POLITIK adalah soal kepentingan. Agaknya, jargon ini sangat tepat untuk menggambarkan suasana pertemuan Presiden Megawati Sukarnoputri dan Presiden George Walker Bush, Rabu pekan lalu. Perjumpaan di Gedung Putih itu berlangsung sangat lancar dan boleh dikata bebas hambatan. Padahal, sampai Agustus lalu, hubungan kedua negara dipenuhi kerikil perbedaan kepentingan, terutama soal hubungan militer dan sengketa pembayaran beberapa proyek bidang energi.
Perbedaan itu tampaknya hilang tersapu tragedi 11 September. Setidaknya, hal itu menjadi tidak bermakna dibandingkan dengan kepentingan baru Amerika Serikat untuk membentuk koalisi dunia melawan terorisme. Dan Megawati ternyata cukup cerdik untuk memanfaatkannya. "Inilah saat yang terbaik bagi pemerintah dan rakyat Indonesia untuk mewujudkan rasa duka dan simpati mendalam serta dukungan kepada rakyat Amerika," katanya di depan ratusan chief executive officer (CEO) perusahaan AS dalam acara pertemuan usai kunjungan ke Presiden Bush.
Mengapa? Presiden Bush sedang memerlukan dukungan Megawati untuk mendapatkan dukungan komunitas Islam dunia dalam memerangi kelompok Osama bin Ladin. Maklum, Indonesia adalah tempat bermukimnya umat Islam paling banyak di dunia. Maka, wajar jika sejumlah janji bantuan keluar dari mulut pemimpin negara adikuasa itu. Dalam anggaran 2002, misalnya, Bush akan bekerja sama dengan Kongres untuk mengusahakan agar bantuan US$ 130 juta dicairkan. Amerika juga menyiapkan US$ 15 juta untuk membantu Indonesia membangun kembali wilayah Maluku dan Aceh. Jumlah itu masih akan ditambah US$ 10 juta bagi pelatihan polisi.
Selain bentuk tunai, juga ada bantuan lain. Bush setuju memberi keringanan bea masuk produk Indonesia ke AS senilai US$ 100 juta untuk memicu pengembangan hubungan dagang dengan Indonesia. Bahkan, saat delegasi Indonesia mengadakan pertemuan dengan Robert Zoelick, Kepala Perwakilan Dagang Amerika, muncul usul untuk menjajaki penghapusan bea masuk bagi sejumlah produk Indonesia yang lain.
Selain itu, pernyataan bersama antara Bush dan Mega yang dikeluarkan usai pertemuan menyebutkan Amerika akan mencabut embargo penjualan peralatan militer bukan senjata pada Indonesia. Janji itu masih ditambah dengan mengajak Indonesia untuk ikut dalam latihan militer multilateral. Dan yang lebih penting, Bush menegaskan akan mendukung kesatuan wilayah Republik Indonesia. "Pernyataan itu bisa menjadi sinyal bagi negara lain untuk tidak mendukung gerakan separatisme di Indonesia," ujar Menteri Luar Negeri RI, Hassan Wirayuda.
Banjir hadiah itu tentu bukan tanpa pamrih. Media lokal Amerika Serikat memberitakan Presiden Bush memang sedang merayu banyak negara untuk membantu kebijakan perang terhadap terorismenya. Namun, pemerintah Indonesia membantah hal itu. "Dalam pertemuan itu tidak dibahas soal apa kontribusi fisik Indonesia dalam memerangi teroris," kata Menteri Koordinator Politik dan Keamanan, Susilo Bambang Yudhoyono. Lagi pula, "Agenda pertemuan antara Ibu Mega dan Presiden Bush dirancang jauh sebelum ada aksi teroris itu," kata Hassan Wirayuda.
Memang, dalam konferensi pers di Gedung Putih, yang juga dihadiri wartawan TEMPO, Bush sama sekali tidak menyinggung soal kontribusi Indonesia secara khusus dalam perangnya melawan Osama bin Ladin. Megawati juga tak menyinggung soal ini selain menyatakan mengutuk aksi 11 September lalu. Saat ditanya wartawan apakah Indonesia akan ikut dalam koalisi negara untuk perang melawan teroris, Megawati menjawab "rakyat Indonesia selalu memerangi segala bentuk kekerasan, termasuk teroris."
Saat bertemu para pengusaha AS, Megawati mengatakan, "Indonesia siap bekerja sama dengan Amerika Serikat dan negara beradab lainnya untuk melakukan kegiatan kontrateror." Sebagai tanda terima kasih? Christianto Wibisono, pengamat ekonomi yang kini bermukim di AS berpendapat lain. "Menurut saya, melihat posisi tawarnya, Indonesia bisa mendapatkan bantuan yang lebih besar dari Amerika," ujarnya. Buktinya, masih menurut Christianto, Pakistan berani mengajukan secara terang-terangan kepada Amerika, agar ada penghapusan utang US$ 30 juta.
Pentingnya dukungan Megawati dalam kampanye melawan Osama bin Ladin juga dilihat pers Amerika. Harian Washington Post, dalam editorial yang terbit pada Kamis pekan lalu, menyebut pemerintahan di bawah Megawati mempunyai peranan penting dan kemampuan untuk membongkar jaringan kelompok ekstrem di Indonesia yang disinyalir terkait dengan gerakan Osama.
Begitulah. Gara-gara ingin memburu Osama, Bush pun merayu Mega.
Johan Budi S.P. (Washington, DC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini