Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Minggir terus

Daerah pondok kelapa, jakarta timur dinyatakan sebagai perkaplingan karyawan dki jaya. perusahaan tanah dan bangunan dki diserahi membebaskan tanah seluas 258 ha. banyak penduduk dirugikan.

19 Februari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKALI-SEKALI kami kan ingin juga merasakan suasana hidup di kota masak harus ke pinggir terus. Ini adalah keluhan Enteng Ali (54 tahun) salah seorang penduduk Kelurahan Pondok Kelapa, wilayah Jakarta Timur. Rasa tak nuas ini tentu saja karena sejak 3 tahun belakangan ini kawasan itu sudah dinyatakan melalui SK Gubernur DKI sebagai perkaplingan karyawan DKI Jaya. Artinya semua tanah berikul bangunan-bangunan harus dijual kepada Perusahaan Tanah Dan Bangunan (PTB) DKI badan yang diserahi kuasa membebaskan wilayah itu. Arealnya meliputi '58 hektar. Sambil perlahan-lahan membebaskan jengkal demi jengkal tanah di situ, fihak PTB juga kepada warga yang sudah herdiam di sana dilarang menjual tanah membangun rumah kepada fihak lain, memperbaiki rumah, bahkan jual beli bahan bangunan tak diperkenankan. "Usaha saya terpaksa terhenti", keluh Enteng yang sebelumnya berjual bahan bangunan, "bagaimana mau berjualan kalau membawa semen satu sak saja sudah ditahan Hansip". Dan memang di ujung gang masuk ke rumah-rumah di RW 03, Kelurahan Pondok Kelapa itu, ada pos Hansip yang selalu tajam memperhatikan barang bawaan penduduk. Walaupun keuangan PTB agak tersendat-sendat, usaha pembebasan itu berjalan terus. Hingga sekarang sudah hampir separo dari areal itu berada dalam genggaman PTB. Selebihnya, para warga agaknya hanya angkat tangan dan pasrah saja. Untuk menjual tanah maurun rumah ke fihak lain sudah pasti tak mungkin, sedangkan harga pembelian fihak PTB sudah terpaku antara Rp 2000 hingga Rp 3000 per mÿFD. Namun rupanya bukan soal harga itu saja yang merisaukan warga Pondok Kelapa, juga kebun buah-buahan dan sawah sebagai satu-satunya sumber hidup mereka selama ini harus ditinggalkan. Menanggapi hal ini, Syamsir Iskandar SH, Pimpinan PTB DKI, tak mau angkat bicara. "Biasa, setiap pembebasan tanah itu menimbulkan korban", itu saja ucapnya. Tentu saja. Hanya sampai kapan penduduk pinggiran Ibukota ini akan merasa tenteram bila setiap kali harus didatangi hantu penggusuran? Enteng mengakui "laju-lajunya pembangunan ini membawa kami makin ke pinggir". Tapi, tambahnya, kapan giliran kami menikmatinya pula?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus