Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melejitnya tren bisnis digital mengubah budaya kerja konvensional. Perusahaan logistik bertransformasi untuk melayani pengiriman ratusan ribu paket yang diperdagangkan di marketplace. Dari menambah teknologi, tenaga kurir, hingga gudang sortir berskala besar. Mereka harus mampu mengakomodasi jasa pengiriman yang diinginkan masyarakat: praktis, murah, aman, mudah dilacak, dan cepat sampai. Ceruk pasar bisnis digital juga menumbuhkan usaha penyewaan kantor bersama (coworking space). Pelaku bisnis rintisan bisa menemukan mitra usaha baru dan investor dalam satu ruang.
Bisnis Gurih Jasa Logistik
Industri kurir dan pergudangan beradaptasi mengikuti perkembangan e-commerce. Butuh pemain lebih banyak untuk menopang lonjakan pengiriman.
SUARA bising terdengar begitu Direktur PT Pos Indonesia (Persero) Gilarsi Wahyu Setijono membuka pintu ruang penyortiran paket di lantai dasar Kantor Pos Regional IV Jakarta, Jakarta Pusat. Hanya lima pekerja yang berada di ruang pemisahan barang untuk pengiriman area Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi itu.
Dua karyawan bertugas memonitor data di komputer. Sisanya mengawasi alur paket dan sistem mesin. Semua serba minimalis. "Begitu terpindai, paket langsung bergerak sendiri masuk ke kantong-kantong," kata Gilarsi saat ditemui pada Selasa pekan lalu.
Robot penyortir buatan perusahaan India, Grey Orange, itu baru diadopsi PT Pos Indonesia satu bulan terakhir. Dengan panjang sekitar 10 meter, mesin mampu memisahkan paket berdasarkan pengaturan khusus, dari berat paket hingga tujuan pengantaran. Data terpindai dari barcode melalui alat pembaca yang terpasang di pintu mesin. Dalam satu jam, robot mampu memilah sedikitnya 3.000 paket.
Gilarsi menyebutkan penggunaan mesin ini baru percobaan awal untuk mempercepat proses di pergudangan. "Dengan begitu, paket akan lebih cepat dikirim," ucapnya. Automasi serentak akan dilakukan di semua kantor pos besar di Jawa dan Bali pada Januari 2018. "Kemampuan pengiriman kami akan jauh lebih besar."
Pada akhir tahun lalu, Presiden Joko Widodo memang meminta PT Pos Indonesia menjadi tulang punggung logistik yang menunjang bisnis perdagangan berbasis elektronik (e-commerce). PT Pos tak ingin main-main dengan tanggung jawab ini. Apalagi, menurut Gilarsi, potensi bisnis logistik terus meningkat seiring dengan pertumbuhan transaksi melalui e-commerce. Asosiasi Logistik Indonesia mencatat volume logistik e-commerce di Indonesia mencapai 700 juta paket sepanjang tahun lalu. Sedangkan pangsa e-commerce terhadap retail meningkat dari 2,2 persen pada 2016 menjadi 3,1 persen tahun ini.
Pertumbuhan inilah yang mendorong PT Pos mulai mengubah bisnisnya dari jasa pengantar dokumen menjadi kurir paket. "Mau tak mau harus berubah," ujarnya. Bisnis kurir surat tak lagi gurih bagi perseroan. "Pengantaran surat dengan prangko almost zero percent," kata Gilarsi.
PT Pos menggandeng sejumlah marketplace, seperti Zalora Indonesia, Tokopedia, MatahariMall, dan Lazada, untuk melayani jasa distribusi parsel. Bukan hanya sebagai kurir, perusahaan pelat merah ini juga menyediakan layanan pembayaran dari online ke offline dan sebaliknya di lokasi penjemputan.
Belakangan, PT Pos mengembangkan aplikasi digital giro untuk penyimpanan uang dan pembayaran yang bisa digunakan oleh pedagang. Dengan memiliki 30 ribu kurir serta 4.100 kantor setingkat kecamatan, kapasitas pengantaran PT Pos kini mencapai 700 ribu dokumen dan parsel per hari. Perusahaan berencana mengucurkan investasi untuk mesin dan pergudangan Rp 600-700 miliar pada tahun depan.
Serupa dengan PT Pos, PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) pun tak mau kalah mengeruk potensi dari bisnis e-commerce. JNE gencar memberikan diskon ongkos kirim di luar pekan Hari Belanja Online Nasional. "Program bebas ongkos kirim tahun lalu berhasil membuat volume kiriman meningkat 40-50 persen," kata Vice President Marketing JNE Eri Palgunadi.
Direktur Utama PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Mohamad Feriadi mengatakan pertumbuhan bisnis logistik bakal meningkat pesat tahun depan. Apalagi perbandingan kapasitas pengiriman yang dilakukan pengusaha logistik belum seimbang dengan pertumbuhan pangsa pasar e-commerce yang diperkirakan mencapai 3,9 persen tahun depan. "Pemain pasar e-commerce terus bertambah," kata Feriadi. "Makanya kami perlu siapkan untuk kapasitas pengiriman yang lebih besar." Setiap hari JNE mampu melayani 800 kiriman paket. Perusahaan yang berdiri sejak 26 tahun lalu ini memiliki 6.000 kantor yang dioperasikan secara franchise.
Alih-alih bersaing dengan dua pendahulunya, PT Global Jet Express atau J&T Express justru hadir melayani kebutuhan pengiriman khusus barang kecil dalam waktu cepat. Ekspedisi paket dilakukan dengan menggunakan pesawat kargo. "Kami datang untuk menutup kebutuhan yang belum bisa dipenuhi pemain lama," kata Direktur Utama J&T Express Robin Lo. "Bayangan kami per satu perusahaan seharusnya bisa mengirim sampai jutaan paket per hari."
Robin mengakui bisnis logistik semakin menggiurkan di era digital. Masalahnya, menurut dia, pengusaha tak bisa sembarangan mendirikan bisnis logistik tanpa modal besar dan jaringan luas. "Kami juga harus mengelola sumber daya kurir yang sangat banyak," tuturnya. Saat pertama berdiri pada 2015, J&T menerima investasi sebesar Rp 400 miliar. Saat ini valuasi asetnya mencapai Rp 6 triliun, termasuk kurir dan kantor cabang yang dikelola langsung oleh perusahaan.
Kendati membutuhkan modal besar, bisnis ini membutuhkan lebih banyak pemain untuk berkolaborasi menghadapi lonjakan pengiriman paket. Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Ilham Masita berharap munculnya perusahaan logistik baru dengan teknologi canggih sehingga bisa menggenjot kapasitas pengiriman per tahun. Ia memperkirakan pertumbuhan bisnis logistik e-commerce meningkat 30 persen seiring dengan peralihan pangsa retail offline ke online. "Dua tahun lagi, volume e-commerce logistik bisa sampai 1,5 miliar per tahun," ucap Zaldy.
Itu sebabnya, ia meminta pemerintah menciptakan standar proses logistik untuk mencegah persaingan tidak sehat antar-pengusaha. "Jangan sampai persaingan ongkos kirim yang jorjoran sehingga mematikan pengusaha logistik kecil dan menengah."
Selain jasa kurir, pengusaha logistik mulai melirik bisnis pergudangan. JNE akan membangun mega-hub seluas 4.000 meter persegi di Tangerang, Banten, tahun depan. Mega-hub ini merupakan gudang penampungan paket khusus pengiriman jarak jauh. Sebelumnya, JNE hanya memiliki gudang yang tersebar di tingkat regional. "Kami bangun mega-hub dekat bandara supaya transitnya cepat," kata Feriadi.
PT Iruna eLogistics menyediakan layanan sewa logistik yang lumayan komplet. Cara kerjanya meniru perusahaan e-commerce raksasa asal Negeri Abang Sam, Amazon. Kepada pengusaha e-commerce, perusahaan ini menawarkan jasa penyimpanan, foto produk, pemasaran di situs jual-beli (marketplace), pengemasan, hingga pengiriman barang. "Bedanya, mereka punya marketplace, kami siapkan bagian belakang, yaitu logistiknya," kata CEO Iruna, Yan Hendry Jauwena.
Iruna mematok tarif lebih murah untuk layanan lengkap, dari penyimpanan hingga pengiriman, dibanding hanya jasa kirim. Iruna tak mematok jumlah minimal barang yang dititipkan di gudangnya. Dua gudang tersedia di Jakarta dan Surabaya dengan kapasitas masing-masing 5.000 meter persegi dan 3.000 meter persegi. Penyimpanan barang di gudang pun terbagi ke dalam beberapa kategori. Area freezer disediakan untuk menyimpan makanan beku, kosmetik, serta bahan makanan yang cepat rusak, seperti susu dan cokelat. "Setiap barang yang masuk ke gudang akan dicek kualitasnya, difoto, diberi label, dan disimpan," kata Vice President Fulfillment Operation Iruna, Purwanyo Aji Kusuma.
Dua pekan lalu, marketplace Blibli.com juga membuka gudang seluas 7 hektare di Surabaya. Gudang terbesar di Asia Tenggara tersebut akan menjadi penampungan barang milik Blibli dan marketplace lain untuk pengiriman tujuan wilayah Indonesia tengah dan timur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo