Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

"angin potong" yang berbahaya

Pengaruh angin potong pada penerbangan sangat berbahaya. merusak pola arus udara yang melalui sayap pesawat, daya angkut menjadi berkurang, bahkan lenyap. (ilt)

7 Agustus 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIBA-TIBA pesawat jet raksasa itu merosot ketinggiannya, lantas menabrak serumpun pohon. Seketika pesawat itu -- Boeing 727 milik Panam -- meledak, menjelma jadi gumpalan api yang kemudian menimpa wilayah pemukiman Kenner, 3 km sebelah timur pelabuhan udara internasional New Orleans, AS. Sejumlah 138 penumpang dan 7 awak pesawat itu mati seketika, sementara 9 warga pemukiman Kenner pun mati, tertimpa atau terbakar dalam rumah mereka. Bencana yang terjadi awal Juli lalu itu terbesar dalam sejarah penerbangan sipil di AS setelah kecelakaan DC-10 di Chicago, 3 tahun lalu. Pesawat itu jatuh hanya beberapa saat setelah tinggal landas dari New Orleans. Ia singgah di sana dalam penerbangannya dari Miami, Florida menuju San Diego, Texas. Kini api di pemukiman Kenner sudah padam, semua korban sudah dikubur dan reruntuhan pesawat sudah dibenahi. Tapi bau hangus yang memualkan belum lenyap dan banyak warga Kenner mengajukan tuntutan ganti rugi -- berjumlah jutaan dollar. Tapi apa yang menyebabkan Boeing 727 itu menimpa rumah dan sanak keluarga mereka belum lagi jelas. Salah satu dugaan ialah bahwa pesawat itu disambar petir ketika tinggal landas dalam cuaca buruk hari Jumat naas itu. Tapi para ahli berpendapat bahwa tak mungkin petir mencelakakannya. "Pesawat itu meletup-letup seperti tak bisa menyalakan mesinnya," ujar Evelyn Pourchi yang menyaksikan kejatuhan itu dari samping tumahnya di Kenner. Menurut saksl lain mesin pesawat itu mati sebelum menimpa bumi. Ini, menurut para penyelidik, bisa saja terjadi jika pesawat itu melewati daerah hujan yang lebat. Tapi apa pun yang menjadi sebab, pesawat itu seolah tak berdaya mengangkat dirinya. Ketinggian yang dicapainya kurang dari 40 meter. Para ahli dari NTSB (Badan Keselamatan Transportasi Nasional) cenderung melihat penyebab yang sangat layak ialah wind sbear atau "angin potong." Gejala cuaca seperti itu sering timbul di saat berkecamuk angin ribut dan hujan. Arah dan kecepatan angin menjadi kacau balau, mengakibatkan pula kacaunya perbedaan tekanan udara yang menghasilkan daya angkat atau lift bagi sebuah pesawat udara. Kondisi "angin potong" itu sangat berbahaya bagi penerbangan karena ia merusak pola arus udara yang melalui sayap pesawat. Arus udara itu terbentuk karena pesawat itu ditarik oleh mesinnya. Sayap pesawat membelah arus, udara itu menjadi dua komponen yang melalui atas dan yang melalui bawah sayap itu. Karena bentuk penampang sayap itu berlainan -- lebih melengkung di bagian atas dibanding bagian bawah -- kedua arus itu berbeda kecepatannya dan karenanya berbeda pula tekanannya. Di bagian atas sayap itu tekanannya lebih rendah. Perbedaan tekanan itulah yang menghasilkan daya angkat. Tapi kalau perbedaan tekanan itu rusak karena ada "angin potong", daya angkat itu berkurang atau bahkan lenyap. Akibatnya tentu fatal. Lebih lagi ika kondisi cuaca itu menimpa pesawat terbang di saat tinggal landas. Selain terbangnya masih rendah hingga tak ada kesempatan memulihkan posisinya, juga karena justru di saat itu sebuah pesawat diusahakan menanjak dan sudut serang sayap lebih besar. Tapi ini mengakibatkan daya menghambat juga lebih besar, kondisi yang diimbangi dengan memperbesar daya dorong mesin. Tuduhan "angin potong" itu, sebagai biang keladi kece!akaan Boeing 727 itu, diperkuat oleh kenyataan bahwa radio pelabuhan udara New Orleans -- beberapa menit sebelum pesawat itu tinggal landas -- memberitakan dua kali tentang perubahan poia angin yang cukup gawat. Juga rekaman percakapan di dalam cockpit -- dari "Black Box" yang ditemukan -- membuktikan awak pesawat itu mengetahui pemberitaan itu. Menurut Patricia Goldman, Wakil Ketua NTSB, awak pesawat itu sedang mendiskusikan berbagai tindakan darurat. Bahkan Kapten Kenneth L. McCullars menyarankan untuk menaikkan daya mesin untuk mengatasi efek angin potong itu. "Kapten itu menyatakan pesawatnya merosot dan ia membahas tindakan untuk mengatasinya," ujar Nona Goldman. BAGI para ahli sifat gejala "angin potong" itu masih kabur. Tapi gejala itu diduga menimbulkan sekurangnya 12 kecelakaan pesawat terbang selama dasawarsa terakhir ini. Antara lain kecelakaan pesawat jet milik Air Florida yang menubruk jembatan di Sungai Potomac, Washington, sesaat setelah tinggal landas Januari lalu. Dan hanya 3 hari sebelum kecelakaan Boeing 727 itu, di Uni Soviet sebuah jet Ilyushin 62 milik Aeroflot jatuh sesaat setelah tinggal landas dari pelabuhan udara Moskow Sheremetyevo. Gejala ini tidak selalu terjadi pada saat hujan dengan angin ribut. Bahkan geala ini pernah juga teradi di saat udara tampak tenang. Masih dalam Juli lalu 57 penumpang DC-10 milik United Airlines mengalami cedera berat akibat guncangan mendadak pesawat itu yang terbang pada ketinggian hampir 12 km di atas Wyoming, AS. Akhirnya pesawat itu masih bisa selamat mendarat. Gejala semacam itu bisa saja terjadi hanya beberapa detik hingga sering tak tercatat oleh alat pengamat cuaca seperti di pelabuhan udara New Orleans. Sa-lah satu riset tentang gejala "angin potong" itu sedang dilakukan proyek Penelitian Cuaca Pelabuhan Udara Bersama (JAWS) di Denver, Colorado, AS. Mungkin masih beberapa bulan lagi sebab kecelakaan itu akan terungkap secara tuntas. Salah satu hambatan mungkin ialah kualitas rekaman percakapan dalam cockpit. Peralatan yang dipakainya ternyata Sundstramd V-557, jenis yang oleh Badan Keselamatan Penerbangan di AS dinyatakan usang bahkan sejak 1967. Toh 18 perusahaan penerbangan di AS masih menggunakan model alat perekam itu. Meski dugaan kuat mengarah pada "angin potong" itu sebagai sebab kemungkinan mesin pesawat itu mogok karena kemasukan air hujan juga diselidiki. Tentu ada pula penelitian akan kelaikan struktural pesawat itu, bahkan sampai kepada kondisi kesehatan para awak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus