Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Malam sudah beranjak pagi ketika Hadi Rudyatmo menerobos remang halaman Loji Gandrung. Wali Kota Solo ini menyetir Camry hitam, tanpa sopir tiada ajudan. Setelah memarkir mobil, pria berkumis tebal ini masuk ruang utama rumah dinas Wali Kota Solo itu. Ia berbatik warna dasar hitam dan bercelana hitam. "Saya baru berkonsolidasi di tiga tempat untuk memenangkan Jokowi," kata Rudy-panggilan akrab Hadi Rudyatmo.
Sejenak ia masuk ke ruang dalam, lalu balik lagi ke ruang utama. Lukisan Perjamuan Terakhir menempel di dinding. Rudy mengenang ruangan ini jadi saksi diskusi politik secara intens hampir dua jam dia dengan Jokowi pada Ahad terakhir Desember tahun lalu. Gubernur DKI Jakarta itu datang ke Solo untuk mengucapkan Natal. Jokowi tiba bersama istri, Iriana. Rudy duduk bersebelahan dengan Endang Prasetyaningsih, istrinya. Sekilas ini menyerupai pisowanan murid kepada guru. "Jokowi curhat urusan calon presiden," ujar Rudy.
Siang itu, Jokowi mengajak pria kelahiran 13 Februari 1960 ini berbicara soal dukungan untuk menjadi calon presiden. Hampir tiap hari masyarakat, juga media, bertanya apakah Jokowi akan jadi calon presiden. Jokowi galau. Ia tahu urusan calon presiden merupakan wewenang Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Itulah sebabnya Jokowi menangkis selalu dengan, "Tanya saja kepada Ibu Ketua Umum."
Buat Rudy, jawaban itu kurang pas. Menjelang pemilihan umum legislatif, Rudy menyarankan Jokowi untuk mendorong masyarakat memilih PDIP. Buat Rudy, mustahil PDIP mengusung calon presiden jika suara partai jeblok. Jika ditanya soal calon presiden, Rudy menyarankan Jokowi memberi jawaban bahwa PDIP harus menang pemilu legislatif. Jokowi patuh.
Sekembali ke Jakarta, Jokowi menuruti saran Rudy untuk mengubah jawaban. Jokowi kerap menyatakan pentingnya PDIP, partai tempat dia berhimpun, meraih suara minimal 20 persen. Pada pemilu legislatif April lalu, PDIP memperoleh 23,6 juta atau 18,95 persen dari 124,9 juta pemilih. Jumlah ini masih belum cukup bagi PDIP untuk mencalonkan presiden sendiri. Partai banteng bermoncong putih ini pun menggandeng Partai NasDem dan Partai Kebangkitan Bangsa.
Rudy mengenang sepuluh tahun lalu orang hanya mengenal Jokowi sebagai pengusaha mebel. Jokowi jauh dari ingar-bingar politik. Ketika itu, Rudy sudah jadi Ketua Dewan Pengurus Cabang PDIP Solo. Rudylah yang mengenalkan Jokowi kepada politik. Ihwal ini juga diakui oleh Miyono, paman Jokowi, yang juga salah satu pengusaha furnitur terkenal di Solo. "Saya dan Jokowi bertemu dengan Pak Rudy untuk berkenalan dan membicarakan calon wali kota," kata Miyono.
Ketika itu, PDIP punya suara terbesar di Solo. Tapi ayah lima anak ini tak mengincar kursi wali kota pada pemilihan kepala daerah 2005. Rudy tahu diri. Sulit bagi seorang Katolik seperti dia memenangi pemilu wali kota di kota berpenduduk mayoritas penganut Islam. Rudy lalu mencari calon wali kota. Ia hanya akan memposisikan dirinya sebagai calon wakil wali kota.
Pilihan Rudy jatuh ke Jokowi setelah seorang kepercayaannya menyodorkan nama alumnus Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada itu. "Ada garansi Jokowi pekerja keras," ujar Rudy. Jokowi juga didukung kalangan pengusaha. Sebelum mendapatkan rekomendasi sebagai pasangan calon wali kota-wakil wali kota dari partai, Rudy mengajak Jokowi blusukan bertemu dengan kader partai.
Selain untuk konsolidasi, Rudy bermaksud mengenalkan Jokowi kepada konstituen. Setiap hari, Rudy dan Jokowi menghadiri setidaknya enam pertemuan. Mereka baru pulang pada dinihari. Rudy makin klop karena Jokowi gesit dan tak pernah mengeluh. Pada mulanya, kata Rudy, Jokowi terlihat kikuk bertemu dengan konstituen. Tapi, dalam waktu cepat, Jokowi akhirnya menjadi terbiasa. Dari blusukan itu, Rudy menyaksikan Jokowi punya segudang solusi praktis untuk mengatasi problem Solo, dari masalah kemiskinan hingga ruwetnya kota.
Pasangan Jokowi-Rudy memenangi konvensi calon wali kota-wakil wali kota yang diselenggarakan PDIP Solo. Mereka mengungguli tiga pasangan calon lain. Jokowi-Rudy pun memperoleh surat rekomendasi Ketua Umum Megawati. Sembari mengambil surat rekomendasi, Rudy mengenalkan Jokowi kepada Megawati di rumah Jalan Teuku Umar, Jakarta.
Menurut Rudy, Megawati sempat ragu terhadap Jokowi. "Jokowi kurus, kurang meyakinkan," ujar Rudy. Namun akhirnya Mega mengukuhkan pasangan ini. Selain disokong PDIP, Jokowi-Rudy didukung PKB. Mereka menang dengan meraup 99,7 ribu atau hampir 37 persen suara. Jokowi-Rudy menyingkirkan tiga pasangan lain. Pesaing terdekat mendapat 29 persen suara.
Hari-hari pertama jadi pejabat, berat buat Jokowi-Rudy. Jokowi cuma berbekal pengalaman mengurus pabrik dengan ratusan karyawan. Padahal mereka harus mengurus 10 ribuan pegawai negeri. Beruntung, Rudy pernah jadi Ketua Lembaga Perwakilan Masyarakat Kelurahan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Solo.
Pada masa-masa awal, koordinasi mereka juga buruk. Surat-menyurat masih bergaya birokrasi usang, dari sekretaris daerah langsung ke wali kota. Akibatnya, berkas menumpuk di meja Jokowi. Walhasil, mereka berkali-kali dihajar DPRD. Sejak saat itu, Rudy ikut memeriksa surat. Logikanya sederhana: makin tambah penyaring, tingkat kesalahan kian berkurang.
Jokowi dan Rudy juga saling mengisi. Jokowi banyak menyiapkan kebijakan. Sedangkan Rudy bertemu dengan masyarakat untuk mensosialisasinya. Rudy kerap mengingatkan Jokowi untuk selalu mendengarkan aspirasi. Salah satunya melalui blusukan. "Pemimpin harus bisa mendengar, melihat, bertanya, dan selanjutnya berbuat," kata Rudy.
Duet Jokowi-Rudy mengubah Solo. Tampak muka Solo di Jalan Slamet Riyadi dan Ngarsopuro mereka tata rapi. Mereka juga merelokasi pedagang kaki lima dengan cara yang manusiawi. Kegiatan wisata dan budaya lebih bergairah. Jokowi-Rudy juga membagikan kartu Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta dan Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta. Dengan kartu itu, orang miskin bisa menikmati layanan kesehatan dan pendidikan gratis.
Warga Solo pun memberi mandat untuk periode kedua, 2010-2015. Jokowi-Rudy didukung PDIP, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Amanat Nasional. Mereka menang pemilihan kepala daerah Solo tahun 2010 dengan suara mutlak 90 persen. Sisa suara diraih pesaingnya, Edy Wirabhumi-Supradi Kertamenawi, yang disokong Partai Demokrat dan Partai Golkar.
Menjelang debat kedua calon presiden, Sabtu tiga pekan lalu, Jokowi kembali menyambangi Rudy di Solo. Jokowi, yang baru berkampanye di Jawa Barat dan Jawa Tengah, juga berziarah ke makam ayahandanya, Wijiyato Notomiharjo. Empat hari sebelum deklarasi calon presiden di Gedung Joang, Jakarta, Mei lalu, Jokowi juga menemui Rudy di Loji Gandrung. "Saya minta restu. Beliau kan senior saya," ujar Jokowi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo