Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Di bawah Lindungan Pakde

Kepada Miyono, Jokowi belajar menjalani hidup. Mendidik berbisnis dan mendukung karier politik.

30 Juni 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RUMAH besar milik Miyono Suryo Sarjono, 72 tahun, hanya setengah kilometer dari Terminal Tirtonadi, Solo, arah ke barat. Halamannya luas, berpagar dua meter, dan berada di tepi kiri jalan dari Solo menuju Yogyakarta. Tepatnya di Jalan Ahmad Yani Nomor 297, Kampung Gondang, Kelurahan Manahan, Banjarsari, Solo. Spanduk bergambar calon presiden nomor urut 2 terpajang di bagian atas dinding pagar rumah paman Joko Widodo itu.

Silih berganti orang datang ke rumah itu, Sabtu tiga pekan lalu. Sebagian teman dan kenalan Jokowi, sebagian lain anggota keluarga besar. Ada juga yang hendak mengambil kaus kampanye pasangan calon presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla atau sekadar menanyakan agenda Jokowi. Pada malam sebelumnya, Jokowi tiba di Solo dalam serangkaian kampanye di sejumlah kabupaten di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Ibunda Jokowi, Sujiatmi Notomiharjo, juga hadir di rumah itu. Miyono, sang sahibulbait, menyambut tetamunya dengan ramah.

Dari rumah Miyono, mereka bergeser ke rumah ibunda Jokowi di Plered Raya, Sumber, Solo. Sorenya, setelah menunggu Jokowi untuk sejumlah kampanye di Solo, mereka bersama-sama mengunjungi makam di Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Miyono mengatakan dia sesungguhnya ingin banyak beristirahat untuk urusan politik. "Tiga hari lalu saya ke dokter karena kelelahan," katanya.

Bagi Jokowi, Miyono adalah orang penting di balik perjalanan hidupnya-setelah ayah-bundanya. Miyono abang kandung ibunda Jokowi. Mereka punya satu adik kandung, Setyawan Prasetya. Tiga bersaudara ini anak pasangan Wirorejo-Sani, pedagang kayu di Solo asal Giriroto, Ngemplak, Boyolali. Miyono adalah bos perusahaan mebel Roda Jati, yang tersohor di Solo dan sekitarnya.

l l l

MIYONO selalu teringat ke masa sembilan tahun lalu, ketika Jokowi sowan ke rumahnya. Jokowi mengungkapkan keinginannya ikut pemilihan Wali Kota Solo pada 2005. Karena sudah hafal betul perangai Jokowi sejak kecil, Miyono yakin keponakannya itu serius. Tapi, bagi Miyono, minat Jokowi berpolitik itu sungguh mengagetkan. Miyono tahu sebelumnya Jokowi tak pernah menunjukkan keinginan masuk ke politik praktis. Apalagi keponakannya hanya punya pengalaman berorganisasi sebagai ketua Asosiasi Mebel Indonesia Solo.

Di tengah kegalauan, Miyono segera mendapat penjelasan. Ada darah politikus mengalir pada Jokowi. Kakek Jokowi dari jalur ayah, Lamidi Wirjomihardjo, adalah Lurah Kragan, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar. Sejumlah kerabat Jokowi dari garis ayahnya juga lurah. "Saya orang Jawa, bagaimanapun memperhatikan latar belakang trah keluarga," ujar Miyono.

Ayahanda Jokowi, Notomiharjo, yang wafat pada 2000, adalah komandan satuan tugas Partai Demokrasi Indonesia, yang kemudian menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Noto pengagum Presiden Sukarno. Hampir saban tahun ia bersama rombongan sesama aktivis partai berziarah ke makam Bung Karno di Blitar. "Saya selalu diminta menjadi donatur rombongan ziarah itu," kata Miyono.

Setelah pembicaraan empat mata itu, Miyono segera mengundang semua kerabatnya, menyampaikan keinginan sang keponakan. Sebagai pengusaha senior di bidang kayu, Miyono selanjutnya membicarakan keinginan Jokowi itu di depan para pengusaha kayu dan mebel. Para pengusaha itu akhirnya membentuk tim kecil yang bertugas menjalin komunikasi dengan partai politik.

Mereka melakukan pendekatan ke sejumlah orang yang bisa menjadi penghubung. Dalam waktu singkat, Miyono bisa menjalin komunikasi dengan F.X. Hadi Rudyatmo, Ketua Dewan Pengurus Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Akhirnya disepakati Jokowi maju sebagai calon wali kota, berpasangan dengan Rudyatmo. "Ya, saya dikenalkan kepada Jokowi melalui Pak Miyono," ucap Rudyatmo.

Pada masa kampanye, PDIP membentuk tim sukses yang bertugas menjalankan mesin partai untuk memenangi pemilihan. Adapun keluarga besar Jokowi, bersama para pengusaha mebel, membentuk tim sukses sendiri yang tetap menjalin koordinasi dengan partai. Tim sukses pasangan ini berkantor di gedung Grha Sabha, Solo, milik Jokowi.

Dalam pemilihan itu, Jokowi-Rudyatmo meraih kemenangan dengan perolehan suara 38 persen. Pasangan ini menyingkirkan tiga pasangan calon wali kota-wakil wali kota lain. Satu di antaranya pasangan inkumben Slamet Suryanto-Hengky Narto Sabdo.

Dalam mencari istri, Miyono juga yang diminta Jokowi melamarkan Iriana. Pesta pernikahan digelar pada 24 Desember 1986. Miyono mencukupi semua kebutuhan Jokowi. Setelah bekerja dua tahun di PT Kertas Kraft Aceh, Jokowi dan istri balik ke Solo. Jokowi menemui Miyono dan menyatakan ingin belajar mengurus perusahaan kayu milik Miyono. Ketika itu, Roda Jati sudah mampu mengekspor produknya ke Eropa, di antaranya ke Prancis, Jerman, dan Belgia.

Miyono menempatkan Jokowi di bagian produksi dan pemasaran. Posisi itu memberi dia kesempatan mempelajari seluk-beluk bisnis kayu, dari cara membuat hingga menjual. Tiga tahun bekerja di Roda Jati, Jokowi meminta izin Miyono mendirikan perusahaan sendiri. "Dia menyatakan ingin mandiri," kata Miyono.

l l l

PERAN Miyono dalam perjalanan hidup Jokowi juga diungkapkan ibunda Jokowi, Sujiatmi. Kedekatan Jokowi dengan Miyono bermula bahkan sejak Jokowi baru lahir. Jokowi kecil tinggal di sebuah rumah kontrakan di Kampung Srambatan bersama orang tua beserta kakeknya. Pada saat itu, Miyono memiliki rumah bersebelahan dengan kediaman Jokowi. Kebetulan anak sulung Miyono, Triyono Budi Warsito, sebaya dengan Jokowi. Miyono punya enam anak.

Jokowi dan Triyono hampir selalu bermain bersama. Mereka juga memilih sekolah yang sama, sejak taman kanak-kanak hingga sekolah menengah pertama. Miyono, yang ketika itu telah menjadi pengusaha sukses, selalu membayari uang sekolah kedua anak tersebut. "Pakdenya Jokowi itu baik, dan kami kerap mengajak dia berbicara untuk banyak urusan," ujar Sujiatmi.

Pada saat itu, orang tua Jokowi juga memiliki usaha penggergajian kayu, meski tak sebesar perusahaan Miyono. Jokowi dan Triyono kerap berlibur bersama ke kampung halaman kakek Jokowi di Ngemplak, Boyolali. Di desa itu, mereka sering bermain di sungai dan sawah untuk mencari kodok dan jangkrik.

Jokowi juga sering ikut Triyono berlibur ke rumah kakek dari jalur ibu. Sutini, istri Miyono, berasal dari Ngadirojo, Wonogiri, sekitar 50 kilometer di selatan Solo. Pada saat berlibur di desa itu, Jokowi pernah kena letusan meriam bambu menyambut Lebaran. Pas Jokowi sedang meniup ujung meriam, benda itu meledak. "Alis kirinya lenyap terbakar," kata Triono. Luka bakar itu membekas hingga sekarang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus