Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

"Bulog Dibangun Bukan Untuk ..."

Wawancara Tempo dengan ka bulog, Bustanil Arifin tentang korupsi yang terjadi di dolog kalimantan timur, kredit BI pada bulog, hutang PT Mantrust dan masih perlunya keberadaan bulog. (nas)

18 Desember 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERISTIWA Budiadji rupanya telah menusuk hati bekas Ka Bulog Letjen Ahmad Tirtosudiro. Keluar dari ruang kerja Bustanil Arifin siang 11 Desember lalu, "sesepuh" Bulog itu tak memberi komentar tentang perbuatan Budiadji yang olehnya dipercayai untuk memimpin Dolog Kalimantan Timur. Tapi menurut Bustanil, bekas atasannya itu ada berkata: "Kok sampai hati Budiadji berbuat begitu?" Banyak lagi yang dikemukakan Ka Bulog Bustanil Arifin selama wawancara khusus dengan TEMPO di kantornya. Berikut ini adalah petikan penting dari wawancara itu di mana Ka Bulog nampak bersikap terbuka sekali: Tanya: Apa tindakan Bulog selanjutnya setelah terbongkarnya korupsi besar-besaran dalam Dolog Kaltim ? Jawab: Selain cepat mengganti semua orang Dolog Kaltim yang kini ditahan, semua Dolog saya selidiki. Mulai dari keuangannya, cara hidup mereka sampai jabatan rangkap yang bisa mengganggu organisasi. Ada seorang Ka Dolog yang punya dua isteri. Dia akan kita ganti. Sedang Ka Dolog Jatim (H.A. Sukamto - Red.) yang merangkap jadi ketua Persibaya, saya suruh pilih: mau ikut Bulog atau aktif jadi pengurus sepakbola. Tapi pak: Bardosono minta agar ia dipertahankan menjadi ketua Persibaya selama 7 bulan lagi. Soal keuangan Dolog Jawa Timur, sekalipun Ka Dolognya suka menyumbang Persibaya, ternyata beres saja. Tak ada persoalan. T: Budiadii katanya sering menservis para pejabat termasuk Ka Bulog Bagaimana hubungan bapak sebenarnya denga para Kadolog? J: Formil saja. Tak ada Kadolog yang berani menservis saya. Memang pernah ada yang mencoba memberikan dollar ketika saya mau bertugas ke luar negeri. Tapi saya tolak. Saya bilang padanya, pakai saja sendiri untuk saudara. Uang servis Budiadji yang saya kemukakan pada pers, maksudnya bukan kepada saya. Yang saya katakan adalah servis tiket yang saya ketahui telah diberikan oleh Budiadji sewaktu saya meresmikan pembukaan gudang Bulog di Samarinda tahun lalu. Begitu juga tak ada Kadolog yang diundang ketika perkawinan anak saya. Tapi diam-diam isteri Budhdji rupanya datang dan memberi hadiah kursi pengantin kepada isteri saya. Ini baru belakangan saya ketahui. T: Menurut bapak manipulasi yang terjadi dalam Dolog Kalnm itu telah berjalan 2 sampai 3 tahun. Apa tak ada informasi sebelumnya hingga bisa diambil tindakan lebih pagi? J: Informasi sebelumnya memang tidak ada. Tapi ketika pending (penundaan setoran - Red.) Dolog Kaltim itu makin membesar, baru terasa oleh kami. Mula-mula yang diketahui terjadi pending Rp 4 milyar. Kemudian baru ketahuan membesar sampai Rp 6 milyar. Nah, ketika susutnya baru Rp 2 milyar, memang tidak kita rasakan. Jangan lupa Bulog ini termasuk bagian business. Jadi tak lekas terpengaruh kalau terjadi pending yang termasuk kecil saja. T: Apakah pending sebanyak Rp 2 milyar itu biasa terjadi dalam setap Dolog? J: Tak mesti begitu. Tapi kalau ada pending jumlahnya tak melebihi angka itu. T: Tapi sebelumnya apa tak timbul kecurigaan? Setidaknya kalau dilihat 2 gaya hidup Budiadji J: Bulog ini dibangun bukan untuk mencari kepalsuan. Kami tidak mengharap ada pegawai yang menipu. Lagipula laporan lengkap dari akuntan negara sudah menyatakan: Beres. Apakah para akuntan itu harus membuktikan adanya pemalsuan bukti penyetoran pada bank atau tidak, itu saya tidak tahu. Malah ketika terjadi ketidak-cocokan pembukuan antara yang dilaporkan Budiadji kepada Bank dibandingkan yang dengan Bulog, dia bersumpah: Dolog tidak bersalah, sebab sudah dibenarkan oleh akuntan. Juga ketika bank menyatakan angka-angkanya tidak benar, lantas kami usut. Ternyata memang terjadi pemalsuan bukti penyetoran. Pemalsuan itu mula-mula sulit untuk diketahui, karena dilakukan oleh semua instansi administrasi Dolog Kaltim. Jadi yang membongkar kasus itu Bulog sendiri. T: Apa benar Bulog mulanya ingin menutup masalah ini, tapi kemudian bocor keluat karena Budiadji tak bisa melunasi hutangnya? J: Tidak benar. Kasus Budiadji itu sudah termasuk kriminil dan harus ditindak. Prinsip saya: selama soalnya tidak kriminil dan kekurangannya bisa dicicil dengan uannya sendiri, tak akan saya serahkan kepada kejaksaan. T: Sekarang ini berapa defsit Bulog? J: Sudah dua tahun ini tidak defisit. Sebabnya karena harga beras impor lebih murah dari penentuan harga tertinggi beras hasil pengadaan dalam negeri. Jadi pemerintah tak perlu memberikan subsidi. Sebaliknya malah kita masih untung. T: Kredit BI pada Bulog seakanakan tak mengenal plafon. J: Memang sistim anggaran untuk Bulog itu tidak pakai plafon. Dan bunganya rendah, cuma sekitar setengah persen. Meski begitu harus ada master budget. Setiap tahun diperkirakan berapa besar panen padi tahun mendatang dan berapa besar kebutuhan pangan penduduk. Kekurangannya itu kita impor. Dalam master budget itu ada patokan: perkiraan baik buruknya panen yang diperkirakan akan menentukan jumlah beras yang diimpor T: Bagaimana nasib hutang proyek beras tekad ketela, kacang dan jagung) yang diserahkan pada PT Mantrust dulu? J: Hutang Mantrust masih Rp 34 juta. Tapi sebenarnya Mantrust itu tidak salah. Pak Ahmad yang menyuruh Mantrust membuat beras tekad Tapi setelah gagasan itu disetujui dan sudah jalan, tiba-tiba distop karena pemerintah menganggap produksi padi dalam negeri sudah cukup. T: Mengingat biaya eksploitasi Bulog yang amat besar, apa memang perlu ada Bulog? J: Kalau saya ditanya, Bulog ditiadakan juga boleh. Kan sudah ada kekuatan pasar yang dapat mengatur pengadaan dan penyaluran bahan pangan. Tapi Bulog ini sarnpai sekarang diperlukan karena masih besarnya perbedaan antara produksi dalam negeri dengan kebutuhan pangan penduduk Juga karena masaalah pangan begitu besar peranannya dalam pola ekonomi rakyat. Maklumlah, makin miskin seseorang, makin besar bagian dari penghasilannya yang habis untuk urusan pangan saja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus