Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JOKO Widodo hanya terkikik ketika ditanya kapan ia "menembak" Iriana pertama kali. Dengan wajah memerah dan sedikit jengah, pasangan suami-istri yang tak lagi muda itu saling menatap dan memberi kode siapa yang duluan menjawab. Iriana berinisiatif. "Mau menjawab gimana coba? Sampai sekarang tak pernah menyatakan cinta," ujarnya sambil mencolek lengan suaminya.
Jokowi lagi-lagi terkekeh sambil melirik istrinya. "Bayangin, selama ini enggak pernah ada kata I love you," ucap Iriana manyun. Kali ini Jokowi terbahak. Sambil merangkul bahu istrinya, ia menjawab pendek. "Lha, kan sudah tadi."
Kemesraan di ruang tamu rumah dinas Gubernur di Taman Suropati, Jakarta Pusat, awal Juni lalu itu dinikmati betul oleh dua anak mereka: Kahiyang Ayu dan Kaesang Pangarep. Ayang-panggilan akrab anak kedua Jokowi-Iriana itu-ikut terkikik. Begitu juga Esang, bungsu, yang pulang ke Jakarta karena sekolahnya di Singapura libur.
Gibran Rakabuming, si sulung, tak terlihat pada Ahad itu. "Mas lagi di Solo, lagi banyak kerjaan," Ayang menjelaskan.
Jokowi mengaku bukan orang yang romantis. Tak ada bunga, pun pesta ulang tahun perkawinan yang menginjak tahun ke-28. Jokowi, kata Iriana, bahkan suka lupa tanggal lahir sendiri.
Mereka menikah setelah empat tahun pacaran. Iriana adalah sahabat karib Iit Sriyantini, adik Jokowi, saat di SMA 3 Solo. Iriana, yang hampir dua hari sekali main ke rumah, tanpa sengaja bertemu dengan Jokowi yang saat itu kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sejak perkenalan itu, Jokowi mulai sering pulang ke Solo dan mulai mencecar adiknya. "Mas Joko mulai tanya-tanya di mana rumahnya," kata Iit dalam percakapan dengan Tempo saat pemilihan Gubernur DKI hampir dua tahun lalu. Adik Jokowi ini mengaku tak tahu bagaimana awal mulanya. "Tiba-tiba saya tahu mereka pacaran."
Jokowi naksir Iriana karena sederhana, keibuan, dan berambut panjang. Ia merasa tak perlu menyatakan perasaannya. Begitu Iriana bersedia diajak makan bakso di Pasar Pon, Solo, buat Jokowi itu sudah jawaban. "Begitu mau diajak naik sepeda ke mana-mana, selesai sudah," kata Jokowi terbahak.
Iriana anak ketiga dari empat anak Sri Sunarni dengan Ngadiyo. Jokowi akhirnya melamar anak guru SMA 3 Solo itu, setelah setahun bekerja di PT Kertas Kraft Aceh. Ia minta Sujiatmi, ibunya, dan Miyono, pamannya, melamar. "Jadi Iriana itu satu-satunya pacarnya yang saya tahu," kata Sujiatmi.
Baru sepekan menikah, Jokowi memboyong Iriana ke Aceh. Mereka tinggal di rumah panggung di tengah hutan. Jika malam tiba, banyak sekali babi hutan dan beruang wira-wiri di dekat rumah mereka. Jokowi sempat cemas, khawatir istrinya takut dan minta pulang. Ternyata ia keliru. "Saya pilih nrimo saja," kata Iriana.
Iriana mengaku menikmati kehidupan barunya. Sesekali mereka pergi ke danau untuk bersantai atau memancing. Atau berburu mi Aceh di warung setempat bila libur tiba. Tapi itu hanya dua tahun. Iriana mengandung anak pertama dan minta sebaiknya melahirkan di Solo.
Pasangan ini akhirnya kembali ke Solo. Saat itu juga Jokowi memutuskan keluar dari perusahaan BUMN tersebut dan bekerja pada perusahaan Miyono. Perlahan, Jokowi mulai merintis kariernya sebagai pebisnis. "Itulah awal-awal masa berat perkawinan kami," kata Iriana.
Iriana berkisah, sepuluh tahun pertama, Jokowi jatuh-bangun membangun usaha. Modalnya ludes ketika jatuh. Penyebabnya beragam, dari keliru mengambil keputusan, terbatasnya jaringan, salah beli bahan baku, hingga tertipu. Jokowi pernah mengirim satu kontainer mebel tapi tak dibayar. "Itu besar sekali dan kami sempat down," katanya.
Di tengah situasi prihatin itu, Iriana melahirkan Ayang pada 1991 dan Esang pada 1995. Ketika Esang berumur tiga tahun, bisnis Jokowi melaju keras. Bambang Supriyambodo, teman kuliah Jokowi di UGM, menyebut keberhasilan itu karena nilai tukar rupiah yang melambung. "Sebagai eksportir mebel, Jokowi untung besar," katanya.
Jokowi dan Iriana mengaku membebaskan anak-anaknya memilih sekolah dan bekerja sesuai dengan minatnya. Hanya sesekali mereka mengajak ketiga anaknya menemani sang ayah menggelar pameran produk kayu di luar negeri: Singapura, Barcelona, Milan, Paris. Tentu, kata Jokowi, dengan harapan setelah lulus kuliah ada yang mengikuti jejak. "Ternyata Gibran pilih jalan sendiri," ujar Jokowi.
Gibran merintis usaha katering dengan memanfaatkan gedung pertemuan yang dimiliki keluarga. Awalnya Jokowi sempat kecewa, tapi ia kemudian bangga dan angkat topi. "Saya butuh sembilan tahun, dia butuh tiga tahun untuk mendirikan usaha. Apalagi tanpa modal dari saya," katanya. Gibran juga tak mau memanfaatkan nama besar ayahnya ketika menjabat Wali Kota Solo.
Bahkan Gibran termasuk paling keras menentang ayahnya terjun ke politik dengan ikut pemilihan Wali Kota Solo pada 2005. "Saya lebih suka Bapak yang tak jadi pejabat dan tak main politik," kata Gibran seperti ditirukan Jokowi dalam bukunya, Jokowi Memimpin Kota, Menyentuh Jakarta.
Penolakan lebih keras terjadi ketika Jokowi maju ke panggung politik Jakarta pada 2012. Namun penentangan dari anak-anak itu berhenti karena Jokowi sudah telanjur mendaftarkan diri ke KPU DKI. "Prosesnya serba cepat waktu itu," ujarnya. Anak-anak Jokowi menyerah. Tapi Iriana tidak. Jokowi mengaku butuh lama berdialog dengan istrinya mengenai keputusan menerima penugasan partai itu. "Yang saya cemaskan, kami akan jauh dari anak-anak," kata Iriana.
Namun Jokowi tak lagi bisa mundur. Pun juga ketika ia dicalonkan dalam pemilihan presiden tahun ini. Hasil sigi sejumlah lembaga masih menempatkan dia sebagai juara dalam soal popularitas dan elektabilitas. Istri dan anak-anaknya, lagi-lagi menyerah. "Mau protes juga enggak bisa, wong sudah diputus," kata Iriana.
Di luar Gibran yang masih tak setuju, Iriana, Ayang, dan Esang sudah melunak. Ketiganya hampir selalu ikut Jokowi berkampanye ke daerah-daerah. Ketiganya ikut blusukan, membagikan kaus, dan menyapa warga, sebuah bentuk dukungan yang bagi Jokowi memompa semangatnya.
Jokowi tak mempersoalkan pilihan Gibran lebih mengurus usahanya di Solo. "Dia tak pernah hadir saat kampanye, tapi saya menghargai sikapnya sebagai prinsip," kata Jokowi. Meskipun begitu, Jokowi mengaku tahu, di balik sikapnya itu, Gibran tetap mendukung ayahnya.
Di luar kesibukannya, Jokowi masih menyempatkan mengantar anak dan istrinya menonton bioskop di akhir pekan dengan sembunyi-sembunyi. "Biasanya film komedi, atau nonton kalau Butet Kartarejasa manggung," kata Ayang.
Bahkan Jokowi meluangkan waktu untuk mengantar anak-anaknya menonton konser K-pop Suju dan penyanyi Afgan. Atau sekadar makan di luar, bahkan tidur ramai-ramai dalam satu kamar saling melepas rindu. "Cekikikan ngobrol sambil menonton Doraemon," ucap Iriana. Kepada Tempo, Jokowi mengaku bahagia dengan surga kecilnya itu, apalagi ketika fitnah melanda keluarganya. Bahagia, kata Jokowi, itu sederhana. "Saking bahagianya, saya tak bisa berkata-kata," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo