BANYAK orang terpesona oleh latar belakang dalam lagu Widuri
yang dinyanyikan Bob Tutupoly. Kompak, lantang dan merupakan
gincu yang pas takarannya. Para pelakunya adalah Lex's Trio yang
pernah mengantongi predikat juara kedua, jenis grup, dalam Lomba
Menyanyi Bintang Remaja tahun lalu.
Sejak ditinggalkan Sitompul Bersaudara, kita sulit mencari trio
pribumi yang kompak. Jelasnya untuk jenis suara wanita. Suara
trio memang punya kemungkinan dan temperamen yang berbeda dari
duet, misalnya. Suasana bisa menjadi lebih kaya, lebih banyak
variasi. Ini amat menguntungkan untuk jenis lagu-lagu masa kini
yang mulai terarah pada pemberian gambaran suasana lingkungan,
di samping menonjolkan lirik-lirik yang lebih terus terang.
Lex's Trio kemudian datang dengan kaset mereka yang pertama,
berisi 9 buah lagu. Tidak jauh dari yang sudah kita rasakan
dalam Widuri, ketiga cewek ini tetap tampil dengan kompak dan
merdu. Tarikan-tarikan solo mencuat dengan lantang. Sementara
suara-suara bersama dengan kontrol yang bagus memberikan
bunga-bunga yang terasa manis. Dengan pilihan lagu-lagu yang
hampir senada, trio ini langsung menunjukkan warnanya yang khas.
Mereka beruntung tidak terpaksa menyanyikan lagu-lagu pasaran
yang memporak-porandakan temperamen mereka. Untuk ini, label
'Purnama' yang menjadi pemilik kaset tentunya pantas dikasih
tangan atas keberaniannya.
Lagu pertama yang dikarang oleh Bartje V.H. berjudul Kisah
Seorang Gadis. Lagu ini langsung memberi gambaran keseriusan
penggarapan trio ini. Klimaks lain diletakkan di pertengahan
kaset, di mana diselipkan pula lagu Tuhan (Bimbo) yang
mengantarkan trio ini menang dalam lomba tahun lalu. Sesudah itu
tiba-tiba kita terkesima mendengar lirik puitis macam ini:
"Hujan turun oh, terlalu pagi, tak kudengar kenari menyanyi. . .
dstnya". Inilah sebuah lagu sendu dengan aransemen yang jernih
judulnya: Hujan Terlalu Pagi (Harius). Tak dapat diabaikan
adalah peranan musik pengiring yang meskipun dinamis dan keras,
tidak mengalahkan para vokalis.
Terasa ketrampilan dan kegairahan mencipta dalam
variasi-variasinya. Kadang kala kita seperti diseret ke
sentilan-sentilan klasik. Ini memang ciri musik pop zaman
sekarang. Tanda-tanda yang baik buat perbaikan aransemen
lagu-lagu musik komersiil yang sebelum ini asal jalan saja.
Lex's Trio yang sederhana, serius tapi gempal, telah memberi
harapan. Kita segera merasa berhadapan dengan sebuah grup
profesional. Lagu-lagu yan jatuh ke tangannya tidak terlontar
dengan mentah - tampak ada pengolahan, terutama sekali inspirasi
dalam menyanyi. Meskipun lagu Tuhan misalnya ditafsirkan agak
sentimentil dan terlalu menghiba, kita tetap merasa bahwa ketiga
cewek remaja ini secara potensiil kaya. Boleh jadi ada tangan
yang bagus di belakang mereka.
Ketiga mereka itu: Estherlina, Agustina dan Yuliati. Semuanya
mempunyai kebolehan dalam suara solo, seperti halnya trio Bimbo.
Bermula mereka hanya iseng-iseng saja bikin trio. Keisengan itu
menjadi sungguhan tatkala mereka berhasil menjadi juara satu DKI
Jaya untuk jenis folk song tahun lalu. Asal saja mereka dapat
memainkan bola yang kini sedang dipegang, ditambah dengan
kerapnya muncul di TV, mereka pasti akan menjadi trio yang
matang. Gayanya memang sederhana saja, suaranya dan caranya
menyanyilah yang mempesona. Lebih penting: mereka masih
muda-muda, masih banyak yang bisa diharap.
Putu Wjaya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini