Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI dalam ruang tamu kecil di depan kolam renang rumahnya di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan menerima tim investigasi Tempo, Kamis pagi pekan lalu. Dia mengaku tak mengenal Mayfair International Ltd, perusahaan cangkang di negara tax haven Republik Seychelles, Afrika Timur, meski namanya tercatat sebagai satu-satunya direktur.
Wawancara berlangsung selama 50 menit. Luhut, 68 tahun, didampingi sejumlah anggota staf dan direksi perusahaannya, termasuk Direktur Keuangan Toba Sejahtra Catherine Warouw dan Presiden Direktur PT Kartanegara Energi Perkasa Bambang Irawan.
Kadang suaranya meninggi saat menjawab pertanyaan mengenai Mayfair. Pada saat lain, misalnya ketika menceritakan riwayat bisnisnya dengan Presiden Joko Widodo yang dimulai pada 2009, nada suara purnawirawan jenderal TNI ini melunak riang. Kalau Luhut ke Solo, Jokowi, yang ketika itu wali kota, menjemputnya sendiri tanpa sopir dan pengawal. "Saya dulu panggil beliau 'Situ', sekarang 'Pak Presiden'," katanya, terbahak.
Nama Anda tercatat dalam Panama Papers sebagai Direktur Mayfair International Ltd. Alamat perusahaannya di Indonesia, Jalan Mega Kuningan Barat III Nomor 11.
Saya belum pernah dengar. Saya suruh semua anggota staf saya mengecek sepanjang hari kemarin. Kami tak pernah punya Mayfair. Rumah ini nomor 18.
Benarkah Anda mendaftarkan perusahaan itu pada 2006?
Saya tidak punya duit pada 2006. Saya baru punya duit pada 2010, sewaktu harga batu bara melonjak. Ngapain bikin perusahaan begitu? Sebagai perwira, saya ajari dan perintahkan pegawai saya agar semua kewajiban dipenuhi. Makanya, kami bayar pajak pada 2010-2015 sekitar US$ 300 juta. Kami mendapat penghargaan. (Seorang anggota stafnya memperlihatkan piagam penghargaan dari Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Pusat untuk PT Adimitra Baratama Nusantara, perusahaan milik Luhut.)
Kenapa tidak memasukkan perusahaan ini ke laporan kekayaan?
Ya, memang tidak ada. Tidak ada uangnya juga. Ngapain saya masukin?
Pemegang saham Mayfair ada dua perusahaan, PT Persada Inti Energi dan PT Buana Inti Energi….
Buana Inti Energi memang berafiliasi dengan perusahaan kami. Tapi Persada saya tidak tahu.
Anda juga tidak mengenal PT Pelita Buana Karya dan Elizabeth Prasetyo Utomo yang tercatat sebagai pemilik Persada?
Elizabeth ini direktur finance saya dulu. Pada 2008, saya minta dia resign karena tidak cocok dengan apa yang kami bangun, keterbukaan dalam perusahaan. Kami putus hubungan. (Elizabeth tak merespons permintaan wawancara Tempo.)
Persada ikut dalam konsorsium yang menggarap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap II di Kalimantan Barat yang bermasalah….
Kami tidak masuk ke situ. Itu bukan grup kami.
Buana Inti Energi adalah pemegang saham terbesar Mayfair.
Sebenarnya, kalau you telusuri, enggak ada trading-nya itu. Buana belum jalan, kok. Dulu mau bergerak di perkebunan karet di Kutai Kartanegara, tapi harga karet turun. Profit dari batu bara juga turun. Saya suruh hentikan saja. Kami kehilangan Rp 10 miliar dari situ.
Tapi usaha Anda yang lain menguntungkan?
Kalau orang bilang saya hebat, saya tidak merasa hebat. Semula saya pikir untung US$ 1 atau US$ 2 saja sudah lumayan. Tiba-tiba saja harga batu bara meledak, US$ 30, ada juga yang US$ 40. Itu hands of God.
Anda berbisnis setelah pensiun dari TNI?
Iya, dong. Saya bikin perusahaan pertama kali pada 2004. Alasannya sederhana saja, supaya sekolah saya hidup. Sejak 2001 sampai hari ini, saya subsidi sekolah itu Rp 30 miliar per tahun. (Luhut memiliki sekolah dan Universitas Del di Sumatera Utara.)
Anda pernah membuat perusahaan di luar negeri?
Saya tidak tahu.
Bambang: Model ini memang sering dipakai untuk bisnis, tapi tidak kami pakai.
Catherine: Bisa dilihat ada atau tidak transaksinya. Kalau punya catatan rekeningnya, kan, bisa dilihat apa yang bisa disembunyikan atau dimanipulasi. Kalau ada aktivitas, tentu harus melapor ke Direktorat Jenderal Pajak.
Kabarnya, Anda melibatkan cukup banyak purnawirawan TNI dalam berbisnis?
Ya, saya beruntung. Mereka itu setelah pensiun kan tidak ada kegiatan apa-apa, makanya saya ajak.
Bisnis Anda dengan Presiden Jokowi masih berlanjut?
Rakabumi Sejahtra. Waktu itu, Pak Jokowi masih jadi Wali Kota Solo. Sekarang makin bagus. Ekspornya makin naik.
Untungnya besar?
Tidak usah ditulislah. Itu rahasia perusahaan. Pak Jokowi itu sederhana dari dulu. Dia sudah happy dengan untung segitu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo