WAHYUDI kecopetan Rp 60 ribu. Tapi, pemilik kios kelontong di pelabuhan feri Kamal, Madura, itu malah girang. Bahkan rasa-rasanya mau dia kecopetan setiap hari. Kok? Yang menggaet uang Wahyudi, 27, kelihatannya memang bukan pencopet sembarangan - dan itu baru diketahui belakangan. Mulanya, pertengahan April lalu, ia hendak berbelanja kue kalengan dan kelontong untuk mengisi kiosnya. Ia pergi naik Colt menuju Bangkalan. Tahu-tahu, setiba di tujuan, uangnya sudah lenyap. Tapi selang tiga minggu kemudian ia mendapat paket lewat pos. Pengirimnya tak jelas. Namun, isi paket sungguh di luar dugaan: uang Rp 105 ribu, lalu tanda pengenal diri Wahyudi yang dulu hilang, dan sepucuk surat. Surat tulisan tangan dengan bahasa yang kacau itu antara lain berbunyi: " . . . semua orang sengaja cari untung. Insya Allah tidak dengan halalkan segala cara." Kepada Wahyudi, si pengirim surat mengaku, dialah yang mengambil uang Rp 60 ribu itu. Lantas duit diputarkan - entah dengan cara bagaimana - dan mendapat untung Rp 80 ribu. Keuntungan dibagi dua. Jadi, Wahyudi mendapat Rp 40 ribu. Yang Rp 5 ribu lagi adalah bunganya, katanya. "Saya salut kepada pencopet budiman itu. Lebih-lebih, itu lho, semboyannya yang tidak menghalalkan segala cara," kata Wahyudi kepada Saiff Bakham dari TEMPO.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini