Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Orang Krisis Jantung Aktivis

Mendirikan Kontras karena ingin berfokus mengadvokasi kasus penculikan. Keberaniannya terkadang melampaui akal sehat.

8 Desember 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BENTROK di antara pengurus Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia membawa Munir Said Thalib ke Jakarta. Ketika itu, 1996, Munir adalah aktivis perburuhan di Lembaga Bantuan Hukum Surabaya. Bambang Widjojanto, yang baru ditunjuk sebagai Ketua Dewan Pengurus YLBHI menggantikan Adnan Buyung Nasution, mengundang Munir untuk bergabung di Jakarta.

"Munir minatnya di perburuhan. Tapi, di Jakarta, saya meminta dia menjadi semacam Direktur Operasional YLBHI," kata Bambang melalui pesan pendek kepada Tempo, Senin malam pekan lalu.

Lantaran membutuhkan tim yang solid, selain mengajak Munir, Bambang mengajak beberapa aktivis kawakan lain dari daerah. Mereka di antaranya Ahmad Fauzan dan Suwiryo dari Manado, Budi Widjarjo dari Malang, serta Teten Masduki dari Lembaga Bantuan Hukum Jakarta. "Mereka orang-orang daerah yang terbaik," ujar Bambang, yang kini menjadi komisioner di Komisi Pemberantasan Korupsi.

Bergulat dengan lingkungan dan tantangan baru, pada bulan-bulan pertama Munir kesulitan mencari kasus yang bisa diadvokasi ke level nasional. Ia, misalnya, pernah mencoba mengangkat isu hukum yang melibatkan pemerintah Soeharto berdasarkan data statistik, tapi tak bergaung. Ini sempat membuat Munir frustrasi. Apalagi dia merasa tidak terlalu disukai di YLBHI. "Kenapa ya, Aa, banyak orang seperti memusuhi saya," kata Munir, mengeluh kepada Andi Achdian kala itu. Andi adalah rekan kerja Munir di YLBHI.

Kabar baiknya, setelah setahun, Munir mulai menemukan cara mengangkat kasus kekerasan menjadi isu nasional. Manakala isu dukun santet ramai di Jawa Timur, dia segera turun. Munir menduga itu pembantaian yang dilakukan aparat keamanan dengan kedok dukun santet. "Dia mencium aroma konspirasi di dalam kasus itu," ucap Andi kepada Tempo, pekan lalu.

Saat itu, Soeharto masih berkuasa dan militer amat ditakuti. Tapi Munir malah makin cepat merespons kasus kerusuhan di berbagai daerah, termasuk mempersoalkan kembali pembunuhan massal di Tanjung Priok, Jakarta, pada 1984.

Keuletan dalam menangani kasus penculikan aktivis dan mahasiswa pada 1998 membuat Munir jadi sorotan media nasional dan internasional.

Adalah ibunda Yani Avri—salah satu korban penculikan yang hingga kini belum ditemukan—yang mula-mula datang ke LBH, diantar aktivis Aliansi Jurnalis Independen, mengaduhkan perihal anaknya. "Ia mengeluh tidak ada lembaga yang mengurus orang-orang yang hilang," tutur Munir saat itu.

Terdorong oleh keluhan tersebut, dalam rapat bersama sejumlah aktivis, Munir mencetuskan ide membentuk lembaga tersendiri untuk mengurus kasus penculikan.

Lembaga baru itu kemudian dinamai Kontras, yang berada di bawah payung YLBHI. Munir dipilih sebagai koordinatornya. Menurut Andi, Kontras merupakan akronim dari Kontra Soeharto—dua kata yang kerap diucapkan Munir. Adapun Munir menyebut Kontras sebagai kepanjangan dari komisi orang hilang dan korban tindak kekerasan.

Pada 1998 itu juga, lantaran gigih mengungkap kasus pembunuhan warga Talangsari, Lampung, Munir didaulat majalah Ummat sebagai Tokoh Ummat.

Munir sebenarnya mulai menangani kasus orang hilang sejak 1992. Kala itu, 26 Desember, ada buruh mendatangi Munir, mengadu bahwa seorang temannya telah diculik dan hilang selama tiga hari. "Ia sempat dicabuli dan disiksa aparat," tutur Munir kepada Tempo dalam satu wawancara, 16 tahun lalu.

Munir menuding militer terlibat dalam penculikan buruh di Surabaya itu untuk membungkam demonstrasi yang sering dilakukan buruh. Belakangan, ia kian yakin militer ada di balik hampir semua penculikan pada masa Orde Baru.

Menurut Andi Achdian, Munir seperti menikmati pekerjaannya yang berisiko itu. Dia selalu bersemangat dan penuh dengan ide cemerlang. "Munir itu man of crisis," kata Andi, berusaha menggambarkan karakter Munir.

Daniel Hutagalung, rekan kerja Munir di Divisi Riset Kontras, bercerita, Munir selalu mengendarai sepeda motor Honda Astrea dengan helm yang kedodoran—pergi dan pulang kerja setiap malam. Ia tak pernah mau dikawal pulang ke mes LBH Jakarta di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur. Padahal sepeda motornya yang berpelat N (Malang) mudah dikenali. "Keberaniannya terkadang di luar batas akal sehat," ucap Daniel.

Sejumlah petinggi YLBHI pernah menegur Munir. Mereka menganggap kerja Kontras sudah melenceng dari cita-cita YLBHI. "Kontras dianggap anak haram," ujar Haris Azhar, Koordinator Kontras.

Menurut teman-temannya, selain gemar membaca majalah Prisma, setiap tiba di kantor pada pagi hari, Munir "melahap" sedikitnya enam surat kabar. Ia suka mencermati respons orang-orang terhadap pernyataannya di koran-koran tersebut.

Bersama dua anggota staf Kontras, Munir menyelamatkan beberapa aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) saat dikejar-kejar aparat pasca-ledakan bom di Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, Januari 1998. Para aktivis dituding berada di balik ledakan di rumah kontrakan PRD itu.

Aktivis yang ditolong Munir itu antara lain Suyat. Ketika ditemukan, kakinya terluka akibat pecahan bom. Para aktivis itu disembunyikan. Setelah dirasa aman, baru mereka dibolehkan pulang ke rumah masing-masing. Tapi Suyat, yang pamit pulang ke Solo, tak pernah sampai ke rumahnya, hilang hingga saat ini.

Banyak petinggi militer gerah oleh tindak-tanduk Munir. Di antaranya mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus dan Deputi V Badan Intelijen Negara, Muchdi Purwoprandjono. Ketika diperiksa sebagai saksi untuk terdakwa Pollycarpus Budihari Priyanto dalam kasus pembunuhan Munir, Muchdi mengatakan sudah memperingatkan Munir melalui Adnan Buyung Nasution, tapi Munir tidak berubah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus