Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pedagang atribut kampanye di Pasar Senen Blok III, Jakarta Pusat mengakui omzet pendapatannya menurun di masa kampanye Pemilu 2024. Meski kampanye sudah memasuki hari ke-53, Andi, salah satu pedagang, menyebut penurunan pendapatannya mencapai 50 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kalau dibanding Pemilu 2019 yang bisa 100 persen, tahun ini turun 50 persen," katanya ketika ditemui di tokonya, Jumat, 19 Januari 2024. Ia mengatakan kejadian ini terjadi merata hampir di seluruh toko yang menjual atribut kampanye.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari pantauan Tempo di lokasi, beberapa toko atribut kampanye di Pasar Senen tutup lebih cepat. Ada juga yang masih sibuk mengemas pesanan ke dalam karung. Namun, jarang sekali tampak ada pembeli yang bertransaksi di puluhan toko atribut kampanye itu.
"Toko saya saja sudah dua minggu sepi, tidak ada pesanan," ujar Andi. Dia telah berjualan selama 15 tahun di Pasar Senen.
Macam-macam atribut kampanye ia sediakan untuk menyemarakkan pesta demokrasi ini. Mulai dari kaus partai, bendera partai, hingga kalender dan kartu nama untuk calon legislatif.
Pemilu 2024 ini, menurut dia, jadi yang terburuk bagi penjual atribut kampanye dibanding pemilu tahun 2014 dan 2019. "Sepi banget, paling minimal pesanan seribu untuk kaus, kalau bendera ratusan. Dua item itu yang paling banyak dipesan," ucap Andi.
Ia mengatakan pesanan mulai banyak datang ketika sudah ada penetapan nomor urut. Namun, menjelang berakhirnya masa kampanye justru tidak ada lagi pelanggan yang memesan.
"Makanya saya cetak sendiri aja 1-2 lusin, saya pajang. Kali aja ada rakyat yang beli," katanya.
Tak jauh beda, Rozi penjual atribut kampanye di Pasar Senen juga mengaku mengalami penurunan pendapatan di Pemilu 2024 ini. "Sebelum kampanye mulai itu sudah ada yang pesan. Tapi ketika udah mulai, sampai hari ini malah makin sepi," katanya.
Ia menilai penyebabnya karena kebanyakan caleg tidak lagi berani menggelontorkan dana besar untuk pengadaan atribut kampanye. Praktis, katanya, pemesan hanya berasal dari langganan saja.
"Jadi kami enggak bisa ambil untung banyak, biar langganan juga enggak kabur. Ada yang pesan saja syukur," ucapnya.