Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Panen Air Seni

10 Mei 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CASMALI, warga Indramayu, kini punya kebiasaan baru setiap pagi. Saat ke belakang, dia tak lagi buang air seni ke saluran toilet, tapi menampungnya di kaleng. Tak hanya Casmali, anggota keluarganya yang lain ikut menampung air seni masing-masing. Untuk apa? ”Lumayan, bisa dijual Rp 1.000 per liter. Bisa buat tambah bayar listrik,” ujarnya.

Penampung air seni itu adalah PT Fajar Jaya, perusahaan pembuat pupuk organik. Setiap minggu keluarga Casmali bisa panen 30 liter air seni dan mengantongi Rp 30 ribu. Tetangganya di Desa Karanganyar, Kandanghaur, tak mau ketinggalan. Satu desa bisa memasok 500 liter air seni dalam seminggu. Bau pesing tak jadi soal, yang penting halal.

PT Fajar mulai merintis usaha pupuk organik sejak dua tahun lalu. Pemiliknya, Haji Sardi, melirik air seni karena pengalaman buruk memakai pupuk kimia. Padi miliknya rusak dan berwarna kemerahan. Setelah dimasak juga tak tahan lama. ”Sehari sudah basi,” katanya.

Setelah memutar otak dan mencari ilham, Haji Sardi menemukan air seni manusia sebagai alternatif yang mudah diperoleh. Air kencing itu dicampur dengan ramuan herbal yang dirahasiakan resepnya oleh Haji Sardi. Kumpulan urine difermentasikan selama seminggu hingga menjadi pupuk siap pakai.

Khasiat pupuk urine sudah kelihatan pada panen pertama. Padi lebih gemuk, berisi, dan berwarna putih. Serumpun yang biasanya hanya tumbuh 12 hingga 20 batang meningkat jadi 35 batang. Tanah pun jauh lebih gembur. Harga jual beras yang diberi pupuk air seni juga lebih tinggi ketimbang yang dikasih pupuk kimia.

Pupuk dari urine itu dijual Rp 30 ribu seliter, setara dengan sekuintal pupuk urea dan bisa menyuburkan setengah hektare sawah. Haji Sardi menjual pupuk itu ke sejumlah daerah, seperti Kabupaten Majalengka, Karawang, Garut, Cirebon, dan Brebes. Bisnis Haji Sardi terus berkembang ke sejumlah kabupaten. Warga Karanganyar pun terus menampung air seninya. ”Sayang dibuang karena laku dijual,” ujar Sumiati, penduduk Karanganyar.

Ivansyah (Indramayu)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus