PERISTIWA Budiadji rupanya telah menusuk hati bekas Ka Bulog
Letjen Ahmad Tirtosudiro. Keluar dari ruang kerja Bustanil
Arifin siang 11 Desember lalu, "sesepuh" Bulog itu tak memberi
komentar tentang perbuatan Budiadji yang olehnya dipercayai
untuk memimpin Dolog Kalimantan Timur. Tapi menurut Bustanil,
bekas atasannya itu ada berkata: "Kok sampai hati Budiadji
berbuat begitu?"
Banyak lagi yang dikemukakan Ka Bulog Bustanil Arifin selama
wawancara khusus dengan TEMPO di kantornya. Berikut ini adalah
petikan penting dari wawancara itu di mana Ka Bulog nampak
bersikap terbuka sekali:
Tanya: Apa tindakan Bulog selanjutnya setelah terbongkarnya
korupsi besar-besaran dalam Dolog Kaltim ?
Jawab: Selain cepat mengganti semua orang Dolog Kaltim yang kini
ditahan, semua Dolog saya selidiki. Mulai dari keuangannya, cara
hidup mereka sampai jabatan rangkap yang bisa mengganggu
organisasi. Ada seorang Ka Dolog yang punya dua isteri. Dia akan
kita ganti. Sedang Ka Dolog Jatim (H.A. Sukamto - Red.) yang
merangkap jadi ketua Persibaya, saya suruh pilih: mau ikut Bulog
atau aktif jadi pengurus sepakbola. Tapi pak: Bardosono minta
agar ia dipertahankan menjadi ketua Persibaya selama 7 bulan
lagi. Soal keuangan Dolog Jawa Timur, sekalipun Ka Dolognya suka
menyumbang Persibaya, ternyata beres saja. Tak ada persoalan.
T: Budiadii katanya sering menservis para pejabat termasuk Ka
Bulog Bagaimana hubungan bapak sebenarnya denga para Kadolog?
J: Formil saja. Tak ada Kadolog yang berani menservis saya.
Memang pernah ada yang mencoba memberikan dollar ketika saya mau
bertugas ke luar negeri. Tapi saya tolak. Saya bilang padanya,
pakai saja sendiri untuk saudara. Uang servis Budiadji yang
saya kemukakan pada pers, maksudnya bukan kepada saya. Yang saya
katakan adalah servis tiket yang saya ketahui telah diberikan
oleh Budiadji sewaktu saya meresmikan pembukaan gudang Bulog di
Samarinda tahun lalu.
Begitu juga tak ada Kadolog yang diundang ketika perkawinan anak
saya. Tapi diam-diam isteri Budhdji rupanya datang dan memberi
hadiah kursi pengantin kepada isteri saya. Ini baru belakangan
saya ketahui.
T: Menurut bapak manipulasi yang terjadi dalam Dolog Kalnm itu
telah berjalan 2 sampai 3 tahun. Apa tak ada informasi
sebelumnya hingga bisa diambil tindakan lebih pagi?
J: Informasi sebelumnya memang tidak ada. Tapi ketika pending
(penundaan setoran - Red.) Dolog Kaltim itu makin membesar, baru
terasa oleh kami. Mula-mula yang diketahui terjadi pending Rp 4
milyar. Kemudian baru ketahuan membesar sampai Rp 6 milyar. Nah,
ketika susutnya baru Rp 2 milyar, memang tidak kita rasakan.
Jangan lupa Bulog ini termasuk bagian business. Jadi tak lekas
terpengaruh kalau terjadi pending yang termasuk kecil saja.
T: Apakah pending sebanyak Rp 2 milyar itu biasa terjadi dalam
setap Dolog?
J: Tak mesti begitu. Tapi kalau ada pending jumlahnya tak
melebihi angka itu.
T: Tapi sebelumnya apa tak timbul kecurigaan? Setidaknya kalau
dilihat 2 gaya hidup Budiadji
J: Bulog ini dibangun bukan untuk mencari kepalsuan. Kami tidak
mengharap ada pegawai yang menipu. Lagipula laporan lengkap dari
akuntan negara sudah menyatakan: Beres. Apakah para akuntan itu
harus membuktikan adanya pemalsuan bukti penyetoran pada bank
atau tidak, itu saya tidak tahu. Malah ketika terjadi
ketidak-cocokan pembukuan antara yang dilaporkan Budiadji kepada
Bank dibandingkan yang dengan Bulog, dia bersumpah: Dolog tidak
bersalah, sebab sudah dibenarkan oleh akuntan.
Juga ketika bank menyatakan angka-angkanya tidak benar, lantas
kami usut. Ternyata memang terjadi pemalsuan bukti penyetoran.
Pemalsuan itu mula-mula sulit untuk diketahui, karena dilakukan
oleh semua instansi administrasi Dolog Kaltim. Jadi yang
membongkar kasus itu Bulog sendiri.
T: Apa benar Bulog mulanya ingin menutup masalah ini, tapi
kemudian bocor keluat karena Budiadji tak bisa melunasi
hutangnya?
J: Tidak benar. Kasus Budiadji itu sudah termasuk kriminil dan
harus ditindak. Prinsip saya: selama soalnya tidak kriminil dan
kekurangannya bisa dicicil dengan uannya sendiri, tak akan saya
serahkan kepada kejaksaan.
T: Sekarang ini berapa defsit Bulog?
J: Sudah dua tahun ini tidak defisit. Sebabnya karena harga
beras impor lebih murah dari penentuan harga tertinggi beras
hasil pengadaan dalam negeri. Jadi pemerintah tak perlu
memberikan subsidi. Sebaliknya malah kita masih untung.
T: Kredit BI pada Bulog seakanakan tak mengenal plafon.
J: Memang sistim anggaran untuk Bulog itu tidak pakai plafon.
Dan bunganya rendah, cuma sekitar setengah persen. Meski begitu
harus ada master budget. Setiap tahun diperkirakan berapa besar
panen padi tahun mendatang dan berapa besar kebutuhan pangan
penduduk. Kekurangannya itu kita impor. Dalam master budget itu
ada patokan: perkiraan baik buruknya panen yang diperkirakan
akan menentukan jumlah beras yang diimpor
T: Bagaimana nasib hutang proyek beras tekad ketela, kacang
dan jagung) yang diserahkan pada PT Mantrust dulu?
J: Hutang Mantrust masih Rp 34 juta. Tapi sebenarnya Mantrust
itu tidak salah. Pak Ahmad yang menyuruh Mantrust membuat beras
tekad Tapi setelah gagasan itu disetujui dan sudah jalan,
tiba-tiba distop karena pemerintah menganggap produksi padi
dalam negeri sudah cukup.
T: Mengingat biaya eksploitasi Bulog yang amat besar, apa memang
perlu ada Bulog?
J: Kalau saya ditanya, Bulog ditiadakan juga boleh. Kan sudah
ada kekuatan pasar yang dapat mengatur pengadaan dan penyaluran
bahan pangan. Tapi Bulog ini sarnpai sekarang diperlukan karena
masih besarnya perbedaan antara produksi dalam negeri dengan
kebutuhan pangan penduduk Juga karena masaalah pangan begitu
besar peranannya dalam pola ekonomi rakyat. Maklumlah, makin
miskin seseorang, makin besar bagian dari penghasilannya yang
habis untuk urusan pangan saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini