Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Prahara bagi Mantan Gerilyawan

Krisis politik di Brasil kian parah. Presiden Dilma Rousseff bertekad melawan upaya pemakzulan dirinya.

25 April 2016 | 00.00 WIB

Prahara bagi Mantan Gerilyawan
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ibarat bola salju, krisis politik di Brasil menggelinding semakin kencang, bertambah besar dan kuat. Dan yang kini terancam tergilas adalah sang presiden, Dilma Vana Rousseff. Di ibu kota negara itu, Brasilia, Rousseff menghadapi tekanan politik terdahsyat setelah Majelis Rendah di Kongres sepakat melengserkannya pada Ahad pekan lalu.

Suara bulat para legislator itu membuat Rousseff meradang. Presiden perempuan pertama Brasil ini menyatakan pemakzulan terhadap dirinya dapat mengancam stabilitas politik di negara demokrasi terbesar keempat sejagat itu. "Karena (pemakzulan) itu melanggar dasar demokrasi," katanya dalam konferensi pers yang disiarkan stasiun televisi nasional.

Menurut Rousseff, manuver politik di parlemen merupakan bentuk kudeta. Selain itu, dia menuding upaya pemakzulan ini bernada seksis karena ia seorang perempuan di panggung politik Brasil yang didominasi laki-laki. "Perlakuan terhadap saya tidak akan pernah menimpa presiden laki-laki," ujarnya.

Rousseff, 68 tahun, dituding memanipulasi anggaran pemerintah agar ia menang dalam pemilihan umum pada 2014. Presiden dari Partai Pekerja ini juga dianggap gagal membendung resesi yang telah menimbulkan gelombang pengangguran. Popularitas Rousseff semakin ambruk lantaran namanya terseret dalam skandal megakorupsi di perusahaan minyak negara, Petrobras.

Di parlemen, gerakan untuk menjatuhkan Rousseff terbukti perkasa. Sebanyak 367 suara mendukung pemakzulan. Hanya 137 legislator yang masih membela Rousseff. Dari Majelis Rendah, lembaga setingkat Dewan Perwakilan Rakyat, usulan pemakzulan bakal dibahas di Senat pada 17 Mei mendatang. "Rousseff akan segera dihentikan bila mayoritas dari 81 senator setuju," demikian menurut The Guardian.

Rousseff harus rela menepi dari kekuasaan selama 180 hari. Posisinya untuk sementara diambil alih Wakil Presiden Michel Temer, pemimpin partai terbesar di Negeri Samba, Partai Pergerakan Demokrasi Brasil (PMDB). Hingga tenggat itu tiba, parlemen bakal kembali berdebat untuk menentukan nasib akhir Rousseff. "Jika Rousseff dilengserkan, Temer akan melanjutkan jabatannya sampai 2018," tulis Associated Press.

* * * *

Dilma Rousseff muda dikenal sebagai pembangkang. Lahir pada 1947, ia dibesarkan di keluarga kelas menengah atas di Belo Horizonte. Ayahnya, Pedro Rousseff, adalah imigran eks komunis dari Bulgaria. Semasa kecil, Dilma bercita-cita menjadi balerina. Namun cita-cita itu dibiarkan terkubur tatkala Dilma remaja memilih bergabung dengan gerakan sayap kiri untuk melawan kediktatoran militer Brasil, yang merebut kekuasaan pada 1964.

Menjadi gerilyawan komunis, Dilma Rousseff menyadari bahwa perlawanan bawah tanah penuh risiko. Ia menjalani pengalaman buruk saat ditangkap tentara dan dijebloskan ke bui pada 1970. Selama tiga tahun Rousseff merasakan siksaan tentara. Ia konon sering dipukuli, disetrum, ditelanjangi, dan ditinggalkan begitu saja di lantai dingin penjara.

Rousseff tak pernah menceritakan secara detail pengalaman pahitnya itu. Namun beberapa bekas tahanan politik perempuan pada masa itu menceritakan mereka juga kerap diperkosa. "Tapi Dilma menolak untuk menyerah," demikian laporan BBC News. Di kalangan para penentang rezim militer, Rousseff dikenal sangat gigih. Ia pernah dijuluki sebagai "pendeta tinggi gerakan subversif".

Sepak terjang Rousseff di dunia politik mencuat tatkala ia menjadi anak didik Luiz Inácio Lula da Silva, 70 tahun. Pendiri Partai Pekerja ini pernah memerintah Brasil selama satu windu sejak 2003. Lula sangat mempercayai Rousseff dan pernah menunjuknya sebagai Menteri Energi. Pada 2005, Lula mendapuk Rousseff menjadi Kepala Staf Presiden, menggantikan Jose Dirceu yang dipaksa lengser dan kemudian dihukum akibat terjerat kasus korupsi.

Rousseff membalas kepercayaan Lula dengan kerja keras, termasuk saat ia harus berjuang melawan kanker getah bening pada 2009. Setahun kemudian, Rousseff bahkan melangkah lebih jauh. Saat itu ia maju sebagai pengganti Lula, yang dilarang mencalonkan diri tiga kali berturut-turut. Rousseff melenggang ke istana setelah mengalahkan Jose Serra dari Partai Sosial Demokrat.

Periode awal kepresidenannya berjalan mulus. Ia merebut hati rakyat Brasil lewat Bolsa Familia, skema jaminan sosial yang dirasakan 36 juta penduduk. Pada Maret 2013, Rousseff menapaki puncak karier dan meraup tingkat popularitas 80 persen. "Ia dianggap sukses memerangi kemiskinan dan kelaparan," menurut BBC News. Perekonomian Brasil saat itu sebenarnya mulai melambat, tapi tingkat pengangguran masih rendah.

Kini semuanya berubah drastis. Rousseff gagal mempertahankan warisan mentornya. Perekonomian Brasil, yang pernah tumbuh hingga 7,5 persen, tertinggi dalam 24 tahun, melorot tajam. Angka kemiskinan dan pengangguran melonjak. Situasi semakin runyam akibat skandal rasuah jutaan dolar Petrobras yang memicu krisis politik terbesar di Brasil. Dalam tiga tahun, popularitas Rousseff langsung anjlok ke angka 10 persen.

Korupsi berjemaah telah menjalar ke seluruh spektrum politik Brasil. Penyelidikan federal menunjukkan duit suap dari skandal Petrobras mengalir ke sedikitnya 50 politikus dari berbagai partai. Belasan eksekutif perusahaan swasta juga terjerat. Skandal ini semakin membuat gempar karena menyeret Lula da Silva

Krisis politik membuat rakyat Brasil terbelah. Dalam sejumlah kesempatan, jutaan warga turun ke jalan berdemonstrasi di beberapa kota besar. Mereka terbagi menjadi dua kelompok. Para pendukung pemakzulan dikenal dengan "kostum" demo mereka, yaitu seragam sepak bola tim nasional kuning-hijau, sesuai dengan warna bendera Brasil. Sedangkan kubu pro-pemerintah selalu berunjuk rasa dengan pakaian serba merah.

* * * *

Sinyal upaya pemakzulan Rousseff menguat sejak akhir Maret lalu. Saat itu PMDB, partner utama Partai Pekerja dalam pemerintah koalisi, menarik dukungan. "Mulai hari ini, PMDB mengundurkan diri dari pemerintahan Presiden Dilma Rousseff," kata Wakil Presiden PMDB, Senator Romero Juca, pada saat itu, seperti dikutip Rio Times.

Tanpa PMDB, Rousseff kehilangan 69 suara di Majelis Rendah. Dukungan bagi Rousseff semakin tergerus ketika dua partai anggota koalisi lainnya, Partai Progresif dan Partai Republik, yang menguasai lebih dari 80 kursi, mengikuti jejak PMDB. Partai Sosial Demokrat bahkan membebaskan anggota mereka untuk mendukung pemakzulan.

The Atlantic melaporkan bahwa Brasil memiliki sistem politik yang paling terkotak-kotak di antara negara demokrasi-presidensial. Di Amerika Serikat, sebagai perbandingan, hanya ada dua partai yang efektif, yaitu Partai Republik dan Demokrat. Sedangkan jumlah partai yang efektif di Brasil terus meningkat. "Dalam pemilu 2014, jumlahnya melebihi 13 partai."

Kongres Brasil bahkan dijejali politikus dari 28 partai. Dihadapkan pada sistem multipartai, setiap presiden di negara itu membutuhkan koalisi yang gemuk untuk menjalankan pemerintahan. "Dalam banyak kasus, presiden 'menghalalkan' korupsi demi membangun koalisi seperti itu," tulis Michael Reid, kolumnis bidang Amerika Latin dari The Economist.

Pemerintah koalisi Rousseff juga terbilang gemuk. Sebagai partai penguasa, Partai Pekerja mengomandoi delapan partai lintas ideologi, yaitu PMDB, Partai Republik, Partai Progresif, Partai Sosial Demokrat, Partai Komunis, Partai Republikan Brasil, Partai Republikan Orde Sosial, dan Partai Buruh Demokratik. Mereka tergabung dalam koalisi Kekuatan Rakyat.

Di dalam koalisi, PMDB memegang peran yang cukup vital. Lebih dari 600 kader partai kawakan di Negeri Samba ini memegang jabatan di pemerintah federal. PMDB juga menyumbangkan tujuh kader terbaiknya untuk memperkuat kabinet Rousseff. Namun, pada akhir Maret lalu, Henrique Eduardo Alves, yang menjabat Menteri Pariwisata, mundur dari kabinet menjelang keputusan PMDB untuk hengkang dari koalisi.

PMDB terbilang jeli memanfaatkan kondisi Rousseff yang terpojok. Bila Rousseff terjungkal, Michel Temer bakal menggantikan posisinya. Artinya, PMDB bakal mengendalikan pemerintahan. Dengan begitu, PMDB praktis menguasai peta politik Brasil. Dua pentolan PMDB yang lain, Eduardo Cunha dan Renan Calheiros, sudah lebih dulu mencengkeram posisi Ketua Majelis Rendah dan Senat.

Sejak isu pemakzulan mencuat, Rousseff langsung menuding PMDB. Menurut dia, Temer dan Cunha telah bersekongkol untuk menjungkalkannya. Cunha, 57 tahun, adalah inisiator pemakzulan. Namun, di saat menggulirkan pelengseran Rousseff, Cunha sedang diselidiki atas tuduhan menerima suap dan melakukan pencucian uang. "Ini adalah upaya untuk merebut kursi presiden oleh sekelompok orang yang kalah dalam pemilihan umum," kata Rousseff.

Lewat isu pemakzulan, Cunha bermaksud menggeser perhatian publik. Modus ini didukung oleh anggota parlemen lain yang, menurut Transparency Brazil, sebenarnya terseret berbagai tindak kejahatan. Lembaga antikorupsi itu mencatat 60 persen dari 594 anggota kongres "tidak bersih". "Mereka terlibat penyuapan, kecurangan pemilu, deforestasi, penculikan, dan pembunuhan," tulis Transparency Brazil dalam The New York Times.

Rousseff bukan asal tuding. Pada 11 April lalu, misalnya, beredar rekaman suara Temer di dunia maya. Dalam pesan audio itu, pria 75 tahun ini seakan-akan sedang berlatih pidato pengukuhan sebagai presiden. "Banyak orang menanti saya. Saya akan memberikan sambutan awal kepada rakyat Brasil dengan penuh kerendahan hati," ujar Temer.

Rousseff mengaku sedih atas kejadian yang menimpanya. Namun ia menyatakan tak gentar dan bertekad menghadapinya. "Saya memiliki kekuatan, semangat, dan keberanian untuk melawan seluruh proses ini sampai akhir," katanya. "Semua ini hanyalah awal dari pertempuran yang akan berlangsung lama."

Mahardika Satria Hadi (BBC News, The Telegraph, The New York Times, Newsweek, VOA, AP, The Atlantic, Rio Times)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus