Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RUANGAN di lantai tiga gedung PT Masaro Radiokom itu terlinhat lengang. Tak ada satu pun penghuni. Itulah ruang kerja Direktur Bisnis Masaro, Anggoro Widjojo. ”Sudah lama ditinggal,” kata Aria Fransiskus, staf direksi Masaro.
Sudah sekitar setahun Anggoro tak menginjakkan kaki di gedung yang terletak di Jalan Talang Betutu 11A, Jakarta Pusat itu. Jabatannya kini dirangkap Presiden Direktur Masaro, Putranefo Prayugo. Pada Juli 2008 Anggoro berangkat ke Cina untuk urusan bisnis. Sejak itulah ia tak balik lagi ke Indonesia.
Anggoro memilih bertahan di negeri orang setelah Komisi Pemberantasan Korupsi, sejak tahun lalu, mulai mengusut dugaan kongkalikong proyek Sistem Komunikasi Radio Terpadu yang diduga melibatkan Masaro. Kini, selain berstatus tersangka, dia juga dinyatakan buron.
Sosok Anggoro tak asing di kalangan pejabat Departemen Kehutanan. Soeripto, Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan di era departemen itu dipimpin Nur Mahmudi Ismail, mengaku kerap melihat Anggoro mendatangi Nur Mahmudi. ”Dia rekanan lama,” kata Soeripto. Soeripto juga mengaku pernah dua kali menerima Anggoro di ruang kerjanya.
Sosok Anggoro juga sangat terkenal di Komisi Kehutanan DPR. Menurut Tamsil Linrung, Anggoro pemain lama dalam bisnis radio telekomunikasi. Anggoro, ujar Tamsil, dekat dengan pimpinan Komisi. ”Dia sudah terkenal, pandai melobi,” ujar anggota Dewan ini. Sejumlah anggota Dewan, kata Tamsil, mengenal Anggoro sebagai perwakilan Motorola. Masaro memang agen tunggal Motorola di Indonesia.
Anggoro dikenal royal dalam membagikan rezekinya ke anggota Dewan—khususnya Komisi Kehutanan. Ia selalu sigap memberikan bantuan dana untuk anggota Dewan yang mendapat ”tugas” ke luar negeri. Tamsil mengaku dua kali ditawari tambahan sangu dari Anggoro ketika akan ke luar negeri. ”Tapi selalu saya tolak.”
Pengacara Yusuf Emir Faishal, anggota Komisi Kehutanan yang kini meringkuk di penjara, Sheila Salomo, mengaku kliennya memang dekat dengan Anggoro. Tapi, ujarnya, itu sebatas hubungan kerja. Yusuf, menurut Sheila, selalu menampik bantuan dari Anggoro. ”Termasuk saat akan pergi ke Meksiko, bantuan itu ditolak.
Seorang staf di Masaro menyebut Anggoro adalah ”ujung tombak” PT Masaro menghadapi rekanan. Anggoro, ujar karyawan itu, sangat dipercaya Motorola menggarap proyek-proyek di Indonesia. ”Sebetulnya dia direktur utamanya,” kata staf yang emoh disebut namanya itu.
Anton Aprianto, Amandra Mustika Megarani
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo