Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Parade gempa di dunia

Dari sejumlah gempa, di cina tercatat memakan korban terbanyak, 242 ribu meninggal. meksiko, armenia sempat pula digoyang gempa. sebagian besar meninggal akibat reruntuhan bangunan, bukan gempa.

31 Desember 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MASIH ingat Omayra Sanchez? September 1985, namanya tiba-tiba menjadi lambang penderitaan. Gadis cilik itu terperangkap reruntuhan. Ia hanya bisa merintih dengan bibir pucat, wajah berdebu, mata mengatup, tanpa kata-kata. Petugas berjuang keras menyingkirkan balok beton, saat jam-jam penderitaan itu terus memanjang. Gempa telah menggoyang Meksiko, dengan cara yang lebih kasar ketimbang di Armenia. Ini justru terjadi di kota yang sangat padat, yang berpenduduk 18 juta jiwa. Getaran gempa tercatat pada angka 8,1 skala Richter, gempa terkuat yang diyakini banyak orang walaupun Guinness Book of Records menyebut gempa bumi di Cili, 22 Mei 1960, angka 8,3 skala yang sama. Tragedi itu amat mencekam. Tanpa diduga sedikit pun, bumi bergoyang. Lebih dari 400 pencakar langit di tengah kota rontok. Orang-orang berlarian di jalanan, sambil menengok ke atas, menghindari segala yang jatuh. Mobil yang sedang lewat ringsek tertimpa beton. Sembilan puluh persen bangunan di kompleks perdagangan dan kantor pemerintahan, kawasan Cauhtemoc, hancur. Flat-flat murah itu rata dengan tanah. Penduduk yang berkumpul di dekat rumahnya yang luluh lantak menutup hidung dengan sapu tangan guna menghindari sergapan debu puing dan bau mayat, sambil mengumpulkan apa yang bisa diselamatkan. Pada awalnya, Meksiko menunjukkan gengsi. Menolak tawaran Amerika yang hendak membantu menyelamatkan para korban. Ini kesalahan yang tak boleh diulang negara mana pun kelak, bila terkena musibah. Pemerintah setempat ternyata amat tak siap menghadapi bencana itu. Pencarian korban berjalan sangat lambat. Peralatan amat sederhana, tidak sedikit yang mengandalkan kedua belah tangan belaka. Dua petugas bernama Francisco Hernandez dan Carloz Casada berhasil menemukan seorang anak sekolah, setelah mengais-ngais dan menggali terowongan selama empat jam. Itu baru orang ke-20 yang bisa diselamatkan. Padahal, setiap detik keterlambatan berarti kematian. Itulah kemudian yang memaksa Meksiko menarik "kesombongannya". Lalu mereka baru minta bantuan pihak luar. Tercatat sekitar 10 ribu orang tewas dalam gempa di Meksiko. Angka yang "sedikit" bila dibandingkan dengan korban Armenia. Tetapi gempa Armenia kali ini, yang menewaskan lebih dari 60 ribu korban, pun bukan gempa dengan korban terbanyak. Menurut Newsweek, getaran berkekuatan 8,2 skala Richter yang terjadi di Cina tanggal 28 Juli 1976 mencatat rekor lebih dahsyat: 242 ribu orang meninggal. Waktu itu, kawasan industri Tangshan, yang berpenduduk sejuta orang hancur sama sekali. Begitu juga keadaan kota Tianjin. Sedang Beijing berubah bagaikan kota pengungsi. Semua penduduk tinggal di luar rumah, di bawah tenda plastik, sementara hujan mengguyur tak henti-hentinya. "Orang-orang memang tak panik," kata seorang pengusaha yang waktu itu di Beijing, "tapi mereka ketakutan." Agaknya, peristiwa tahun 1976 itu adalah rangkaian gempa yang paling panjang. "Tahun Naga" kali itu menggoyang tanah Cina? Guatemala, Uni Soviet, juga Kepulauan Bismarck di Samudera Pasifik. Indonesia pun terkena sabetannya pula yang susul-menyusul selama dua bulan. Bulan Juni, Aceh bergetar. Lalu Irian. Sebulan berikutnya giliran Bali. Kalau ada bangsa yang paling banyak terbunuh oleh gempa, itulah bangsa Cina -- yang memang paling banyak jumlah warganya. Dalam deretan sepuluh gempa yang terbanyak makan korban abad ini, Cina menempatkan empat kejadian -- tiga di antaranya dengan lebih dari 100 ribu korban. Kawasan Kaukasus Soviet pun sudah langganan gempa. Tanggal 5 Oktober 1948, di sana 110 ribu orang tewas. Sedang di Jepang, 1 September 1923, angka yang mati mendekati jumlah itu pula. Warga Jepang terhitung yang paling dicederai gelombang pasang -- akibat gempa dari dasar laut -- tsunami. Hal serupa juga pernah dialami para nelayan Nusa Tenggara: laut mendadak surut jauh, dan tiba-tiba pula pasang besar mengempaskan gubuk-gubuk dan perahu mereka. Dari semua parade kematian ini, tragedi Meksikolah yang paling memberi pelajaran. "Ini memang gempa yang paling lengkap datanya," kata seorang geolog AS. Sejak sebelumnya, para ahli menduga, Meksiko pasti dihampiri gempa. Yang menjadi masalah adalah: tidak ada yang tahu kapan bencana itu datang. Kendati begitu, jauh-jauh hari berbagai peralatan pengamat gempa dipasang di sana. Begitu bencana terjadi, hampir semua data, dari berbagai segi yang diperlukan, terekam. Nah, dari data itulah diketahui, misalnya, mengapa bangunan yang satu ambruk sedang bangunan yang lain tidak. "Gedung yang ambruk adalah yang beresonansi dengan getaran gempa," kata Profesor Rosenblueth, ahli struktur bangunan pada Universitas Nasional Meksiko. Selain itu, struktur tanah tempat bangunan berpijak sangat menentukan, gedung macam apa dan berapa tinggi yang masih dapat ditopangnya pada saat bumi bergoyang keras. Pengalaman selalu mengingatkan manusia pada kebenaran lama: "bukan gempa yang menewaskan banyak orang, bangunanlah yang menjatuhi kepala-kepala mereka." ZU

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus