Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pasar kelabu di lembah silicon

Lembah silicon yang merupakan pusat industri, kini berkembang menjadi pasar gelap untuk memperoleh data-data perlengkapan elektronika. bak medan perburuan mata-mata pelbagai negeri.(sel)

7 Agustus 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANYAK juga yang terperanjat. Hitachi dan Mitsubishi, dua produsen raksasa alat elektronika Jepang, dikabarkan melakukan "spionase industri" di Amerika Serikat, baru-baru ini. "Namun bagi mereka yang sering berkumpul di Wisma Rickey's Hyatt dan Dinah's Shack, El Camino Real, California, berita itu tak terlalu mengejutkan," kata Robert Lindsey dalam tulisannya untuk New York Times Service. "Saya kira Hitachi dan Mitsubishi justru hanya puncak sebuah gunung es," ujar Charles Rudd berkomentar. "Bahkan agak mengherankan, bahwa sebelum ini kegiatan seperti itu belum pernah terungkap." Para penegak hukum sependapat: Lembah Silicon sudah sama seperti Wina pada 1946, atau Lisabon pada 1940 -- medan perburuan mata-mata pelbagai negeri, tak terkecuali agen-agen perusahaan Amerika Serikat yang saling mengintai. Sebagian kalangan bahkan berpikir lebih jauh. Lembah Silicon, menurut taksiran mereka, sudah berkembang menjadi semacam pasar gelap, tempat jutaan dollar dipertaruhkan untuk memperoleh data data perlengkapan elektronika, beberapa di antaranya yang berhubungan dengan keperluan militer. Pencurian berjalan setiap tahun. Data dan perlengkapan itu mengalir ke luar -- banyak di dntaranya yang berlabuh di negeri-negeri komunis. Syahdan sekitar 1960-an, suatu generasi insinyur wiraswasta bermukim di lembah ini. Dari pasir pantai yang sederhana, silicon, mereka memhuat bahan baku microchips, alat yang dihutuhkan komputer modern untuk bekerja. Para insinyur itu segera menjadi kaya. Dengan panjang 40 km dan lebar 10 km, Lembah Silicon kemudian berkembang menjadi kawasan industri yang menentukan. Di sana "bersarang" 600 pabrik alat elektronika, ribuan subkontraktor, konsultan, dan makelar. Perputaran modal dalam bisnis alat elektronika saja di lembah ini mencapai US$ 4,2 milyar setahun. Gagasan dan informasi dipertukarkan di lembah ini. Hotel dan berbagai tempat persantaian menjadi saksi pelbagai mufakat dan diskusi. "Setiap siang, rumah makan dan bar seperti Rickey's, Dinah's Shack, dan Chez Yvonne penuh sesak dengan para sahabat, saingan, maupun sekedar pencari keterangan," kata Robert Lindsey. "Jumlah informasi yang dipertukarkan di bar dan rumah makan tak terlukiskan banyaknya," ujar James Fox, agen FBI yang memiliki pengetahuan khusus mengenai Lembah Silicon. Lalu berapa banyak pelaku yang terlibat dalam "spionase" gaya baru ini? "Entahlah," kata Fox, "paling tidak ratusan." Kemudian ia cepat menambahkan, "suatu problem yang memang gawat." Di samping Jepang, Uni Soviet dan para kerabatnya, lembah ini konon menampung pula wakil-wakil dari Dunia Ketiga, Israel, Cina, Prancis, Jerman Barat, "boleh dikatakan dari seluruh dunia." Semua mengintai proses teknologi pengembangan industri microchips, terutama yang berhubungan dengan kepentingan militer. Apa lagi ekspor teknologi jenis itu dilarang tegas oleh Departemen Luar Negeri AS. Mentut Fox, beberapa rahasia secara mudah dipindahtangankan sembari minum atau makan malam "atas nama bisnis." Para pelakunya adalah agen-agen yang menguasai masalah teknik, dan berkunjung ke lembah itu dalam selimut misi perdagangan atau pertukaran teknik. Beberapa negeri konon menanamkan agennya secara khusus di sana. Beberapa lagi, termasuk Cina, masuk melalui perkongsian di bidang bisnis alat elektronika. Ada pula negeri tertentu, menurut para penyelidik, yang tak segan-segan membayar mahal para karyawan Amerika yang sudi membocorkan rahasia perusahaannya. Tapi menurut kalangan industri, Amerika sendiri jamak melancarkan spionase seperti itu bila ingin memperoleh rahasia perusahaan saingannya. "Mungkin problem kami terbesar justru menghadapi orang-orang Amerika yang rakus, dan mau mengerjakan hampir semua hal demi uang," kata Fox. Di Lembah Silicon, konon, terdapat sekitar 200 makelar bebas yang menjual komponen elektronika. Sebagian besar mereka mengekspor "barang dagangan"nya ke negeri ketiga -- seperti Kanadadan Swiss dan tahu bahwa komponen-komponen itu kelak mencapai tujuan terakhir di Uni Soviet, paling tidak salah satu negeri blok Soviet. Dan hal ini sangat bertentangan dengan peraturan Departemen Luar Negeri AS yang melarang pengiriman alat demikian ke negeri-negeri komunis. Tapal batas Amerika Serikat adalah "jaring yang jebol," kata seorang penyelidik Bea Cukai AS di San Francisco. Douglas K. Southard, wakil jaksa daerah Santa Clara yang khusus menangani kasus Lembah Silicon memandang kongkalikong itu sebagai bagian "kerakusan dan ketamakan" yang ditimbulkan pertumbuhan industri, dan keuntungan yang bersembunyi di belakangnya. Lembah Silicon, kata dia, adalah "contoh utama kapitalisme yang sedang meluap." Setiap orang ingin menjadi jutawan dalam waktu singkat. Uang mengalir seperti air, "menggoda warganegara yang biasanya jujur untuk memperebutkan bagian dari kue pastel itu." Menurut perkiraan Southard, selama lima tahun terakhir telah dicuri paling tidak US$ 100 juta dalam bentuk komponen lengkap serta data teknologi. Di pasaran gelap dunia, mikro sirkuit tampil sebagai barang dagangan paling laris. Ia demikian kecilnya, sehingga mudah dicuri untuk kemudian dijual dengan mahal. Pemerintahan Reagan berjanji memberi prioritas tinggi untuk membendung mengalirnya teknologi dan komponen perusahaan-perusahaan AS itu keluar. Tapi banyak orang meragukan hasilnya. Wakil presiden Dimes Griup Rudd yang mengekspor instrumen medis dan ilmiah non-militer ke Uni Soviet mengatakan, "banyak teknologi yang mengalir keluar Lembah," beberapa di antaranya melalui kegiatan matamata. Banyak dari jumlah yang keluar ini, tambah Rudd, "didorong alasan memperoleh keuntungan, kerakusan. Kita tidak mungkin membendung atau menghentikannya, kecuali kita mengubah diri kita sendiri menjadi masyarakat tertutup." Di antara orang-orang rakus itu adalah yang bernama John Henry Jackson, 44 tahun. Ia terkenal sebagai Jack bermata satu, sedang menunggu sidang pengadilan. Tuduhan yang didakwakan kepadanya: pencurian besar-besaran, persekongkolan, pembelian, penerimaan dan pemilikan barang curian yang diubah. Ia sendiri pernah dihukum empat kali karena pelbagai kejahatan. Tapi kali ini sidang pengadilannya agak lain. Ia dituduh sebagai tokoh dunia elektronika di bawah tanah. Jackson menolak tuduhan itu. Dia didakwa memimpin komplotan penjahat yang mencuri 10.000 chip memori dari Intel Corporation, pabrik raksasa semiconductor di Lembah Silicon. Ia juga memasarkan kembali 100.000 alat lain yang serupa, sebagian besar curian. Konon yang dicurinya dari Intel Corporation ialah chip komputer 32K Eprom yang sangat khas dan rumit. Harganya US$ 100 sebuah, pada waktu itu. Tapi yang lebih penting bagi kantor kejaksaan serta penyelidik Federal ialah jangkauan penerapannya dalam peralatan elektronika -- dari video arcade game yang tidak berbahaya sampai sistem penuntun pesawa tempur. PERKARA Jackson menjadi sangat penting karena melibatkan apa yang dinamakan "pasar kelabu" dalam dunia elektronika. Akhir-akhir ini pasar kelabu itu telah berkembang menjadi "pasar di bawah tanah" alat-alat elektronika dan chip komputer, sebagian hasil curian. Para penegak hukum berpendapat pasar itu merongrong keamanan nasional, dan berperanan besar meningkatkan kejahatan industri elektronika, yang sebelumnya aman-aman saja. Disebut "pasar kelabu" karena tadinya penjualan chip surplus itu sah belaka. Belakangan baru berkembang menjadi pasar gelap yang sebenarnya. Atas pertanyaan, pihak polisi dan agen federal mengatakan pasar kelabu itu melibatkan modal sekitar US$ 20 juta. Tapi segera ditambahkannya, jumlah itu bisa tiga sampai empat kali lebih besar. Dan pasar ini ternyata makin lama makin terorganisasi. Mengenai pengaruhnya terhadap keamanan nasional, William H. Websier, Direktur FBI menyatakan dalam sebuah pidatonya tahun lalu, "teknologi Amerika Serikat, baik bidang militer maupun industri, adalah sasaran nomor satu operasi intel asing. Dalam sejarah kami, baru kali ini dunia usaha Amerika Serikat mendapat serangan mata-mata yang pintar dan njlimet". Banyak detil kasus Jackson diterima dari terdakwa sendiri dalam keterangan yang diberikannya di depan polisi selama ditahan. Sebagian lagi datang dari para saksi, termasuk sekretaris Jackson. Meski demikian, ada usaha pengacara membatalkan keterangan pendahuluan itu di sidang pengadilan. SEHARI-HARI gudang chip Intel Corporation yang kebobolan itu dijaga sangat ketat. Sirene maupun penjaga keamanan bertugas 24 jam sehari semalam. Dan pelbagai sistem keamanan lainnya digunakan menjaga gudang tersebut. Menurut Jackson dalam pemeriksaannya, ia bisa mengelakkan semua penjaga serta sistem keamanan itu karena ia melibatkan petugas dalam. Polisi memang menangkap antara lain penjaga keamanan Albert Williams. Adalah Albert Williams, juga tertuduh dalam perkara Jackson ini, yang membawa keluar chip itu dari gudang dalam lipatan jaket kulitnya. Sekali-sekali chip itu bahkan dibawa keluar secara menyolok, dalam kantung-kantung plastik sampah. Menurut Williams, ia dan Jackson bisa bekerjasama karena ada "uluran tangan" eksekutif Intel Corporation yang namanya tidak disebut dalam pemeriksaan dan yang juga tidak dituntut dalam sidang pengadilan. Eksekutif inilah, konon, yang mempersiapkan kertas-kertas yang diperlukan untuk membuat 10.000 buah chip memori yang akan dicuri itu. Kertas-kertas itu kemudian dimusnahkan, demi menghilangkan jejak. Bagi orang-orang yang mata duitan, segala cara tampaknya halal. John Henry Jackson memperkuda orang dalam perusahaan. Tapi jika hal ini tidak mungkin, cara lain ditempuh. Dalam wawancara yang direkam sccara rahasia, dengan penyelidik swasta seorang anak buah Jackson melukiskan majikannya kadangkala mempergunakan gadis cantik untuk memancing para pekerja yang sedang sibuk memuat barang-barang elektronika itu ke dermaga, dan kemudian ke kapal. Orang lain lalu mengangkut barang-barang tersebut ke tempat lain. Menurut Jackson, 90% dari pencurian yang dilakukannya terjadi sewaktu chip dimuat ke kapal dan diangkut atau dikeluarkan dari gudang penyimpanan. Chip yang dicuri itu baru saja datang dari bagian perakitan, dan karenanya belum dibubuhi merk. Biasanya 40% dari keseluruhannya diapkir. Kemudian chip itu dibawa ke sebuah rumah di Sunnyvale, California, untuk diberi merk Intel. Selanjutnya diangkut ke California Selatan, dijual tunai kepada pembeli. Dari sini chip itu menempuh perjalanan panjang melalui "pasar kelabu. "Tapi pencurian seperti yang dilakukan Jackson bukanlah yang pertama kali terjadi pada Intel Corporation," kata Michacl S. Malone dalam tulisannya di The New York Times, 30 Mei 1982. Michael Moe, pengawas bagian perawatan gedung perusahaan tersebut, pada April 1980 mengangkut keluar chip memori yang bernilai ribuan US$ dalam sebuah kotak palsu. Mei 1980 Moe dijatuhi hukuman karena melakukan pencurian besar-besaran. Berkaitan dengan perkara Moe Glen Johnson, pemilik Glen Manufacturing Inc. dari pabrik elektronika di Stockton, California, dijatuhi pula hukuman karena membeli ribuan buah chip curian dari Moe. "Kami sekarang memonitor pasar kclabu itu di tempat," kata Rodger S. Borovoy, wakil preslden Intel Corporation, penasihat umum serta direktur bagian keamanan. "Dan kami sudah berhasil toko-toko kecil tidak lagi menjual barang-barang Intel." Tapi Borovoy mengaku, usaha bersama secara besar-besaran melawan pasar kelabu itu masih harus dilakukan. "Saya khawatir kami masih sendirian melawan pasar kelabu itu," kata Borovoy. Industri elektronika mempunyai siklus sendiri dan tunduk pada pasang surut ekonomi. Sewaktu-waktu muncul permintaan mendadak, sehingga harga barang melonjak. Maka hasil utama pabrik seperti chip memori dan micro-processors mengalami permintaan yang luar biasa banyaknya. Waktu penyerahan dapat berkisar dari beberapa hari sampai selama setahun. Para langganan yang gugup berusaha mencari setiap sumber barang. Ketika harga cenderung menurun, masa unggul itu pun surut. Pabrik-pabrik yang pcnuh sesak berisi barang-barang inventaris itu harus menjualnya agar bisa mempertahankan lancarnya roda keuangan. Para pedagang pasar kelabu membuat jasa yang menguntungkan dan sah, dengan bertindak sebagai pedagang perantara. Itu sebabnya mereka didukung baik olch pemilik pabrik, maupun oleh "nasabah". Sewaktu masa surut, para pedagang pasar kelabu membeli barang inventaris yang melimpah itu dengan potongan harga, sambil bertaruh bahwa barang-barang ang modelnya khas itu akhirnya akan diminta lagi. Ketika terjadi permintaan tiba-tiba, mereka bisa menjual dengan harga tinggi sekali. Kadangkala permintaan demikian besarnya sehingga melampaui persediaan. Keadaan begini menggoda sementara pedagang untuk melakukan pencurian. Kenaikan harga tinggi video game Jepang pada 1977-1978 adalah peristiwa paling akhir yang membuat banyak pedagang pasar kelabu melakukan kejahatan. Menurut seorang pedagang pasar kelabu, di Lembah Silicon ketika itu banyak sekali pabrik kecil Jepang memenuhi permintaan video game itu. Dan, ternyata, chip memori yang kritis, "leluhur" semiconductor yang dikatakan dicuri Jackson itu, hanya bisa diperoleh di Amerika Serikat. Maka pesanan membanjiri perusahaan-perusahaan semiconductor AS. Ketika permintaan yang luar biasa banyaknya tidak dapat dipenuhi pabrik atau distributor yang mendapat izin, para pengusaha Jepang mulai bermunculan di Lembah Silicon. Mereka menawar dengan harga US$20 atau lebih semiconductor yang bernilai US$3 itu. Dan mereka tidak mengajukan pertanyaan apa pun. Seorang pedagang pasar kelabu yang tidak mau disebut namanya ingat bagaimana ia bertemu dengan para eksekutif Jepang di pelabuhan udara San Francisco. Eksekutif tersebut membawa tas yang berisi US$ 1 juta uang tunai. Keuntungan yang sangat besar seperti itu membuat sementara pedagang pasar kelabu segera menjadi jutawan, sementara yang lain cepat menjadi penjahat. Tapi untuk kebanyakan pedagang, menurut para penegak hukum, hal itu dirasakan sebagai usaha tidak sah yang membuat mereka sejak itu sering melakukan perbuatan di luar hukum. Wakil jaksa daerah Santa Clara, Douglas K. Southard, yang menjadi penuntut umum dalam perkara Jackson, menilai 30 sampai 40 tuntutan sudah berhasil dilakukan terhadap usaha pasar kelabu yang tidak sah itu. Dari 100 sampai 200 orang pedagang pasar kelabu itu, kata Southard, "sebagian besar pedagang perantara yang sah." Tapi ia menambahkan, "masalahnya ialah bahwa usaha khusus itu seperti pemilikan rumah gadai. Hal ini memberikan kesempatan untuk membeli barang curian jika barang itu bisa diperoleh. Bahkan pedagang perantara yang paling jujur kadangkala akan memalingkan kepalanya." Barang-barang yang bergerak di pasar kelabu ditangani oleh tiga kelompok: distributor besar yang diragukan yang mencampur barang-barang curian, tiruan atau yang diapkir dengan barang-barang inventaris yang diperoleh dari pabrik-pabrik yang mendapat izin. Lalu apa yang dinamakan schlocker, yang berbuat dalam banyak hal sama dengan kelompok pertama itu. Dan orang-orang yang memperbaiki logam tua, yang mempunyai "orang dalam" di perusahaan semiconductor yang memalsukan chip yang tua dengan yang baik, atau yang begitu saja menjual chip rongsokan sebagai chip yang baik. Menurut polisi, pembayaran kepada pekerja bagian perakitan yang melakukan pencurian itu paling sering dilakukan dalam bentuk narkotika. BAGAIMANAPUN cara masuknya ke pasar kelabu, barang itu tidak lama berada di pasar tersebut. Menurut polisi setempat, beberapa chip dicuri berdasarkan pesanan dan nasabahnya sudah siap menunggu dan membayarnya. Tetapi kebanyakan barang diperjualbelikan di kalangan pedagang perantara sambil mencari kesempatan, dan akhirnya melalui banyak tangan pedagang perantara barang itu baru sampai kepada nasabahnya. Kasus Jackson mengungkapkan secara khas seluk beluk permainan di sekitar "pasar kelabu". Menurut pengakuan Jackson di depan polisi, perusahaannya -- Dyno Electronics di Santa Clara -- menjual chip curian kepada Space Age Metals di Gardenia, California. Space Age membantah keterangan ini dengan catatan, dulu ia memang pernah terlibat bisnis dengan Dyno. Menurut cerita Jackson pula, Space Age kemudian menjual chip tersebut kepada Mormac Technology Inc. di Tarzana, masih kawasan California. Juga kepada Republic Electronics Inc. di Arlington, Virginia. Tapi pada kesempatan lain, Dyno juga melakukan bisnis langsung dengan Mormac. Pada gilirannya, Mormac dan Republic menjual barang tersebut kepada langganan yang sama: E.D.V. Elektronik, distributor peralatan elektronika di Munich, Jerman Barat. Yang disebut terakhir ini kemudian menyalurkan barang tersebut kepada A.G. Siemens, raksasa bisnis elektronika Jerman Barat. Persoalan menjadi terbuka November 1979, justru tatkala Siemens mengeluh kepada Intel Corporation tentang ditemukannya sejumlah chip Intel yang dipalsukan. Menurut kalangan petugas hukum, "hubungan internasional" semacam itu memang tidak merupakan hal lumrah. "Pasar kelabu", dengan segala jaringannya, sebetulnya sanggup mencapai langsung perusahaan mana pun di seluruh pelosok bumi, bahkan perusahaan yang terbilang kecil. Bersama Jackson diadili juga Patrick Ketchum, salah seorang karyawan penting Mormac. Menurut Jackson, Ketchum inilah yang menjual sejumlah chip curian kepada Anatoli Maluta, seorang warga negara Amerika keturunan Rusia. Juga kepada Werner Bruchhausen, seorang Jerman Barat. Nama Maluta dan Bruchhausen memang tak begitu harum. Keduanya pernah dituduh menyelundupkan alat pembuatan semiconductor ke belakang tirai besi. Ketchum sendiri pernah diperkarakan pada 1979. Termasuk nekat, ia menjual chip palsu kepada pihak militer AS. Kebetulan saja ia lagi mujur. Sidang tak berhasil membuktikan bahwa Ketchum mengetahui kepalsuan barang yang disalurkannya dari Jackson itu. Setelah bertahun-tahun terciptalah beberapa jalan perdagangan pasar kelabu. Sumber utama masih tetap Lembah Silicon, walaupun daerah kantung elektronika lain seperti Boston dan Phoenix mulai terlihat sebagai pasar gelap yang berkembang. Di Malaysia pabrik perakitan perusahaan-perusahaan elektronika Amerika Serikat juga mengalami banyak pencurian. Banyak nasabah dari pedagang perantara Amerika Serikat adalah pedagang perantara pula yang beroperasi di negeri-negeri yang tidak kena peraturan embargo Amerika Serikat. Finlandia, Prancis, Austria dan malahan Kanada ditunjuk oleh pedagang-pedagang pasar kelabu sebagai stasiun penting untuk menyalurkan barang elektronika ke negeri Blok Timur, Iran, dan negeri lainnya. Lalu, siapakah sebetulnya langganan tetap "pasar kelabu"? "Menurut mitos umum, adalah para agen KGB yang bersembunyi di tiap pojok Lembah Silicon, menunggu kesempatan mencuri model chip terakhir," tulis Michael S. Malone. Uni Soviet konon sudah menemukan hal yang dipelajari Jepang dan Honkong beberapa tahun lalu, yaitu bahwa para tokoh pasar kelabu AS selalu berlomba-lomba melayani pesanan langganan. Karena itu, menurut seorang bekas gembong pasar kelabu, "KGB tak perlu pusing menempatkan orangnya di sini." Seperti ditambahkannya, "mereka bukan orang tolol. Mereka tahu semua hal bisa diatur dengan pihak ketiga, sembari mereka sendiri ongkang-ongkang di kampung halamannya." MENURUT perkiraan, sudah lebih satu dekade pasar kelabu melayani langganannya dengan setia. Jepang, Taiwan, Malaysia, dan Korea Selatan sudah menikmati pelayanan pasar itu lebih dulu. Kemudian menyusul negeri-negeri Blok Timur, Cina, dan mungkin saja beberapa negeri sedang berkembang. Tidak semua penjualan bersifat internasional. Banyak bisnis pasar kelabu pada mulanya pembuat perlengkapan kecil-kecilan asli Amerika. Tapi tatkala beberapa jenis perlengkapan susah dicari di pasar resmi, perusahaan-perusahaan kecil itu melejit menjadi bisnis besar. Bahkan kini, menurut Michael S. Malone, "beberapa kongsi besar mulai melibatkan diri ke dalam jaringan pasar kelabu." Sekalipun para pedagang pasar kelabu itu merasa telah memainkan peranan penting namun kelalaian mereka terhadap para nasabah bisa mempunyai akibat yang membahayakan. Misalnya Southern California telah menemukan muatan chip yang keliru isinya. Juga orang tidak mungkin bisa mengukur kerugian yang diderita bidang ekonomi dan keamanan militer bangsa dengan terjualnya teknologi yang maju kepada saingan-saingan asing atau musuh. Dan ramalan, setidak-tidaknya menurut Borovoy dari Intel Corporation, tidak baik bagi masa depan yang dekat. "Akan menjadi lebih buruk lagi," kata dia. "Kami akan melihat masalah-masalah kapasitas lagi dalam industri. Masa memainkan peranan penting mulai menanjak," Dan jika orang tidak bisa memperoleh barang secara sah, barang akan diperoleh dengan cara yang bagaimanapun juga."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus