Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BERKAT dedikasi para ahli arkeologi dan penduduk setempat, misteri lemah duhur kini mulai terungkap. Dari segi ilmiah, ia menjadi terang-benderang. Puluhan benda peninggalan masa yang nilai kesejarahannya amat tinggi kini tersimpan di Museum Nasional Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Deputi Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, dan Museum Jawa Barat. Selebihnya tersimpan di Kantor Penelitian dan Bumi Batujaya, Karawang. Berikut beberapa di antaranya.
Menhir dan Candi
Bahan: batu dan bata
Ukuran: tinggi 100 cm, diameter 50 cm (menhir); panjang 10 m, lebar 10 m, tinggi 2 m (candi)
Lokasi: Cibuaya, Karawang
Masa: abad ke-5-7 Masehi
Kegunaan: percandian
Candi Jiwa
Bahan: bata
Ukuran: panjang 19 m, lebar 19 m, tinggi 2 m
Lokasi: Batujaya, Karawang
Masa: abad ke-5-7 Masehi
Kegunaan: percandian
Candi Blandongan
Bahan: bata
Ukuran: panjang 25 m, lebar 25 m, tinggi 4 m
Lokasi: Batujaya, Karawang
Masa: abad ke-5-7 Masehi
Kegunaan: percandian
Kolam
Bahan: bata
Ukuran: panjang 10,55 m, lebar 7,35 m, tebal 4 m
Lokasi: Batujaya, Karawang
Masa: abad ke-5-7 Masehi
Kegunaan: kolam
Arca Wisnu (Cibuaya I)
Bahan: batu
Ukuran: tinggi 64 cm, lebar atas 27,2 cm, lebar bawah 26,5 cm
Lokasi: Cibuaya, Karawang
Masa: abad ke-5-7 Masehi
Kegunaan: pemujaan
Arca Wisnu (Cibuaya II)
Bahan: batu hitam
Ukuran: tinggi 48,9 cm, lebar atas 21,7 cm, lebar bawah 22,7 cm
Lokasi: Cibuaya, Karawang
Masa: abad ke-5-7 Masehi
Kegunaan: pemujaan
Arca Wisnu (Cibuaya III)
Bahan: batu
Ukuran: tinggi 10 cm, lebar 17,5 cm, tebal 8 cm
Lokasi: Cibuaya, Karawang
Masa: abad ke-5-7 Masehi
Kegunaan: pemujaan
Prasasti Terakota
Bahan: tanah liat
Ukuran: panjang 7 cm, lebar 5 cm, tebal 1 cm
Lokasi: percandian Segaran V (Blandongan), Batujaya, Karawang
Masa: abad ke-5-7 Masehi
Kegunaan: peringatan
Meterai Terakota
Bahan: tanah liat
Ukuran: panjang 6 cm, lebar 3,5 cm.
Lokasi: percandian Segaran V (Blandongan), Batujaya, Karawang
Masa: abad ke-5-7 Masehi
Kegunaan: benda upacara
Kepala Arca Tokoh
Bahan: stuko
Ukuran: panjang 11,5 cm, lebar 8 cm, tebal 7,2 cm
Lokasi: Candi Telagajaya IC, Batujaya, Karawang
Masa: abad ke-5-7 Masehi
Kegunaan: fragmen hiasan dinding candi
Kepala Arca Tokoh
Bahan: lepa kapur
Ukuran: panjang 9,5 cm, lebar 7 cm, tebal 5 cm
Lokasi: Candi Telagajaya IC, Batujaya, Karawang
Masa: abad ke-5-7 Masehi
Kegunaan: fragmen hiasan dinding candi
Kepala Arca Binatang
Bahan: lepa kapur
Ukuran: panjang 16 cm, lebar 13 cm, tebal 8,5 cm
Lokasi: Candi Telagajaya IC, Batujaya, Karawang
Masa: abad ke-5-7 Masehi
Kegunaan: fragmen hiasan dinding candi
Kepala Arca Binatang
Bahan: lepa kapur
Ukuran: panjang 12 cm, lebar 13 cm, tebal 8,5 cm
Lokasi: Candi Telagajaya, Batujaya, Karawang
Masa: abad ke-5-7 Masehi
Kegunaan: fragmen hias dinding candi
Kowi
Bahan: tanah liat
Ukuran: tebal 4,8 cm, diameter 7,6 cm
Lokasi: Karawang
Masa: Paleometalik
Kegunaan: wadah pelebur logam
Kendi
Bahan: tanah liat
Ukuran: diameter 20,4 cm, tinggi 14,5 cm
Lokasi: Karawang
Masa: Paleometalik
Kegunaan: tempat air, alat upacara dan bekal kubur
Piring Arikamedu
Bahan: tanah liat
Ukuran: tinggi 4,7 cm, diameter 27,5 cm
Lokasi: Karawang
Masa: Paleometalik
Kegunaan:: tempat makanan, alat upacara, dan kubur batu
Tapak Kaki
Bahan: tanah liat
Ukuran: panjang 40 cm, lebar 20 cm, tinggi 7 cm
Lokasi: percandian Batujaya, Karawang
Masa: abad ke-5-7 Masehi
Kegunaan:: masih diteliti
Beton Stuko
Bahan: semen kapur
Ukuran: panjang 15 cm, lebar 10 cm, tinggi 15 cm
Lokasi: Candi Blandongan, Batujaya, Karawang
Masa: abad ke-5-7 Masehi
Kegunaan:: penghias candi
Manik-manik
Bahan: kaca
Ukuran: 0,3 cm-0,8 cm
Lokasi: Candi Segaran II, Batujaya
Masa: abad ke-5-7 Masehi
Kegunaan:: perhiasan, bekal kubur
Kepala Hantu di Dasar Sawah
Lelaki tua itu mengarahkan telunjuknya ke sebuah peta situs Cibuaya, Karawang, Jawa Barat, yang terhampar di lantai. Dia berhenti di sebuah titik di peta itu. Lalu berujar, ”Di dasar Sungai Cibuaya ini saya menemukan batu kepala hantu.” Kepala hantu? Istilah itu mula pertama dipakai oleh si penemu situs, Prof. Dr. R.P Soejono, 78 tahun. Istilah itu dia gunakan merujuk pada wujud situs tersebut, yang cukup menyeramkan: hidungnya copot, kepalanya terbelah. Ketika itu, pada tahun 1950-an, Soejono masih berstatus asisten purbakala di Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional. Dia datang ke daerah itu saat melakukan penelitian terhadap unur atau lemah duhur yang memiliki menhir di persawahan Kecamatan Cibuaya.
Penemuan di atas terjadi tanpa disengaja. Pagi itu Soejono baru saja buang hajat di Sungai Cibuaya. Tiba-tiba bola matanya membeliak, tertumbuk pada batu hitam yang telah pecah. Belakangan diketahui, ”kepala hantu” itu ternyata sebuah arca Wisnu Cibuaya III. ”Bentuknya tidak utuh, sehingga diabaikan penduduk,” ujarnya kepada wartawan TEMPO Ali Anwar. Penemuan tersebut melengkapi arca Wisnu I dan II, yang juga ditemukan di Cibuaya.
Takjub dan penasaran terhadap misteri Cibuaya, pada 1984 tim peneliti Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia, yang dipimpin Hasan Djafar, menyambangi lemah duhur di kawasan tersebut. Suatu hari, ketika Hasan dan rekan-rekannya tengah asyik mengorek-ngorek situs, seorang penduduk mampir ke situ. Dia mengabarkan, lemah duhur yang paling banyak justru ada di Kecamatan Batujaya. Kabar sepintas yang disampaikan warga setempat itu terbukti akurat; ternyata Batujaya memang pernah menjadi kompleks percandian tertua dan terluas di Pulau Jawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo