Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DUNIA bisnis kembali terguncang pada pertengahan Maret lalu. Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Bagi perusahaan yang sebagian besar bahan bakunya dibeli dari luar negeri, kondisi ini menyulitkan. Situasi ekonomi menjadi ujian yang harus ditaklukkan pengendali organisasi bisnis, terutama para chief executive officer (CEO).
Di tengah gonjang-ganjing perekonomian ini, Tempo berusaha menemukan pemimpin perusahaan yang lebih spesifik: CEO perempuan. Tujuan utamanya memperingati Hari Kartini, tokoh kebangkitan perempuan yang lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April, 136 tahun silam. Kami ingin menunjukkan bahwa perempuan sungguh sangat hebat ketika berada di puncak kepemimpinan perusahaan.
Mereka yang kami tampilkan ini sukses menakhodai perusahaan, bahkan yang bergerak di sektor "maskulin". Eka Lorena, misalnya, telah 20 tahun "menguasai" dunia lelaki dengan menjalankan bisnis transportasi. Melissiana Dharmawati sukses memimpin perusahaan jasa pengamanan. Status gender mereka sama sekali bukan penghalang.
Upaya mencari dan menemukan "CEO dan Pengusaha Perempuan Pilihan Tempo 2015" ini dimulai pada Februari lalu. Kami meminta usul dari beberapa organisasi dan menjaring nama melalui media sosial. Dari sini terkumpul 33 nama. Tidak semuanya CEO atau direktur utama. Sebagian di antaranya wakil direktur utama, direktur, komisaris, atau mantan pejabat.
Serangkaian diskusi pun digelar, antara lain dengan Iwan Pontjowinoto, mantan Direktur Utama PT Jamsostek Tbk, yang kini menjadi konsultan bisnis keuangan. Iwan menilai sifat khas CEO perempuan mirip penggembala: memimpin sekaligus mengayomi.
Kami meminta pula masukan dari Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia yang juga Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Anton Supit. Anton menyodorkan kriteria sederhana. Menurut dia, seorang CEO bisa dikatakan sukses hanya jika bisa membesarkan perusahaan atau menyelamatkannya pada masa-masa sulit. Intinya adalah kekuatan manajerial. Pabrik yang merugi berbalik menjadi untung karena sentuhannya. Bisnis keluarga yang semula biasa saja bisa berkembang menjadi besar. "Seperti punya tangan Raja Midas, ada sentuhan emas," tuturnya.
Tempo juga mengundang Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi), yang dipimpin Dyah Anita Prihapsari alias Nita Yudi. Organisasi yang didirikan oleh Dewi Motik ini cenderung memilih pengusaha (entrepreneur) yang berkreasi menciptakan lapangan kerja ketimbang CEO yang bekerja buat perusahaan orang lain.
Karakteristik pengusaha perempuan, menurut Nita, adalah mengelola perusahaan secara lebih kekeluargaan. Iwapi menekankan, pengusaha yang baik tak sekadar mengejar keuntungan, tapi juga memberikan pemberdayaan, terutama perempuan. Dari serangkaian diskusi itu, muncul nama-nama baru. Bahkan, hingga tenggat berlalu, usul terus berdatangan. Selain memilih CEO perusahaan besar dengan aset jumbo, kami mendapat masukan nama-nama pengusaha skala menengah dan kecil.
Akhirnya, sejumlah parameter penilaian ditetapkan. Kami memberi bobot pada besar aset dan pendapatan, konsistensi usaha, sepak terjang atau terobosan, riwayat usaha-termasuk bebas sogok-menyogok-serta pemberdayaan lingkungan. Tak hanya yang berskala jumbo, mereka yang menggarap bisnis kelas menengah dan kecil pun masuk radar. Terobosan atau inovasi diberi nilai lebih dan menjadi faktor pembeda karena menyangkut kerja keras dan kualitas sang pengusaha.
Semula kami membatasi usia CEO dan pengusaha di kisaran 30-40 tahun, sesuai dengan semangat Tempo untuk memberi ruang yang sebesar-besarnya kepada pemuda. Tapi sulit menemukan pemimpin perempuan muda yang memenuhi kriteria. Kalaupun ada, biasanya merupakan ahli waris bisnis keluarga atau belum cukup teruji melalui masa sulit. Karena itu, kriteria usia dilonggarkan.
Berbekal parameter itu, kami memeras 50 nama CEO dan pengusaha perempuan. Akhirnya, narasumber bersama redaksi memilih sebelas nama. Mereka adalah Nurhayati Subakat (Wardah Cosmetics), Shinta Widjaja Kamdani (Sintesa Group Menara Peninsula), Anne Patricia Susanto (Panca Prima/Pan Brothers), Eka Lorena (Eka Sari Lorena), dan Rina Sastrawinata (Ciputra Group). Juga Jully Tjindrawan (Robotic Explorer), Melissiana Dharmawati (G4S Security Solution Services), Jessica Febiani (ARA International/Moretosee), Endah Kaniasari (Dapur Sunda), Jenny Mukhtar (Bakmi GM), serta Arianti Darmawan (Tesate/Sate Khas Senayan).
Kami pun bertemu dan mewawancarai satu per satu CEO dan pengusaha terpilih tersebut. Di luar dugaan, dua kandidat tidak bersedia diwawancarai. Berbagai alasan dilontarkan, seperti sedang di luar kota hingga waktu yang tak ditentukan. Demi menjaga konsistensi atas pilihan yang telah diputuskan, kami tak menggeser nama mereka. Meski tanpa wawancara, profil keduanya tetap kami suguhkan.
Pembaca, proses seleksi yang panjang ini tak menjamin bebas dari kekeliruan. Mereka yang kami pilih pun bukanlah pemenang ajang kompetisi. Mereka kami pilih untuk ditampilkan dalam porsi yang lebih besar. Begitu juga sebaliknya, mereka yang tidak termasuk dalam sebelas nama ini bukan berarti tidak hebat. Karena itu, nama mereka kami pampangkan secara utuh dalam daftar panjang. Mereka semua adalah pemimpin perusahaan yang "harum namanya". Semoga pengalaman mereka bisa menjadi inspirasi. Selamat membaca.
Para Pemimpin Perempuan Itu
1. Neneng Goenadi (Accenture Indonesia)
2. Wendi Yap (Sari Roti)
3. Shinta Widjaja Kamdani (Sintesa Group Menara Peninsula)
4. Michelle Surjaputra (Michelindo Food International/ayam Bonchon)
5. Kartini Muljadi (Tempo Scan Group/Pengacara)
6. Rina Sastrawinata (Ciputra Group)
7. Intan Abdams Katopo (Hotel Indonesia Natour/Inna Group)
8. Nancy Magried (Batik Fractal)
9. Miranty Abidin (Fortune Indonesia)
10. Wiryanti Sukamdani (Sahid Jaya Group)
11. Victoria Tahir (Mayapada Group)
12. Shirley Tan (Rajawali Group)
13. Susi Hutomo (Centro Department Store dan Body Shop Indonesia)
14. Susi Pudjiastuti (ASI Pudjiastuti Aviation)
15. Eka Lorena (Eka Sari Lorena)
16. Rini Sugianto (Animator Hobbit, Avengers, Iron Man, Hunger Games)
17. Ira Puspita Dewi (Sarinah)
18. Noni Purnomo (Blue Bird Group)
19. Lena Thong (Marquee, Ratu Service Office Indonesia)
20. Elidawati (Zatta Mulya/Elzatta Hijab)
21. Putri Kuswisnu Wardani (Mustika Ratu)
22. Martha Tilaar (Martha Tilaar Group)
23. Retno Iswari Trenggono (Ristra Cosmetics)
24. Melyana Tjahyadikarta (Goldmartindo)
25. Betty Alisjahbana (QB International/eks IBM)
26. Shanti Soedarpo (Soedarpo Corporation/Samudra Indonesia)
27. Fatimah Kalla (Kalla Group)
28. Viven Gouw Sitiabudi (Lippo Karawaci)
29. Dian Moeljadi (MRA Group)
30. Yani Panigoro (Medco Group)
31. Eva Riyanti Hutapea (eks Indofood)
32. Nurhayati Subakat (Wardah Cosmetics)
33. Desideria Utomo (Kobe dan Lina Food)
34. Lynn Ong (Elextrolux Indonesia)
35. Dian Siswarini (XL Axiata)
36. Lindrawati Widjojo (Sucorinvest)
37. Anne Patricia Susanto (Pan Brothers/Panca Prima)
38. Veronica Lukito (Ancora International)
39. Endah Kaniasari (Dapur Sunda)
40. Bakmi GM
41. TeSaTe/Sate Khas Senayan
42. Svida Alisjahbana (Femina Group)
43. Jessica Febiani (ARA International/Moretosee)
44. Jully Tjindrawan (Robotic Explorer)
45. Melissiana Dharmawati (G4S Security Solution Services)
46. Juliet Maweikere (Kayla Ho Shoes)
47. Gina Ardiany Karsana (Ikrar Anugerah Perkasa/Golden Anugerah Mandiri)
48. Kartika Kusumastuti (Citra Sari)
49. Ninik Sarmini Irawan (Murni Wisata Tours and Travel)
50. Carmelita Hartoto, (PT Andhika Line dan Ketua Umum INSA-Indonesian National Shipowner Association)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo