Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Misi: Memburu Misteri

Untuk mengklaim kemenangan total, Amerika mesti menangkap atau punya bukti jenazah Saddam.

13 April 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di padang golf, suatu saat Presiden Amerika Serikat George W. Bush mengumpamakan Saddam Hussein sebagai lubang berbendera di lapangan hijau, sementara Usamah bin Ladin seperti bola di semak-semak. Pesannya jelas: Saddam adalah target yang mudah dibidik.

Di atas kertas, semuanya memang mudah. Dalam kenyataannya, sejauh ini pasukan Amerika dan sekutunya belum juga menemukan Saddam—atau jasadnya jika ia tewas. Mungkin diktator licin yang dijuluki ”Penjagal dari Bagdad” itu menemui ajalnya dan terkubur reruntuhan di salah satu pengeboman oleh pasukan Amerika dan sekutunya. Tapi tak ada yang yakin.

Jika Saddam bisa dipercaya, kata-katanya kepada sebuah media massa Amerika sebelum invasi berlangsung, bahwa ia memilih mati di Irak, bisa memberi isyarat tentang keberadaannya. Itu jika ia masih hidup. Pekerjaan tentara Amerika dan sekutunyalah untuk memastikan di mana persisnya. Mereka mesti memburu Saddam, juga para loyalisnya.

Ada alasan mengapa hasil perburuan itu penting. Dengan menemukan Saddam, bagaimanapun keadaannya, kemenangan Amerika baru lengkap. Pengalaman dengan Afganistan adalah pelajaran berharga. Sukses menyerbu negeri itu, mengusir rezim Taliban dan mendudukkan Hamid Karzai sebagai pemimpin baru, Amerika gagal membunuh atau menangkap Usamah bin Ladin dan Mullah Umar. Pertanyaan tentang nasib mereka juga tak berjawab.

Keberadaan Saddam, kedua anaknya Uday dan Qusay, dan para petinggi Partai Baath serta pengikut lainnya memang masih misterius. Mereka tiba-tiba menghilang dari Bagdad Senin pekan silam. Menteri Pertahanan Amerika Donald Rumsfeld menyatakan tak tahu keberadaan mereka, pada konferensi pers Rabu pekan silam. Tapi, menurut dia, memastikan nasib Saddam dan anak-anaknya adalah ”misi yang mesti dirampungkan sebelum pernyataan kemenangan dideklarasikan”.

Berbagai spekulasi menyebar ke mana-mana. Pentagon sempat yakin Saddam terbunuh oleh bom yang dijatuhkan di Restoran Al-Saa di kawasan makmur Al-Mansour, Bagdad, Senin siang pekan silam (lihat Radio yang Bisa Membawa Maut). Tapi intelijen Inggris yakin Saddam lolos melalui lorong bawah tanah di bawah restoran itu. Spekulasi lain menyatakan Saddam dan keluarganya telah melarikan diri ke Suriah.

Perkiraan lain lagi: Saddam kembali ke Tikrit, kota gurun pasir 165 kilometer di arah barat laut Bagdad. Di kota kelahirannya itulah Saddam bisa lebih terlindungi oleh para pengikut setianya. Tikrit, yang berpenduduk 260 ribu jiwa, juga dikenal sebagai pusat Sunni di Irak, minoritas di Irak yang berhasil berkuasa selama lebih dari 20 tahun.

Tentara Amerika dan sekutunya sudah memulai serangan udara ke Tikrit, segera setelah menduduki Bagdad pada hari ke-21 invasi. Rencananya, Divisi Infanteri Keempat Amerika diterbangkan dari Kuwait ke sekitar Tikrit untuk memperkuat pasukan yang memasuki pertahanan terkuat Saddam itu. Bahkan Amerika dikabarkan berencana menggunakan bom raksasa MOAB (Massive Ordnance Air Blast), yang beratnya 10 ribu kilogram—bom ini dijajal di Florida beberapa hari sebelum invasi—untuk meluluh-lantakkan Tikrit.

”Kami pasti memusatkan serangan ke Tikrit,” kata Brigadir Jenderal Vincent Brooks di Komando Pusat, Doha, Qatar. Tidak peduli Saddam dan orang-orang terdekatnya masih hidup atau sebaliknya, Tikrit tetap harus ditaklukkan.

Pertempuran di Tikrit memang diramalkan bakal seru. Menurut Zuhaid el-Qudsy, wartawan TEMPO di Bagdad, para loyalis Saddam yang Sunni memang keluar dari Bagdad dan menuju ke Tikrit. Rakyat yang digambarkan menghujat-hujat Saddam di Bagdad adalah orang-orang Syiah (70 persen penduduk Bagdad adalah pengikut Syiah). Tapi, apakah pasukan AS akan menemukan Saddam—hidup atau mati—di Tikrit, tak ada yang bisa menggaransi.

Seperti halnya Bagdad atau tempat-tempat strategis lain, Tikrit juga memiliki istana yang dilengkapi terowongan dan ruang bawah tanah atau bungker. Saddam membangun istana seluas 4 kilometer persegi itu sejak 1991. Masalahnya, seperti lokasi terowongan dan bungker lainnya, ruang-ruang persembunyian di bawah Istana Tikrit juga belum diketahui pasti. Paling banter hanya ada foto satelit.

Menemukan terowongan itu bakal tak mudah, sebagaimana pengalaman di Bagdad. Menurut Hussein al-Shahristani, mantan ilmuwan Irak yang melarikan diri pada 1991, ada lebih dari 100 kilometer terowongan bertingkat yang saling berhubungan di Bagdad. ”Tapi tidak pernah ada gambar atau penjelasan resmi dari pemerintah Bagdad soal itu,” katanya.

Tentara AS yang sudah menguasai Bandara Internasional Saddam menemukan terowongan di bawah tempat parkir mobil, tapi belum berhasil mendapat gambaran utuh. Seratus lebih tentara Amerika yang turun mendapati 12 ruangan berdinding marmer, dan ada perangkat kantor di dalamnya. Puntung rokok dan kantong teh celup berserakan, menunjukkan bahwa tempat itu baru saja ditinggalkan. Tapi, tak ada petunjuk lebih lanjut tentang ke mana larinya tentara Irak yang bersembunyi di tempat itu.

Untuk urusan bersembunyi dan melarikan diri, Saddam memang dikenal jago. Selain terowongan dan bungker, ada saja cara lain bagi Saddam untuk lolos dari maut. Kapal pesiar mewah yang sudah dihujani bom oleh Amerika dan ditemukan di dok Basra pada Selasa pekan lalu, misalnya, dilengkapi jalur untuk meloloskan diri dengan kapal selam.

Dengan semua kelihaiannya, anak petani dari Tikrit itu mungkin masih bisa merayakan ulang tahunnya, 28 April. Tapi bukan mustahil pula bungker di Tikrit menjadi kuburannya. Yang pasti, seperti kata Kolonel Purnawirawan Laird Anderson, bekas tentara Amerika di Perang Teluk 1991 yang kini mengajar di American University, ”Saddam telah melakukan pekerjaan brilian untuk tetap jadi misteri.”

Bina Bektiati (GlobalSecurity, Al-Jazeera, Guardian, ABC, BBC)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus