Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Misteri Los Kampret

1 April 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ALKISAH, ada satu di antara belasan los—bengkel kereta api—di Stasiun Kereta Api Manggarai, Jakarta, yang dihuni ribuan kelelawar. Entah sejak kapan dan dari mana datangnya kelelawar-kelelawar itu, yang pasti, para pekerja di bengkel yang khusus membetulkan gerbong kereta api itu menamai los tersebut los kampret (kampret adalah nama lain dari kelelawar). Bila malam tiba, suara cicit terdengar sayup-sayup dari luar los. Begitu memasuki los kampret itu, suara cicit dan kepakan sayap terdengar riuh. Yang paling menyebalkan, kotoran kelelawar itu minta ampun baunya. Mau tak mau, para pekerja di sana harus tiap hari membersihkan gerbong-gerbong itu dari kotoran kampret. Tingkah kelelawar-kelelawar itu memang sering membuat kesal. Tidak mudah mengusir mereka. Karena los itu tingginya 25 meter, para kelelawar itu bergantungan di langit-langit yang tinggi. Mana mempan diusir? Alasan lain untuk tidak membasmi kelelawar adalah takut kena kutuk. Beberapa pekerja yakin bahwa los itu ada penunggunya dan kelelawar-kelelawar itu menjadi peliharaan sang penunggu. Dugaan itu diperkuat dengan bukti: sudah beberapa kali dukun didatangkan, tapi mereka menyerah. "Penunggunya terlalu kuat," demikian cerita Dede Abdul Rohman, Kepala Keamanan Balai Yasa Traksi Manggarai. Toh, ada juga pihak yang menarik manfaat dari los kampret itu. Ada rumah makan yang memesan kelelawar untuk dimasak dagingnya, ada yang makan daging kelelawar untuk obat asma, dan ada juga Brimob yang menjadikan kampret sebagai sasaran tembak. Andai kata los kampret itu tidak di kota, orang akan memelihara walet di sana. Dan hasilnya pasti lebih banyak dari gaji pegawai bengkel itu. Bina Bektiati, Levi Silalahi (Jakarta), Darlis Muhammad (Palu)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus