Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pasokan Air Menurun Akibat Kemarau Panjang

Kemarau panjang menyebabkan kekeringan di sejumlah wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, sejak beberapa pekan terakhir.

9 Agustus 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah anak bermain di Sungai Ciliwung saat debit air menyusut di Kalimulya, Depok, 13 September 2017. Musim kemarau yang diprediksi BMKG berlangsung hingga Oktober 2017 itu mengakibatkan debit air Sungai Ciliwung menyusut dan dimanfaatkan warga dan anak-anak untuk beraktivitas di sekitar aliran sungai. ANTARA/Indrianto Eko Suwarso

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEKASI - Kemarau panjang menyebabkan kekeringan di sejumlah wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, sejak beberapa pekan terakhir. Kesulitan memperoleh air bersih untuk keperluan sehari-hari mulai terjadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Camat Cibarusah, Enop Can, mengatakan sedikitnya tiga desa di wilayahnya kesulitan air bersih karena sumur mulai mengering, yakni Ridomanah, Ridogalih, dan Sirnajati. Total sekitar seribu keluarga di Cibarusah yang setiap hari membutuhkan air bersih. "Air bersih sudah disalurkan kepada warga yang membutuhkan," katanya, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Enop menerangkan, kekeringan terjadi sejak sebulan lalu yang terlihat dari sumur mengering dan Sungai Cipamingkis yang mengalami pendangkalan. Kondisi ini telah dilaporkan kepada Pemerintah Kabupaten Bekasi dan mulai beberapa pekan lalu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyalurkan air bersih ke tiga desa tersebut hampir setiap hari.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika melaporkan musim kemarau diprediksi hingga akhir Oktober mendatang. Padahal, mestinya September sudah memasuki musim hujan. Menurut Kepala Bidang Darurat dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bekasi, Rasyid, sedikitnya tiga kecamatan dengan tujuh desa mengalami kekeringan, yaitu Serang Baru, Bojongmanggu, dan paling parah Cibarusah.

"Kami sudah menyalurkan 160 ribu liter air bersih kepada warga," ujar Rasyid. Sejumlah warga di Desa Ridogalih memanfaatkan sumur buatan di aliran Sungai Cipamingkis yang menghasilkan air hasil "sulingan" tradisional. Ada pula yang membeli air per galon atau 19 liter seharga Rp 5.000. Yayah, warga setempat, mengatakan dalam sehari keluarganya membutuhkan minimal empat galon air bersih.

Kemarau juga membuat debit air Kali Krukut, Jakarta Selatan, menurun sehingga mengganggu suplai air bersih ke pelanggan PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) di sebagian kawasan tersebut. Menurut juru bicara Palyja, Lydia Astriningworo, indikasi debit air menurun terlihat dari kenaikan konsentrasi ammonium di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Cilandak yang melebihi ambang batas maksimum sejak Agustus lalu.

Lydia menjelaskan, untuk memastikan kualitas air tetap memenuhi standar, Palyja akan melakukan penurunan produksi dari 400 liter per detik (lps) menjadi 250 lps sesuai dengan kapasitas maksimum ammonium yang dapat diolah di IPA Cilandak. "Palyja memohon maaf atas gangguan dan ketidaknyamanan yang terjadi," ujarnya dalam keterangan tertulis, kemarin. ADI WARSONO | IMAM HAMDI

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus