Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SATU per satu koleksi foto lawas itu diperhatikan Joko Widodo. Ditaruh dalam album sederhana, puluhan foto yang warnanya mulai pudar itu menggambarkan Jokowi saat mendaki gunung. Ketika itu ia masih mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Satu foto membuatnya terkekeh. "Aku paling ganteng dewe," ujar Jokowi melempar joke.
Dalam foto seukuran kartu pos itu, gaya Jokowi lain sendiri. Semua temannya berpose telanjang dada. Cuma Jokowi-berkacamata, berambut gondrong, berkumis-yang memakai baju. Bagian lengannya digulung, dua kancing teratas dibiarkan lepas. Foto itu diambil di Padang saat mereka menuju Jambi untuk mendaki Gunung Kerinci, Februari 1983.
Jokowi membuka-buka koleksi foto nostalgia itu ketika menerima kunjungan 15 teman kuliahnya di UGM, 21 Juni 2013. Delapan di antaranya mantan anggota Sylvagama, organisasi pencinta alam Kehutanan UGM. Foto-foto tersebut menjadi kado untuk Jokowi, yang sedang berulang tahun ke-52 dan tepat delapan bulan menjadi Gubernur Jakarta. Reuni di ruang makan kantor gubernur itu dihangatkan aneka jamuan: soto, sate kambing, teh gopek, dan cerita masa lalu.
"Dia dulu itu kutu buku," kata Bambang Supriyambodo, yang hadir dalam reuni. Dulu Jokowi juga pendiam. "Makanya, ketika bertemu, sebagian teman masih tidak percaya ia kini memimpin Jakarta," ujar Bambang "Gentholet" menceritakan pertemuan tersebut.
Lulus SMA 6 Solo pada 1980, Jokowi memilih Fakultas Kehutanan UGM karena ingin mengembangkan bisnis mebel ayahnya, Notomiharjo. Teman satu angkatan Jokowi ada 87 orang, delapan di antaranya perempuan. Bidang studi yang dipilih Jokowi adalah Teknologi Hasil Hutan.
Sejak tahun pertama, Jokowi sudah bergabung dengan Sylvagama, satu angkatan dengan Bambang. Hampir setiap akhir pekan, Bambang dan Jokowi mendaki gunung terdekat, yaitu Merapi atau Merbabu. Jika libur panjang, mereka mendaki gunung yang jauh.
Pendakian paling berkesan bagi Bambang adalah ketika mereka naik ke Kerinci, Oktober 1983. Pendakian ini melibatkan 17 orang. Dengan dana patungan, mereka berangkat menumpang bus Damri. Hampir sepekan perjalanan, mereka sampai di Desa Kersik Tuo, jalur Padang-Sungai Penuh.
Mereka mendaki gunung setinggi 3.800 meter itu setelah beristirahat semalam. Itu malam yang tak mungkin dilupakan Bambang. "Jokowi waktu itu bermimpi menjadi orang nomor satu yang sampai di puncak," katanya.
Mimpi itu menjadi kenyataan. Hanya tujuh orang yang sampai ke puncak, Jokowi yang terdepan. Ini agaknya karena ia memilih sepatu yang tepat untuk medan berkerikil Kerinci: mengabaikan sepatu lars tentara, ia memakai sepatu kets biru.
Ketika menghadiri Reuni Emas Fakultas Kehutanan UGM, akhir Oktober 2013, dan didapuk memberi sambutan, Jokowi sempat menyinggung perjalanannya ke Kerinci. "Saya yang badannya paling kecil, yang lain badannya keker-keker," ujarnya, "tapi tetep Jokowi yang sampai di puncak lebih dulu."
Hobi naik gunung Jokowi juga dilakukan dengan teman kosnya. Riyo Slamekto, teman sepondokan di Baciro, mengaku pernah diajak mendaki Gunung Lawu oleh Jokowi. "Dia jalannya kuat sekali," kata Riyo. "Tak aneh kalau dia juga kuat blusukan sekarang."
Riyo masih hafal kebiasaan Jokowi. "Tidurnya selalu meringkuk. Kalau mandi paling lama."
Jokowi juga ulet dan rajin belajar. "Biasanya sambil mendengarkan musik rock di mini compo," ujar Riyo. Jokowi berhasil lulus kuliah dalam lima tahun.
Bambang kembali bertemu dengan Jokowi lima tahun setelah mereka lulus, pada acara reuni di kampus, akhir 1990. "Ketika itu dia sudah mulai berbisnis mebel," katanya.
Sebelumnya, Jokowi sempat bekerja di PT Kertas Kraft Aceh di Lhokseumawe. Di sana ia tinggal di tengah hutan. Jokowi memilih kembali ke Solo karena istrinya, Iriana, tengah hamil.
Di Solo, awalnya Jokowi bekerja di perusahaan mebel Roda Jati milik pamannya, Miyono, yang biasa mengekspor mebel ke Eropa. Jokowi ditempatkan di bagian produksi dan pemasaran. "Saya terbantu karena dia bisa bahasa Inggris," ujar Miyono kepada Tempo.
Setelah setahun ngenger di pamannya, Jokowi membuka usaha mebel sendiri. Ayahnya memodalinya Rp 15 juta, dari hasil pinjaman bank. Dengan menyewa kios kecil di kawasan Kadipiro dan dibantu tiga tenaga kerja, Jokowi membuka usaha dengan bendera CV Rakabu-diambil dari nama belakang anak pertamanya, Gibran Rakabuming. Produk mebelnya dari jati. "Ini modal nekat dan keberanian," kata Jokowi.
Sempat sepi di awal, toko mebel Jokowi mulai dibanjiri pesanan setelah ia menerapkan teknik pemasaran dari rumah ke rumah. Namun usaha mebelnya sempat nyaris bangkrut oleh pesanan fiktif dari Jakarta. Tapi dia mampu bangkit. Usaha Jokowi makin moncer setelah ada program badan usaha milik negara Bapak Angkat-Anak Angkat. Jokowi mendapatkan bapak angkat Perum Gas Negara.
Diberi pinjaman Rp 500 juta dari perusahaan pelat merah itu, Jokowi "injak gas". Dia agresif menambah karyawan dan memperluas jaringan pasar dengan rajin berpameran di luar negeri. Nama perusahaannya menjadi PT Rakabu. Pada 1991, dia mulai mendapat pesanan mebel dari luar negeri sebanyak satu kontainer. Sejak itu, pesanan dari luar negeri terus mengalir.
Tidak sampai lima tahun, perusahaan Jokowi membesar: memiliki ribuan karyawan, ia punya pabrik di Sukoharjo, Sragen, Boyolali, dan Solo. Mebelnya dipasarkan sampai Eropa. Karena kesuksesannya ini, Jokowi didapuk menjadi Ketua Asosiasi Mebel Indonesia cabang Surakarta, Juli 2002. Tiga tahun berselang, Jokowi menjadi Wali Kota Surakarta.
Pada Maret 2007, dia meminta Bambang Supriyambodo mencarikan investor untuk bermitra dengan PT Rakabu. Bambang ketika itu Direktur Utama PT Toba Sejahtra, perusahaan milik Jenderal Purnawirawan TNI Luhut Panjaitan. "Saya tawarkan ke Pak Luhut, ternyata beliau berminat," kata Bambang.
Tiga hari berselang, Bambang mengantarkan Jokowi bertemu dengan bosnya di Jakarta. Bambang sendiri langsung menjemput Jokowi di Bandar Udara Soekarno-Hatta dan membawa Jokowi ke kantor Luhut di Wisma Bakrie, Kuningan. Karena sudah tahu rekam jejak Jokowi sebagai wali kota, Luhut langsung menerima tawaran kerja sama Jokowi. "Orangnya terkenal jujur," ujar Luhut.
Pada Maret 2007, dua perusahaan resmi berkongsi dengan nama PT Rakabu Sejahtra. Komposisi sahamnya 51 persen dipegang keluarga Jokowi dan 49 persen oleh Luhut. Saat ini perusahaan itu per bulan mengekspor puluhan kontainer mebel ke luar negeri.
Jokowi kini berkonsentrasi ke politik. Berstatus Gubernur Jakarta yang tengah cuti, ia kembali mengejar mimpinya saat mendaki Kerinci: menjadi orang nomor satu di negeri ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo