Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Kini hotmix nanti nacas

Dpmj bandung berhasil menemukan bahan pembuat jalan yang kedap air dan lebih kuat: nacas (aspal alam yang terdapat di buton). biayanya pun lebih murah. (ilt)

7 Agustus 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PARA pekerja kelihatan meratakan butiran-butiran aspal yang dituang dari sebuah truk hidraulik. Kerja mereka cepat. Dengan garu, mereka meratakan tumpukan aspal itu. Kemudian mesin giling menderu maju. Dua tiga kali ulang-alik, aspal pun telah keras, menyatu di permukaan jalan. Sekian meter jalan pun telah rampung. Mereka kemudian menyingkirkan jidar (pembatas dan tanda yang bertuliskan maaf perjalanan anda terganggu. Dan lalu lintas lancar kembali. Perbaikan jalan seperti di atas mungkin dianggap sudah biasa, tapi Direktorat Penyelidikan Masalah Jalan (DPMJ), Direktorat Jenderal Bina Marga di Bandung ternyata terus-menerus melakukan penelitian laboratorium dan percobaan lapangan. Persoalannya ialah bagaimana membuat jalan raya yang tahan lama, tidak cepat berlubang. DPMJ berpendapat bahwa salah satu penyebab utama kerusakan jalan adalah tidak stabilnya lapisan tanah dan karena merembesnya air. Air yang menggenangi permukaan jalan menimbulkan tekanan pori yang tinggi. Akibatnya, lama-kelamaan lapisan atas pecah. Lewat celah-celah pecahan itu, air terus merembes ke bagian bawah. Dan ini mempengaruhi lapisan tanah. Jalan yang mempunyai lapisan labil, tentu saja cepat bergelombang permukaannya. Atau menjadi "keriting". Jadi, setibanya musim hujan, ratusan kilometer jalan raya di Indonesia sering hancur. Apalagi kalau dilewati oleh kendaraan yang mempunyai tonage lebih besar daripada kapasitas jalan. Karena itu DPMJ mencari akal. "Dan kami telah menemukan nacas," ujar Ir. Soedarmanto Darmonegoro, Ka Sub Dit Teknik Jalan. Nacas adalah singkatan dari non-agregated cold asbuton sheet, pelapis yang berfungsi sebagai lapis penutup bagian permukaan jalan. Dengan lapisan ini -- yang dipercaya bisa kedap air -- perembesan air tak akan terjadi. "Sehingga usia jalan bisa lebih panjang," tambah Soedarmanto. Bahan baku nacas adalah aspal alam yang banyak terdapat di Buton, Sulawesi Tenggara. Aspal dari pulau itu terbentuk melalui proses geologi alami ratusan tahun lamanya. Akibatnya, bitumen (aspal) telah menyatu dengan butir mineral. Keunggulan aspal alam inilah yang dimanfaatkan oleh DPMJ. Untuk mendapatkan lenturan sesuai dengan yang dikehendaki, asbuton dicampur dengan minyak bumi jenis flux oil atau fuel oil yang memang biasa dijadikan pencampur aspal. Pencampuran itu memang "meremajakan" sifat asbuton. Pada dasarnya, kondisi alamiah bitumen sangat keras. Bitumen, supaya bisa dipakai, harus dilunakkan (fiskositas) melalui penetrasi flux oil sampai ke suatu ukuran lentur yang dikehendaki. Takaran pencampuran tergantung pada jenis asbuton yang akan dipakai. "Misalnya B-20," kata Soedarmanto, "mempunyai kandungan aspal 18% sampai 22,5% " Menurut dia, jenis B-20 memerlukan campuran flux oil 3% saja. Untuk Jenis B-16 diperlukan flux oil 4% dari berat asbuton. Sebelum diaduk dengan flux oil asbuton harus dihancurkan sampai sehalus menir (beras yang telah hancur), misalnya lewat stone crusher. Kemudian asbuton dan bahan pencampur dimasukkan dalam mesin pengaduk (beton molen). "Harus betul-betul kering," sambung Soedarmanto, "dan kadar air tidak boleh lebih dari 10%." Kalau basah campurannya, air akan menguap dan lapisan nacas akan mudah retak, waktu terkena panas. NACAS juga mempunyai sifat yang serba praktis. Dia tidak panas seperti halnya aspal beton yang biasa disebut hotmix. Bahkan pekerja tidak perlu lagi dilengkapi dengan alat pelindung seperti sarung tangan atau sepatu bot. Dengan pelapis nacas, begitu mesin giling selesai bekerja, jalanan sudah bisa langsung dilewati mobil. "Jadi nacas memiliki banyak keuntungan," kata Soedarmanto lagi, "dia mudah diolah dan murah." Dalam penelitian, "kerusakan lapisan nacas selama lebih dari 2 tahun cuma 0,3%," ujar Ir. Soegito, Pimpinan Proyek Pembangunan Jalan Arteri Bandung Raya, Ditjen Bina Marga. Beberapa jalan di Bandung sudah diuji-coba dengan nacas. Antara lain Jalan Juanda, Jalan Siliwangi, dan Ciumbuleuit. Bina Marga merencanakan melapis berbagai jalan di Bandung (yang terkenal selalu tidak rata) sepanjang 50 km dalam tahun anggaran 82/83. Selama ini, baru 34,3 km jalan yang dilapis nacas. Biaya pelapisan jalan dengan nacas diperkirakan Rp 3 juta/km untuk yang mempunyai kelebaran 7 meter. Kalau dipakai aspal beton, untuk ukuran yang sama, biayanya mencapai Rp 20 juta. Di masa mendatang, diduga banyak jalan di Indonesia akan memakai sistem pelapisan nacas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus