banyak dibeli orang?”
Diberi tahu stand B paling laris, pegawai Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta ini memesan dua tiket terusan seharga Rp 800 ribu per orang. Tiket ini bisa dipakai menonton pertandingan sejak babak penyisihan hingga final. ”Dia tidak tanya-tanya lagi harganya berapa,” kata Shinta, karyawan rajakarcis.com yang lain. ”Pokoknya, langsung minta tiket diantar secepatnya.”
Karena esok harinya hujan deras, tiket baru diantarkan ke rumah Milana di Taman Puspa III, Blok ZE Nomor 1, Gading Park View, Jakarta Utara, pada 14 Oktober. Pembayaran tiket dilakukan tunai. ”Yang menemui saya cuma pembantu,” kata Ali, kurir yang mengantar tiket.
Selesai mendapat tiket pertandingan tenis, Milana memesan kamar hotel. Menjelang sore hari yang sama, dengan memakai kerudung dan kacamata hitam, dia datang ke kantor Avia Tour di Jalan Bungur Besar 45, Jakarta Pusat.
Disambut petugas biro perjalanan, Milana, yang mengenalkan diri sebagai Rani, memesan kamar The Westin Hotel and Resort, Nusa Dua, Bali. Kamar bertarif Rp 2,87 juta per malam dipesan untuk 4-6 November 2010. ”Milana meminta pemesanan hotel atas nama Mrs Rani,” kata sumber Tempo. Dia meminta voucher hotel pesanan dikirimkan ke rumahnya.
Avia Tour melakukan reservasi kamar hotel pesanan Milana melalui PT Jalak Bali Lestari, jaringan pemasaran The Westin Hotel di Jakarta. Dua hari kemudian voucher hotel diantarkan kurir Avia Tour ke rumah Milana. Dia kembali membayar kontan.
Denny Kailimang, kuasa hukum Avia Tour, membenarkan soal pemesanan itu. Menurut dia, kamar yang dipesan memiliki dua tempat tidur, layanan kamar 24 jam, gratis kudapan di lounge sepanjang hari, dan akses langsung ke taman. ”Pemesanan dilakukan seorang wanita bernama Mrs Rani,” katanya. Namun Denny tidak bisa memastikan apakah Rani perempuan yang sama dengan Milana.
Karcis pertandingan tenis dan voucher hotel di tangan, Milana memesan tiket pesawat terbang. Melalui petugas call center, ia memesan tiket penerbangan Lion Jakarta-Bali, 4 November, dan rute sebaliknya 6 November. Kali ini dia tidak memakai nama kecil lagi. Pemesanan dilakukan atas namanya sendiri: Milana Anggraeni.
Setelah menjawab detail identitas, Milana mendapat kode booking. Dia juga memesan tiket untuk anaknya yang berumur tujuh tahun, Ahmad Gattuso Tambunan. Ia memesan pula tiket untuk Sony Laksono, yang belakangan diketahui sebagai Gayus Tambunan, suaminya.
”LIBURAN” itu dimulai setelah Gayus duduk di kursi terdakwa Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu tiga pekan lalu. Singgah sebentar di selnya, sekitar pukul 19.00 dia diantar petugas keluar dari rumah tahanan Markas Komando Brimob. Ia dijemput sopir dan segera menuju ke rumah. Malam itu, menurut sumber, Gayus bersenda-gurau dengan tiga anaknya. Sang istri sibuk berkemas menyiapkan perjalanan ke Bali.
Esok harinya, sekitar pukul 12.15 WIB, Gayus, yang mengenakan rambut palsu dan berkacamata, bersama istri dan anaknya sudah tiba di Terminal 1B Bandara Soekarno-Hatta. Pukul 13.00 WIB, mereka naik pesawat Lion Air yang terbang menuju Bandara Ngurah Rai, Denpasar.
Direktur Umum Lion Air Edward Sirait membenarkan Milana dan Gattuso tercantum dalam manifes penumpang. Menurut dia, Milana duduk di kursi 12A dan Gattuso di 12B. ”Nama Gayus tidak ada dalam manifes penumpang,” katanya. ”Tapi ada penumpang yang bernama Sony L.”
Menempuh perjalanan selama dua jam, pada pukul 16.00 Wita, pesawat tumpangan Gayus alias Sony Laksono dan keluarga mendarat di Bandara Ngurah Rai. Mereka terekam kamera pengawas bandara. Menurut sumber Tempo, Gayus memakai jaket hitam dengan wig belah tengah berjalan mendorong koper. Milana menuntun Gattuso mengikuti di belakangnya.
Tiba The Westin Hotel, Nusa Dua, liburan Gayus dan keluarganya sempat terhalang. Mereka tak bisa segera masuk kamar nomor 1502 yang sudah dipesan dari Jakarta. Petugas hotel mempersoalkan perbedaan nama pemesan dengan kartu tanda penduduk yang diserahkan Milana. Dalam voucher pemesanan tertulis Mrs Rani.
Sempat berdebat, akhirnya petugas hotel mengalah. Milana, Gayus, dan Gattuso diizinkan menginap. Selain mencatatkan nama, Milana membubuhkan nama Sony Laksono di buku tamu. Mereka urung menempati kamar 1502, karena penghuni sebelumnya tidak jadi keluar. Gayus akhirnya ditempatkan di kamar 1522. Mereka masuk kamar sekitar pukul 17.00 Wita.
Berbagai aktivitasnya terekam di kamera pengawas yang sudah disita penyidik Badan Reserse Kriminal Mabes Polri. ”Ke mana-mana Gayus tetap memakai jaket dan wig,” kata seorang penyidik. ”Dia terlihat santai-santai saja.” Selama di Denpasar, keluarga Gayus mengendarai mobil Avanza B8030FJ.
Gayus, yang mengaku tak suka tenis, sudah berada di lapangan pada hari pertama turnamen. Dia menonton pertandingan antara petenis putri Cina, Li Na, dan Kimiko Date Krumm dari Jepang. Esok harinya, ia menonton pertandingan Daniela Hantuchova dari Slovakia melawan Yanina Wickmayer asal Belgia. Pada pertandingan inilah ia terekam kamera wartawan.
Kepada Sadli Hasibuan, pengacaranya dari Kantor Hukum Adnan Buyung Nasution, Gayus mengaku pergi ke Bali untuk bertemu dengan Maria Sharapova, petenis cantik asal Rusia idolanya. ”Saya sangat ingin jumpa dan berfoto dengan Sharapova,” kata Sadli menirukan Gayus. Gayus, menurut Sadli, memasang foto Sharapova di layar telepon selulernya.
Dalam brosur Commonwealth Bank Tournament of Champions di Nusa Dua, Sharapova dijadwalkan hadir. Delapan petenis putri terbaik yang pernah menjuarai satu turnamen Women Tennis Association (WTA) berhak mengikut kejuaraan ini. Belakangan, Sharapova, mantan petenis nomor satu dunia juara turnamen tenis Memphis Championship, urung datang.
Direktur Komunikasi The Westin Hotels Renata Tjoa menolak berkomentar tentang aktivitas Gayus. ”Kami sudah menyerahkan rekaman CCTV kepada polisi,” katanya.
Senin pekan lalu, di depan majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, sambil terisak—entah benar entah sandiwara—Gayus mengakui pergi ke Bali. Adnan Buyung Nasution sempat memarahinya di luar sidang. ”Gayus disemprot karena berbohong,” kata Pia Nasution, anggota lain tim kuasa hukum Gayus. Menurut Pia, kepergian ilegal Gayus ke Bali tidak termasuk dalam perkara yang dibelanya. ”Kami juga tidak ingin banyak tahu soal itu,” katanya.
KECURIGAAN bahwa Gayus bertemu dengan mereka yang memiliki persoalan pajak di Bali pun mencuat. Sebab, menurut sumber Tempo di Direktorat Jenderal Pajak, Gayus memegang rahasia ratusan kasus pajak yang melibatkan sejumlah perusahaan besar.
Menurut dia, ketika memberikan ”jasa” rekayasa perpajakan, Gayus memegang data pembukuan asli perusahaan kliennya. Data ini digunakan buat menyusun pembukuan fiktif yang diinginkan wajib pajak. ”Artinya, file asli rahasia ada di tangan dia,” kata sumber itu. ”Karena itu, banyak yang takut dengan Gayus.”
Selain tiga perusahaan Grup Bakrie—PT Bumi Resources Tbk., PT Kaltim Prima Coal, dan PT Arutmin Indonesia—dalam dokumen pemeriksaan Badan Reserse Kriminal Markas Besar Polri, Oktober tahun lalu, Gayus mengaku menggarap 149 wajib pajak perorangan dan badan usaha. Dalam dokumen itu tercatat beberapa wajib pajak besar seperti perusahaan tambang besar di Nusa Tenggara, perusahaan minyak internasional, operator telepon seluler ternama, perusahaan kertas papan atas, dan pabrik semen. Selain itu, ada wajib pajak perorangan.
Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Golkar yang juga pemilik kelompok usaha Bakrie, berulang kali menolak tuduhan bertemu dengan Gayus di Bali. Rizal Mallarangeng, ketua partai itu yang ikut dalam perjalanan ke Bali, mengatakan gosip pertemuan Gayus dengan Aburizal terlalu mengada-ada. ”Tidak ada itu,” katanya.
Terbang dengan pesawat pribadi dari Palembang pada Jumat malam, sekitar pukul 22.00 WIB, menurut Rizal, rombongan Aburizal tiba di Denpasar tengah malam waktu setempat. Aburizal terlihat menonton pertandingan Ana Ivanovic dari Serbia melawan Kimiko Date pada Sabtu. Pada hari itu, Gayus dalam perjalanan menuju Jakarta.
Rizal Mallarangeng mengatakan, selama di Bali, Aburizal yang didampingi anggota keluarga menginap di BX Uluwatu Resorts. Menurut Rizal, bersama mantan petenis nasional Yustedjo Tarik, ia selalu bersama Aburizal. ”Kami hanya menonton tenis,” katanya. Yustedjo Tarik, yang dimintai konfirmasi, membenarkan keterangan Rizal.
Anggota Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum, Yunus Hussein, mengatakan, tim investigasi masih terus menelusuri dugaan pertemuan rahasia yang dilakukan Gayus selama dua malam di Nusa Dua. Apalagi, menurut dia, pada sejumlah periode keberadaan Gayus tidak terlacak. Misalnya, Milana diketahui keluar dari hotel pada Sabtu, sekitar pukul 13.00 Wita. Namun barang-barang mereka masih berada di hotel hingga tiga jam kemudian. Gayus baru terbang kembali ke Jakarta pada pukul 20.20 Wita. Kata Yunus Hussein, ”Ke mana dia dalam periode waktu itu?”
Setri Yasra, Oktamandjaya Wiguna (Jakarta), Wayan Agus Purnomo (Bali)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo