IA mampu memamah biak, meniru sapi atau kerbau. Tapi batas waktunya cuma tiga jam. Kalau lewat dari itu, ia menyerah. Jika sedang memikirkan sesuatu, agar otaknya segar, lalu ia memamah. Matanya merem melek. Dialah Sumono Pujo Minarso, 37 tahun. Keistimewaan ayah empat anak yang tinggal di Cilacap ini ialah, setiap makanan yang sudah ditelan bisa dikeluarkan lagi. Mirip 'kan? "Sejak kecil sadar saya punya kelainan," kata Sumono kepada Rustam F. Mandayun dari TEMPO. Peristiwa pertama dialami ketika ia duduk di bangku kelas V SD. Ia paling senang memanjat pohon, termasuk pohon kedondong di halaman rumahnya. Buah asam manis itu diganyang dulu, baru yang lain diberikan pada teman-temannya. Rupanya, mereka tahu bahwa Mono sudah makan di atas pohon. Karena itu, ia tak perlu dibagi lagi. Saking jengkelnya, Mono menyemburkan kedondong yang sudah dimakannya. Tak cuma makanan yang bisa disimpan di perutnya. Mono kecil, yang kini jadi Kepala Bagian Operasi Semen Nusantara Cilacap ini, juga "pemakan" kelereng, untuk "menipu". Dengan cara itu ia bisa membawa pulang puluhan kelereng tanpa diketahui para konconya. Penggemar burung yang tinggal di Jalan Gatot Subroto ini tak segan-segan bertindak sebagai "burung". Kalau ada anak burung menciap-ciap kelaparan, dengan enteng ia naik tangga dan memonyongkan mulutnya. "Saya lolohin langsung dari mulut saya. Ya, dengan makanan yang ada dalam perut saya," ceritanya sembari tertawa bahagia. Banyak kelebihannya yang tak bisa diceritakan satu per satu. Hanya satu hal yang diinginkan. "Saya pingin dicatat di Guinness Book. Untuk bahan cerita anak cucu saya," tutur Mono. Ia pernah menghubungi TVRI Yogyakarta untuk memperkenalkan keanehannya. "Siapa tahu bisa tampil di acara Langka Tapi Nyata," katanya. Ya, siapa tahu?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini