DI tahun 1917, Mahatma Gandhi berangkat ke Champaran. Ia
ditemani seorang petani dusun itu. Gandhi diminta datang untuk
menyaksikan sendiri nasib para penggarap, yang ditindas oleh
pemilik ladang.
Tak seorang pun mengenalnya di desa itu. Champaran terasing dari
daerah lain di India. Tapi pemerintah setempat tahu sudah siapa
lelaki yang datang ini. Ia diamat-amati. Dan penguasa setempat
memang kemudian memutuskan agar ia meninggalkan Champaran.
Ghandhi menolak. Ia baru akan meninggalkan tempat itu setelah
penyelidikannya tentang kesewenang-wenangan terhadap petani
selesai. Memang, Gandhi bukanlah pembangkang yang kasar. Tapi
toh tampak bagi para penguasa setempat, bahwa wibawa mereka
sedang goncang. "Sekejap rakyat lupa segala ketakutan akan
hukuman, serta menyerah pada kekuatan kasih sayang yang
dibangkitkan oleh teman mereka yang baru ini", tulis Gandhi
sendiri dalam otobiografinya.
"Tidaklah berlebih-lebihan", kesimpulan sang Mahatma pula,
"kalau dikatakan bahwa dalam rapat dengan petani ini saya
berhadapan dengan Tuhan, Ahimsa dan Kebenaran".
Maka ia pun menyebut kaum sudra, yang menanggung penghinaan dan
kemiskinan berabad-abad dan dianggap memang harus demikian oleh
tradisi Hindu, sebagai Harijan, "Anak-anak Tuhan". Dan untuk
kepentingan merekalah 7 Nopember 1933 Gandhi berangkat menempuh
perjalanan sepanjang kira-kira 19.000 Km, menemui dusun-dusun
yang terjauh. "Untuk si penduduk kota", tulisnya, "desa-desa
telah jadi kaum sudra. Ia tak mengenal mereka, ia tak mau
tinggal di sana, dan jika berada di sana, ia ingin menimbulkan
kembali kehidupan kota di situ".
***
N.B.: Menurut Antara, dikutip The Indonesian Times 4 Desember,
biaya Kuliah Kerja !lyata untuk tahun ini Rp 2. 000 juta.
Seorang pejabat Departemen P & K, mengakui jumlah itu relatif
besar, tapi KKN mempakan "cuma efektif bagi mahasiswa untuk
mendapat informasi tangan-pertarrta dari rakyat" Ongkos itu
adalah untuk latihan dan biaa hidup mahasiswa. Tahun ini ada
1.300 orang yang ikut. Jadi setiap mahasiswa uhtuk bisa siap
berkuliah di desa selama kurang lebih 3 bulan perlu ongkos Rp
1,5 juta lebih.
Rupanya "informasi tahgan-pertama dari rakyat" begitu mahal
diperoleh. Rupana, sukar juga ketemu rakyat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini