KISAH gali lubang tutup lubang ini tak ada hubungan dengan utang piutang. Yang beberapa kali digali dan kemudian ditutup lagi memang bukan uang, melainkan sebuah kubur. Sabtu 7 Juli lalu, penduduk Desa Grogol, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah, menemukan sesosok mayat di jalan desa itu. Mayat lelaki tadi tampan, jangkung, berkulit kuning, dan masih muda. Polisi yang dihubungi segera meminta jasa baik RRI Surakarta untuk menyiarkan penemuan mayat itu. Siapa tahu, ada keluarga yang merasa kehilangan. Tapi gayung tak bersambut. Maka, atas izin polisi, ketua RT di situ, Winarso, segera menguburkan mayat di pekuburan desa, dibantu masyarakat. Dan itulah awal kesibukan Winarso. Sebab, baru saja para pengubur mayat mencuci kaki dan tangan di sungai, muncul serombongan orang. Mereka mengaku, mayat tak dikenal itu masih famili mereka. Winarso percaya. Tapi ketika mayat terangkat ke atas, semua geleng kepala. Setelah menyerahkan uang lelah Rp 4.000, rombongan tadi berlalu. Winarso dan orang-orangnya pun kembali ke rumah, tapi belum satu jam mereka beristirahat, tiba-tiba muncul seorang wanita ayu. Dengan wajah sedih, ia meminta agar kubur dibongkar, karena ia menduga mayat yang ada di dalam adalah suaminya. Sekali lagi kubur dibongkar dan si wanita ayu tadi berjingkrak kegirangan. "Bukan suami saya. Berarti dia masih hidup," serunya dengan nada gembira. Sebaliknya, Winarso dan anak buahnya mendongkol. Tapi dengan sabar, mayat dikuburkan kembali. Dengan harapan, pasal gali lubang tutup lubang berakhir sampai di situ. Tapi rupanya belum. Sebab, satu jam kemudian, ketika Winarso pergi ke sawah, seseorang datang menyusul. Ia melaporkan, ada serombongan orang dari Wonogiri mengaku keluarga korban. Anggota rombongan, seorang gadis cantik, yakin bahwa yang dikuburkan itu pacarnya. "Rambut agak keriting, kulit kuning, baju lengan pendek . . . ooo, itu pasti Mas Timan," ujar si gadis memelas. Untuk lebih meyakinkan, Winarso bertanya warna celana yang dipakai korban. Jawaban ternyata cocok: abu-abu. Para penggali kali itu jadi bersemangat. Apa mau dikata, keyakinan ternyata bukan kenyataan. Si gadis yang tadi pucat kini tertawa lepas. Mayat itu bukan Mas Timan. Para penggali kubur pun jadi kecut. Dan supaya tidak menguburkan dan menggali sia-sia, mayat kemudian "dipajang". Anehnya, sampai keesokan harinya, tak ada lagi orang datang mengaku familinya. Malam harinya, mayat pun dikuburkan kembali. Dan, syukur, tak ada yang datang lagi. Hanya, tiap malam Jumat, kubur misterius tadi sering diziarahi wanita. Mereka membakar kemenyan dan menabur bunga. Mbah Karto, juru kunci pekuburan, pernah melihat seorang wanita muda cantik yang mengaku kenalan intim korban. "Biarlah ia dikuburkan di sini, toh saya bisa datang kemari," katanya. Dan ketika Mbah Karto bertanya, ia tak hendak memberi tahu alamatnya. Bahkan kemudian menghilang di antara orang yang berziarah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini