Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Nasib rakyat desa

Kisah mahatha gandhi mengunjungi desa camparan. ia berhasil menyadarkan petani dari ketakutan akibat penindasan penguasa setempat. kaum sudya yang dihina & miskin ber-abad-abad disebutnya sebagai harijan. (fk)

18 Desember 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI tahun 1917, Mahatma Gandhi berangkat ke Champaran. Ia ditemani seorang petani dusun itu. Gandhi diminta datang untuk menyaksikan sendiri nasib para penggarap, yang ditindas oleh pemilik ladang. Tak seorang pun mengenalnya di desa itu. Champaran terasing dari daerah lain di India. Tapi pemerintah setempat tahu sudah siapa lelaki yang datang ini. Ia diamat-amati. Dan penguasa setempat memang kemudian memutuskan agar ia meninggalkan Champaran. Ghandhi menolak. Ia baru akan meninggalkan tempat itu setelah penyelidikannya tentang kesewenang-wenangan terhadap petani selesai. Memang, Gandhi bukanlah pembangkang yang kasar. Tapi toh tampak bagi para penguasa setempat, bahwa wibawa mereka sedang goncang. "Sekejap rakyat lupa segala ketakutan akan hukuman, serta menyerah pada kekuatan kasih sayang yang dibangkitkan oleh teman mereka yang baru ini", tulis Gandhi sendiri dalam otobiografinya. "Tidaklah berlebih-lebihan", kesimpulan sang Mahatma pula, "kalau dikatakan bahwa dalam rapat dengan petani ini saya berhadapan dengan Tuhan, Ahimsa dan Kebenaran". Maka ia pun menyebut kaum sudra, yang menanggung penghinaan dan kemiskinan berabad-abad dan dianggap memang harus demikian oleh tradisi Hindu, sebagai Harijan, "Anak-anak Tuhan". Dan untuk kepentingan merekalah 7 Nopember 1933 Gandhi berangkat menempuh perjalanan sepanjang kira-kira 19.000 Km, menemui dusun-dusun yang terjauh. "Untuk si penduduk kota", tulisnya, "desa-desa telah jadi kaum sudra. Ia tak mengenal mereka, ia tak mau tinggal di sana, dan jika berada di sana, ia ingin menimbulkan kembali kehidupan kota di situ". *** N.B.: Menurut Antara, dikutip The Indonesian Times 4 Desember, biaya Kuliah Kerja !lyata untuk tahun ini Rp 2. 000 juta. Seorang pejabat Departemen P & K, mengakui jumlah itu relatif besar, tapi KKN mempakan "cuma efektif bagi mahasiswa untuk mendapat informasi tangan-pertarrta dari rakyat" Ongkos itu adalah untuk latihan dan biaa hidup mahasiswa. Tahun ini ada 1.300 orang yang ikut. Jadi setiap mahasiswa uhtuk bisa siap berkuliah di desa selama kurang lebih 3 bulan perlu ongkos Rp 1,5 juta lebih. Rupanya "informasi tahgan-pertama dari rakyat" begitu mahal diperoleh. Rupana, sukar juga ketemu rakyat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus