Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mutasi bengkulu

Iok, seorang bintara polisi, di bengkulu dan didi, guru sd di tais, semula hidup bertetangga. tapi belakangan tak boleh tinggal sekota. gara-gara didi main serong dengan istri iok.

19 Januari 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA ketupat Bengkulu, ada mutasi Bengkulu. Yang satu pemeo untuk tinju, dan satunya lagi langkah menghindari tinju. Ceritanya, begini. Seorang bintara polisi, sebut saja namanya Iok dan Didi (nama ini juga samaran), guru SD di Tais, Bengkulu Selatan, hidup bertetangga. Tapi, sebulan belakangan ini, mereka tak boleh tinggal sekota. Didi dipindahkan ke Manna, ibu kota Bengkulu Selatan -- 90 km dari Tais -- akhir Desember lalu. Dan ketika Iok pindah ke kota yang sama, terpaksalah Didi dipindahkan lagi -- kembali ke Tais -- awal Januari lalu. Mutasi ala Bengkulu ini berhulu dari sas-sus di Tais tentang main serong, yang memalukan korps guru dan kepolisian. Walau si anu pelakunya, belum ada bukti menurut hukum. Itu sebabnya Lurah Sukarman, Rusli Akib dari Koramil, Zainuddin, Kepala Dinas P dan K Kecamatan, Asep, polisi, dan tiga warga desa lain membentuk timbusersum -- tim buru sergap perbuatan mesum. Tim dengan nama seram itu sempat bergerak sebulan tanpa hasil. Baru menjelang Natal lalu, sasaran yang diburu terpaksa ha-ha- hu-hu. Padahal mereka beraksi di kawasan yang dikira orang tak bakal tahu. Yaitu, di kawasan asrama polisi Seluma. Rumah Nyonya Ermi (nama ini juga dikaburkan) digedor. Tak ada sahutan. Tim mengancam mendobrak pintu. Ermi, 25 tahun, muncul sendiri di pintu dengan pakaian minim. Sedangkan Didi, yang dicurigai suka ke sini, tak tampak. Setelah digeledah, ternyata ia meringkuk dalam keadaan bugil di kolong tempat tidur Ermi. Suami nyonya rumah, Iok, malam itu piket di markas Polsek, tiga kilometer dari asrama. Kedua insan ini diboyong ke rumah Kapolsek. Menurut pengakuan keduanya, mereka melakukan hubungan itu tiap kali Iok piket. Mereka lalu diboyong ke rumah lurah. Kemudian Ermi dibolehkan pulang. Semua cela ini akan ditutupi dulu. Dan esoknya, pagi-pagi betul sebelum Iok pulang ke rumahnya, Kapolsek Serka. Manalu mendatanginya ke kantor. Mulanya, ia mengajak sarapan, minum kopi, dan cerita tentang tugas. Barulah Manalu menceritakan kasus semalam. Iok tenang. Bahkan mengiyakan nasihat komandannya untuk tidak main hakim sendiri. Usai itu, ia bukan pulang ke asrama, tapi singgah di rumah Didi. Didi sudah diungsikan ke rumah lurah. Tak tertahankan lagi, Iok pun mengobrak-abrik isi rumah Didi. Amukannya memuncak hingga di rumah sendiri. Ia meraih gunting, dan beraksi, sret-sret-sret. Rambut Ermi dibabatnya, nyaris gundul. Dan setelah pakaian sang istri direnggut, mata gunting itu lalu merayap membotakkan "hutan larangan" Ermi. Esoknya, Didi, ayah tiga anak, diboyong ke tahanan Polres Bengkulu Selatan di Manna. Tujuannya, menghindari agar ia tidak terlalap gunting pula, atau alat apa sajalah. "Demi keselamatannya, ia jadi tahanan pindahan," kata Manalu kepada Marlis dari TEMPO. Jadi, ketika Iok dipindahkan ke sana awal Januari lalu, maka Didi diboyong kembali ke Tais. "Ini untuk menghindari kejadian yang tak diingini," ujar Kapolres Letkol. Toto Soenyoto. Ed Zoelverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus