Kapal perang dan pesawat tempur tak lagi menarik minat Prabowo Subianto. Bekas jenderal bintang tiga itu sekarang punya ambisi lain: mencetak sawah baru seluas satu juta hektare. "Tak ada pemimpin yang melindungi petani kita," ujarnya. Dia mengaku resah, setiap kali panen, beras impor masuk begitu bebas ke Tanah Air.
"Satu juta hektare sawah" kini seakan mantra politik Prabowo menuju kursi Presiden RI. Lolos sebagai salah satu dari tujuh kandidat presiden versi konvensi Partai Golkar, bekas Panglima Kostrad itu sekarang rajin berkeliling ke daerah. Satu tim sukses yang?menurut istilah Prabowo?masih "amatiran" telah pula dibentuk. "Saya bukan politikus profesional," katanya sembari tertawa.
Memang ada yang berubah pada diri Prabowo. Dia kini lebih kalem. "Tidak lagi meletup-letup," ujar Luhut Panjaitan, pensiunan jenderal TNI, kawan akrab Prabowo. Anda tentu ingat, Prabowo pernah melejit di ujung masa kekuasaan Soeharto. Bintangnya meredup ketika kasus penculikan aktivis mahasiswa terkuak ke publik pada awal 1998. Karena kasus itu pula Panglima ABRI Jenderal Wiranto memberhentikannya dengan hormat dari dinas militer.
Tapi sejarah berputar cepat. Anak Jakarta yang lahir pada 17 Oktober 1951 itu kini merasa terpanggil membenahi Republik di tengah semrawut masa transisi. Mengakui punya dosa sebagai bagian kekuasaan masa lalu, dia melihat Indonesia membutuhkan pemimpin yang punya strategi jelas. "Persoalan besar Indonesia adalah ekonomi kita tak lagi mandiri," ujarnya.
Dia, misalnya, begitu gusar karena tak ada tokoh nasional yang kritis atas resep ekonomi Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia. Satu per satu kekayaan alam Indonesia jatuh menjadi milik asing. Menurut dia, ekonomi nasional harus berbasis kepentingan rakyat. Aneh baginya, di negeri yang begini kaya sumber daya alam, justru rakyatnya miskin. "Ini paradoks Indonesia," ujar sang bos PT Nusantara Energy, bendera bisnis Prabowo di bidang pertambangan.
Tapi mengapa memilih Partai Golkar? "Platformnya cocok dengan saya," kata Prabowo. Baginya sebagai bekas prajurit TNI, Golkar bukan barang yang asing. Apalagi, dia percaya, Golkar punya paradigma baru. Karena itu, dia tak melirik partai lain, termasuk partai baru yang mengusung Siti Hardijanti "Tutut" Rukmana, putri sulung bekas presiden Soeharto. Padahal, semua orang tahu, dia pernah menjadi bagian inti Keluarga Cendana.
Berpengalaman 22 tahun di dunia militer, dia yakin bisa membuat Indonesia lebih baik jika rakyat memberinya mandat kekuasaan secara demokratis. "Kalau nanti saya kalah, ya, kalah," ujarnya tentang kompetisi pemilu menuju kursi RI-1. Maka melajulah Prabowo di jalur baru itu: politik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini