Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Operasional Bus Listrik di Indonesia Lebih Mahal, Ini 5 Tantangannya

Pemangku kepentingan atau stakeholder bus listrik tak cukup otoritas transportasi, otoritas transportasi umum, dan operator. Perlu PLN dan OEM.

23 Februari 2022 | 15.39 WIB

Bus sekolah listrik BYD. (Hindustan Times via Antara)
Perbesar
Bus sekolah listrik BYD. (Hindustan Times via Antara)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) mengungkapkan bahwa penggunaan bus listrik di Indonesia memiliki ongkos operasional yang lebih mahal bila dibandingkan dengan bus konvensional.

Penerapan bus listrik juga memiliki tantangan tersendiri yang masih harus dibenahi ke depannya.

"Ada beberapa tantangan untuk penggunaan E-Bus ini mulai dari modal, infrastruktur, hingga ketersediaan armada," kata Direktur ITDP Faela Sufa dalam webinar Busworld South East Asia hari ini, Rabu, 23 Februari 2022.

Menurut Faela, tantangan pertama yang harus dihadapi dalam pemberlakuan bus listrik di Indonesia adalah modal. Pada bus konvensional, modal digunakan untuk pengadaan armada dan perawatannya. Namun untuk bus listrik, modal juga termasuk untuk baterai dan beberapa investasi lain untuk infrastruktur pengisian daya.

Kemudian tantangan kedua adalah infrastruktur pendukung, yakni diperlukan stasiun pengisian baterai yang saat ini masih belum banyak tersedia. Sedangkan pengisian BBM bus konvensional dapat dilakukan di SPBU. 

Tantangan selanjutnya, menurut Faela, adalah soal kontrak. Pada model bus konvensional, regulasi mengatur maksimal kontraknya 10 tahun. Sedangkan pada bus listrik, kontrak mencapai 14-16 tahun dalam 2 kali siklus hidup baterai.

Pengadaan bus listrik juga menjadi permasalahan di Tanah Air. Untuk bus konvensional saat ini model-model armada yang tersedia sudah sangat banyak. Namun untuk bus listrik, ketersediaan modelnya masih terbatas.

Tantangan terakhir adalah pemangku kepentingan bus listrik, yang tak cukup otoritas transportasi, otoritas transportasi umum, dan operator. Pada bus listrik, stakeholder lebih dari itu.

Faela mencontohkan stakeholder yang harus ada pada program bus listrik adalah perusahaan energi listrik seperti PLN dan Original Equipment Manufacturer (OEM) untuk menurunkan biaya operasional.

"Bus listrik ini jauh lebih kompleks dibanding bus konvensional," tutur Faela.

BacaBus Listrik Milik Moeldoko Siap Diproduksi

Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus